9

94 10 0
                                    

Dengan perasaan senang, Luna sangat bersemangat untuk bersekolah hari ini, moodnya membaik berkat Yudis. Ia bahkan tidak segan-segan membelikan cemilan kesukaan Naya dan Jidan

"Siapa yang bikin mood Luna membaik dari sebelum-sebelumnya, gue harus ngucapin makasih sih karena berkat dia gue makan gratis satu harian ini. Iya ga Ji", Naya menyenggol Jidan yang sedang merapihkan buku-buku nya, sementara dirinya sedang menunggu Luna untuk piket di kelas

Selesai merapihkan buku-bukunya, Jidan menghampiri Luna dan mengambil sapu di tangannya, "Sini gue aja. Lo jangan sampe kecapean", ucapnya dingin

"Enggak kok Ji, orang nyapu doang",

"Enggak, lo pasti capek kan dari kemarin ga sekolah karena jalan-jalan terus, pasti capek sih biarpun naik mobil. Perjalanannya jauh ya?", Jidan mulai menyapu ulang tempat yang sudah disapu oleh Luna

"Ji, apaan sih", Jidan tidak menanggapi Luna, ia tetap menyapu hingga kelas sudah rapih dan bersih. Hari ini memang bukan hari tiketnya, tapi dia sudah repot-repot mengotori tangannya membantu Luna

Naya mengulum senyumnya, merasa tidak tahan melihat keromantisan temannya dari jarak yang cukup dekat itu. Kalau diposisi Luna mungkin dirinya sudah cinta mati dengan sosok Jidan yang diam-diam perhatian walaupun suka ngeselin dan kadang berkata kasar. Tapi sayangnya, dirinya juga sedang mengejar sepupu jauhnya yang waktu itu mampir kerumahnya saat acara tahun baru untuk bbq an bareng

Waktu itu Naya excited banget cerita hal itu pada Luna, waktu itu pertama kali ketemu sepupunya yang katanya terakhir ketemu saat dirinya umur 5 tahun dan sepupunya berumur 7 tahun, dan sekarang saat bertemu lagi sepupunya itu terlihat sangat tampan dimata Naya. Semenjak saat itu Naya juga sering main kerumah sepupunya itu, caper ke sepupunya yang udah kuliah berkedok numpang makan masakan Tante. Untuk mengambil hati anaknya, ambil dulu hari ibunya, dan untungnya ibunya itu tantenya sendiri

"Guys, karena gue gamau ganggu hubungan kalian, gue pamit duluan ya. Mau numpang makan dirumah sodara hehehe", ucapnya setelah melihat ponsel, sepupunya yang merangkap menjadi gebetan diam-diam itu akan menjemputnya di sekolah, kurang senang apa Naya

"Gue tau akal bulus lo Nay, tapi lo juga piket hari ini", ucap Luna juga ikut tersenyum penuh arti pada Naya

"Kan ada Jidan? Sepupu gue mau jemput soalnya",

"Seriusan?! Ih kepo deh. Pokoknya lu harus tungguin sampe bersih baru kita keluar bareng-bareng",

Naya mengembuskan napas nya, untuk mempercepat waktu itu ikut membantu Jidan meraup sampah dan membuangnya ke tong sampah, mengecek kembali sampah-sampah yang takutnya tertinggal di sela-sela yang tak terlihat lalu pulang

"Mana sepupu Lo? Katanya jemput", Luna maupun Naya mengedarkan pandangannya, sedangkan Jidan terdiam, berperang bersama otaknya sendiri

"Iya lama banget dia, Lun gue ke toilet bentar deh ya, kalo ada mobil hitam berhenti samperin aja bilang gue lagi di toilet bentar. Biasa mau dandan dikit dulu", Luna mendecak, tapi anehnya ia iyakan permintaan temannya itu, hingga tinggal lah Luna dan Jidan, hanya berdua berdiam diri dengan pikirannya masing-masing

"Lun, lo tuh sebenernya suka gue ga sih?", ucapnya tiba-tiba

Luna menoleh ke arah Jidan yang terlihat seperti orang bengong, "Kenapa emang?"

"Padahal itu anak gue, harusnya lo deket sama gue, tapi kenapa lo malah jalan mulu sama cowok itu?",

"Lo aja sebagai ayahnya masih bingung Ji, tanggung jawab lo tuh patut di pertanyakan sebenernya. Lo ga begitu gentle buat ngakuin ke orangtua lo kalo lo udah hamilin gue kan? Tinggal tunggu waktunya aja. Kita liat lo ngakuin anak lo ini apa enggak",

Jidan memberanikan diri menatap Luna datar, "Yang gue tau, orang kalo lagi hamil tuh maunya nempel ke suaminya terus, ini malah nempel ke cowok itu terus. Atau mungkin ini anak cowok itu?", ucap Jidan santai

Luna berdiri menghadap ke arah Jidan, "Sebelum kita ngelakuin gue udah pernah bilang kan kalo ini pertama kali nya buat gue, lo budek?", Jidan terdiam

"Lo masih ngeraguin ini anak lo apa bukan?, pikiran lo dimana Ji?. Anjing pun tau anaknya yang mana", Luna menggelengkan kepalanya

Jidan tersenyum sinis pada Luna, "Lo yang pikirannya kemana Lun, kenapa lo deket terus sama cowok bahkan yang baru lo kenal, gue selama ini udah berusaha buat bertanggung jawab tapi lo terus aja ngerendahin gue. Gue udah kasih peringatan buat ga deket-deket sama dia masih lo langgar. Emang bocah kosong kalo di hamilin ya gini",

Mata Luna memerah, dengan kencangnya ia menampar pipi Jidan. "Bangsat lo Ji", Luna marah dengan Jidan yang seolah-olah mengatainya bodoh dan juga nada bicara Jidan yang terdengar cukup kencang

"Luna", Luna menoleh ke arah suara yang memanggilnya samar, matanya melihat Naya yang sedang menatapnya sedih, dengan cepat ia menghapus air matanya saat Naya menghampirinya

"Lun, lo beneran... Hamil? Anaknya Jidan? Serius?! Jawab Lun!", Luna terdiam, ia mencoba menahan tangisannya sebelum akhirnya ia mengangguk pelan

Naya juga ikut mengeluarkan air matanya, terasa dikhianati selama ini ternyata sahabat dekatnya itu menutupi rahasia yang besar. Dengan cepat Naya menarik dasi milik Jidan hingga Jidan tercekik ia juga dengan brutal menjambak dan memukuli Jidan hingga Jidan kewalahan menangkis serangan Naya yang bertubi-tubi

"Goblok lo Ji, goblooook. Lo juga Lun, tolol banget jadi cewek, kenapa ga bilang sama gue... Gue ini siapa lo, kenapa lo sembunyiin semuanya, Brengsek, Anjing lo semua", Naya terus memukuli Jidan walaupun Luna sudah beberapa kali mencoba meraih tangan Naya, Naya tidak ingin menyakiti Luna yang sedang hamil maka dari itu ia melampiaskan nya ke Jidan, Luna tau itu

"Naya, Luna!", mereka bertiga berhenti dan saling melihat ke arah orang yang berlari dan langsung memeluk Luna sambil mengusap kepalanya

"Kak Yudis"

"Abang", ucap Naya maupun Luna-- yang terkejut dirinya tiba-tiba dipeluk itu-- secara bersamaan. Yudis memeluk Luna tepat didepan mata Jidan dan Naya













🐶

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang