22

70 10 7
                                    

"Lun, aku mau nginep dirumah mama seminggu ya",

"Iya", jawab Luna langsung. Yudis menyatukan alisnya, padahal ia hanya berkata asal tidak benar-benar akan menginap disana

"Luna agak posesif soalnya kalo sama orang yang dia sayang"

Ucapan Jidan terlintas sekelibat dipikiran nya, apakah Luna benar-benar tidak menyayangi nya selama ini? Dan hanya terpaksa menikah dengannya? Bukankah dia harusnya senang disaat Jidan tidak ingin tanggung jawab dan dirinya yang bersedia bertanggung jawab?

"Kok belum jalan? Gajadi nginep dirumah mama?", Tanya Luna melihat Jidan yang masih tiduran diatas ranjang, mumpung hari libur ia ingin bermanja-manja dengan Luna dan Luna malah menonton drama di meja belajarnya

Yudis mendecak, "Gajadi, aku mau jalan sama Bianca aja ya", Yudis akhirnya bangun dari ranjangnya

"Iya boleh mumpung anaknya tadi baru aku mandiin",

"Kamu ga mau nanya gitu Bian mau aku ajak main kemana?"

Luna menoleh ke arah Yudis sekilas, "Kerumah mama kan?",

Yudis merotasikan bola matanya, ia beralih ke kamar Bianca, menggendong nya hingga ke mobil. "Kali ini kamu ngedate sama papa ya Bian, bundamu lagi sama drakornya",

Tanpa adanya arah yang jelas, akhirnya Yudis membawa Bianca ke toko buku, toko buku yang dulunya sering ia kunjungi bersama teman-temannya saat semester awal perkuliahan nya, mengajak Bianca ke ruang baca yang tersedia buku disana, Yudis membiarkan Bianca mengeksplorasi buku-buku anak yang bertumpuk disana yang memang disediakan khusus untuk dibaca di tempat sedangkan dirinya membaca buku tentang kepribadian hingga ia lupa sendiri dengan anaknya itu

"Pak ini anaknya jangan ditinggal dong, hampir mau ke eskalator", fyi ruang baca ada dilantai 2 persis disamping eskalator. Yudis tidak tau kalau ternyata Bianca merayap keluar dari ruangan baca hingga ke depan eskalator

"Dena?Kok ada disini?"

"Lahhh Yudis? Lupa yaa dulu kan lu sama gue sering kesini nyari buku eh keterusan deh gue sampe sekarang", Yudis mengangguk melihat Bianca yang sudah berada di gendongan Adena

"Gimana sih jadi bapaknya kok ga merhatiin. Kebiasaan deh sibuk fokus banget kalo lagi baca buku. Kamu namanya siapa cantiiik", sambungnya

"Bianca tante Dena", sudah pasti bukan Bianca yang menjawabnya melainkan Yudis dengan suara nya yang ia ubah diimut-imutkan, Adena hingga terkekeh pelan melihat Yudis

"Bianca sama Tante aja ya, biar papa mu tuh sibuk dengan dunianya daripada kamu ga diperhatiin kayak tadi", Adena membawa Bianca keluar dari ruang baca dan Yudis malah melanjutkan bacaannya yang tadi tertunda

Adena mengajak Bianca ke tempat Playground anak di lantai 1, ia ikut bermain senang bersama Bianca.

"Bian, ikut Tante ke toilet yuk, Tante mau pipis", saking banyaknya bergerak, Adena jadi ingin buang air kecil, secepat kilat ia menggendong Bianca memasuki lorong menuju toilet. Kenapa ga dibalikin ke Yudis dulu? Soalnya jaraknya dengan Yudis cukup jauh dan Yudis pun di lantai 2

"Kak Adena?", Dena menoleh melihat Jidan yang baru saja keluar dari toilet juga

"Ehhh Jidan, kebetulan. Nitip anaknya Yudis bentar gue kebelet banget", Dengan sigap Jidan menggendong Bianca yang malah tersenyum melihat Jidan saat mata mereka beradu, dilihat sekilas pun mata keduanya sangat lah mirip

"Anca, nyaman ya ayah gendong?", ucap Jidan pelan sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga Bianca menaruh kepalanya didada Jidan

"Gemes banget siiih anak ayah sama bunda iniii", Bianca tertawa renyah khas anak bayi ketika Jidan menciumi lehernya

"Gaya banget anak ayah bunda. Prett! Kuliah dulu yang bener baru mimpi punya anak", Adena mengambil alih Bianca dari gendongan Jidan

"Lah emang dia anak gua",

"Yeyeye, Bianca emang suka dibilang anak bersama saking lucu nya dia, dia anak gua juga, ayah Jidan",

Jidan Tidak suka dengan cara Adena merespon ucapannya, tetapi tubuhnya malah mengikuti kemana Adena melangkah, ditambah Anca selalu memperhatikan kebelakang saat digendongan Adena, ke arah Jidan










🐶

"Yudis, uang kantor kamu pakai buat apa sampai keluar 500juta?"

"Yudis ga ambil uang kantor sebanyak itu pah"

"Bohong, uang kantor bisa keluar cuma atas nama kamu Yudis"

Yudis mendecak kesal, ia menutup telfonnya dan melempar buku bacaannya, lagi lagi uang kantor keluar mengatas nama kan namanya tanpa ia tahu, sudah pasti orangnya pun orang dalam, berkali-kali ia cek bagian keuangan kantor tetap merasa ada yang janggal walaupun para karyawan bagian keuangan berkata, "Mungkin pak Yudis lupa", se sibuk-sibuknya ia tidak mungkin mencampurkan urusan kantor, urusan pribadi dan urusan kuliahnya. Dalam kurun waktu 3 bulan hampir 1M yang keluar dari perusahaan cabang tanpa tujuan yang jelas, kalau begini caranya ia akan bangkrut

Yudis turun dari lantai 2 dan mencari-cari keberadaan Adena bersama Bianca di arena Playground tetapi tidak ada, hingga akhirnya ia melihat Adena yang berjalan mendekati dirinya

"Gue cariin daritadi",

"Abis dari toilet dulu gue tadi Yud"

"Sama orang itu? Kok ga bilang ke gue?", Yudis menunjuk ke arah Jidan yang berada di belakang Adena dengan wajahnya, ia menghampiri Adena dan mengambil alih Bianca dari gendongan nya.

"Sorry, gue lupa kalo lo risih ada dia, tadi gue cuma nitip ke dia doang kok. Lain kali--"

"Yaudah gapapa, toh dia ayahnya Bian juga",

"Hah?",

"Lo udah selesai mainnya sama Bian kan Ji? Gue pulang dulu. Ada urusan", ucapnya dingin pada Jidan lalu berjalan keluar toko buku. Dengan kesal ia menuju rumah ayahnya, kalau tidak ingat jika ia membawa Bianca mungkin ia akan mengebut sambil memaki sekarang










🐶

Luna terkejut melihat Alvin yang datang kerumahnya, hari libur rumahnya sepi jadi ia yang membukakan pintu ketika ada yang bertamu.

"Om kesini? Kalo kesini kabarin dulu dong, aku kan belum mandi", Luna masih memakai piyamanya sendiri yang agak pendek, Alvin masih setia tersenyum sambil memperhatikan Luna dari atas ke bawah

"Cucu om mana? Om mau main"

"Lagi pergi om sama Yudis"






"Berarti kamu sendirian sekarang?"










🐶

Enggak om sama malaikat 😭


Btw guys, ada beberapa bab di draft ku menghilang itu kenapa yaa? Kalian ada yg tau gaa?

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang