"Capek banget kayaknya yang lagi mau nyusun skripsi, kayak bakal lulus aja"
"Heh!", Adena tersenyum mengejek melihat reaksi kesal Yudis setelah ia goda
"Omongan adalah doa Dena, parah ya lu", Adena duduk disamping Yudis sambil menaruh piring makanannya
"Kantin tuh tempatnya makan buat ngerjain skripsi. Dipojok pula, pasti ngincer colok kan lu. Udah makan belom?", Yudis melirik ke je arah Adena sekilas, ia sudah sarapan dirumah bersama Luna tapi untuk siang ini ia belum makan siang karena Yudis harus segera menyusun skripsinya
Adena menyendok kan makanannya lalu ia dekatkan sendok ke hadapan Yudis, menyuruhnya untuk segera melahap makanannya itu karena ia tidak habis dengan 1 porsi jumbonya. Yudis awalnya ragu, tapi karena ia lapar tapi tetap ingin mengetik jadi ia terima suapan dari Adena yang dimana mereka berdua tidak tau kalau Jidan melihat nya
Bahkan selama ia menjawab sebagai anggota BEM, Jidan merasa aneh mengapa Yudis sering keruangan BEM padahal ia tidak ada urusan disana, anggota pun bukan. Kalau ia bertanya pada ketua BEM, katanya karena Yudis bersahabat dengan Adena, "Tapi gue sih curiganya mereka tuh Sahabat tapi mesra tau Dan",
"Hah yang bener bang? Bukannya bang Yudis tuh udah nikah ya?"
"Nikah darimana? Yudis orang lain yang lu maksud kali",
Jidan tersenyum miring, jadi begini kelakuan Yudis yang tidak diketahui oleh Luna. Jidan pikir Yudis sengaja merahasiakan pernikahannya karena tetap ingin bersama Adena, tetapi aslinya memang ia tertutup soal keluarganya, yang sudah tau kalau Yudis sudah menikah hanyalah teman-teman dekatnya termasuk Adena sendiri
Sedang pusing-pusing nya menyusun rangkaian kata, ponsel Yudis berdering, pesan masuk dari ayahnya yang bertanya soal pengeluaran kantor cabang yang dikelola Yudis hampir 50jt dengan transaksi yang kurang jelas kemananya
"Yaudah pa, nanti Yudis cek lagi ke divisi keuangan ya", ketik nya mencoba tenang. Ide-ide dan semangat yang tadi hadir di dirinya seakan menghilang, pikirannya bercabang sekarang dan membuatnya merasa lelah antara tugas dan mengurus kantor cabang ayahnya
"Capek sendiri kan lu bagi waktu nya, makanya udah gue bilang kalo belum siap nikah mending gausah. Lu tuh cuma ada rasa interest doang sama istri lu, belum ada ikatan yang lebih",
"Atau mungkin cewek yang lu nikahin sekarang cuma pelampiasan doang karena waktu itu gue tolak lamaran lo Yud?", sambung Adena dengan nada yang semakin serius kontras dengan suasana kantin yang ramai tempat orang melepaskan lapar dan lelah nya dengan mengobrol santai satu sama lain. Yudis dulunya memang pernah mengajak Adena menikah, tapi karena keterbatasan ekonomi keluarga Adena membuat Adena berpikir 2X dan lebih memilih untuk menghasilkan uang dahulu daripada harus menikah dalam waktu dekat
"Yudis, lo masih su-"
"Ga Adena, gue capek, omongan lo ngelantur. Gue pulang dulu sekarang, istri sama anak gue pasti udah nungguin dirumah", Yudis memasukkan laptopnya ke dalam tas lalu pamit pada Adena yang masih memakan makan siangnya
Semenjak menikah dengan Luna, Yudis memang tidak pernah memikirkan Adena lagi, sebelum akhirnya ketika ia ada masalah Yudis memilih untuk menggunakan jasa profesional Adena yang akan menjadi psikolog itu
"Luna kemana ya Bi?", Tanya Yudis ketika tidak melihat eksistensi Luna dirumah mereka, hanya ada art, baby sitter Bianca dan Bianca sendiri. Art maupun baby sitter Bianca pun tidak menahu Luna pergi kemana, yang jelas ia hanya berkata izin keluar saja dari pagi hingga siang menjelang sore hari ini
Yudis tak menghiraukannya, ia pikir paling Luna kerumah temannya sebentar, makanya ia merebahkan dirinya mencoba untuk tidur sebentar untuk memulihkan otaknya
Yudis terbangun tiba-tiba, baru saja memikirkan teman Luna yang mana? Sejauh ini teman Luna yang ia kenal hanya Naya, sepupunya sendiri yang sekarang sudah berkuliah diluar kota
Yudis bangun dari ranjangnya lalu melihat ke arah jendela yang tertutup sebagian ketika mendengar suara mobil yang tak ia kenali berhenti tepat di gerbang rumahnya, keliatannya sih mobil baru dengan model lama
Yudis keluar dari kamarnya dan membuka pintu utama rumah, melihat Luna keluar dari mobil itu membuat Yudis penasaran, apalagi Luna tersenyum pada si pengemudi yang tak terlihat oleh jangkauan mata Yudis, Luna melihat Yudis lalu menariknya, memperkenalkan dirinya pada si pengemudi yang sudah mengantarnya
"Loh, om Alvin?",
"Loh, kok ada kamu Yud?", Alvin tak kalah terkejutnya melihat Yudis, begitupun dengan Luna
"Luna istri aku yang mau aku kenalin loh om. Luna, ini adiknya papa", Luna terkejut dan membuka gerbang lebar-lebar agar mempersilakan mobil pamannya Yudis untuk masuk, mampir kerumahnya
Alvin masuk ke rumah Yudis dengan senang, dan duduk di sofanya bersama Yudis, sedangkan Luna sudah melipir ke kamar Bianca. "Mana cucu om, Yud?",
Yudis terkekeh dan menyuruh Alvin untuk bersabar karena Luna akan membawanya dari kamar. Mata Alvin melebar melihat Luna yang membawa Bianca, tatapannya terkesan sangat terpesona melihat Luna yang lihai menggendong Bianca tanpa ada rasa ragu, benar-benar mencerminkan sosok keibuan yang jauh lebih terlihat dewasa berbeda saat ia Pertama ketemu tadi, benar-benar seperti remaja yang baru saja lulus SMA
"Om, gamau gendong cucu nya?", Alvin menghampiri Luna lalu mencoba mengambil alih Bianca
"Namanya siapa Lun?",
"Bianca, Kek", Ucap Luna sambil menggoyangkan tangan Bianca di gendongan Alvin
Alvin duduk di sofa sambil mengajak main Bianca, "Cantik banget cucu kakek mirip banget sama Luna gaada Yudis nya", Yudis maupun Luna tertawa canggung karena fakta kalau Bianca adalah anaknya Jidan hanya mereka berdua yang tau di keluarga, sedangkan Naya sudah pergi keluar kota, dan ketika Naya mencoba menceritakan hal yang sebenarnya, tak ada yang percaya dengan dia
Yudis segera mungkin mengganti topik pembicaraan nya agar tidak menimbulkan suasana canggung. "Oh iya jadi gimana om ceritanya bisa pulang bareng Luna?"
"Pas jalan pulang dari kantor cabang tadi Om sekalian cari makan, kebetulan lewatin kampusnya Luna, nah ketemu Luna disana pas dia mau nyebrang, hampir aja ketabrak karena matanya fokus ke hp",
"Kampusnya Luna?"
🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Random"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...