13

111 8 2
                                    

Luna terdiam didepan jendela kamar calon anaknya, view nya langsung menghadap kearah taman komplek nya yang sore itu sedang ramai dikunjungi beberapa anak kecil yang bermain disana. Setiap hari seperti ini, setelah sesi kelas homeschooling nya berakhir ia menjadi manusia yang tidak punya kerjaan dirumahnya sendiri sambil menunggu Yudis pulang untuk dijadikan teman mengobrol, ART nya akan pulang setelah semua kerjaan selesai. Semenjak menikah, Luna baru beberapa aset yang dimiliki keluarga suaminya itu, termasuk rumah sakit ibu dan anak tempatnya biasa cek up kandungan yang ternyata adalah milik keluarganya, entah berapa aset lagi yang dimiliki Yudis yang belum Luna ketahui

Bel pintu rumahnya berbunyi, karena harus membawa bayi yang sudah terbentuk sempurna didalam rahimnya, Luna berjalan pelan menuju pintu utama rumah

"Yaampun kak Yudis kenapa?", tanya Luna kepada beberapa tim medis yang membopong Yudis menuju sofa ruang tamu. Tim medis menjelaskan kalau Yudis mengalami tabrakan tunggal saat pulang kuliah hingga dibawa menggunakan ambulans kerumah sakit, untung saja luka nya tidak terlalu berat. Pihak rumah sakit menyarankan Yudis agar menginap semalaman disana agar mendapatkan perawatan lebih lanjut supaya cepat pulih dari lukanya, namun Yudis tetap ingin pulang hari ini juga. Tim medis pamit untuk kembali bekerja setelah meyakinkan Luna bisa mengurus Yudis sendiri

Yudis tersenyum canggung ketika mendapatkan tatapan tajam dari Luna yang sedang menutup pintu rumah. "Kenapa gak nurut apa kata dokter sih kak", Luna menghampiri Yudis dan duduk disampingnya, melihat beberapa perban yang tertempel dan masih terdapat bercak darah di baju milik Yudis

"Aku gamau bikin kamu nunggu, pasti kelamaan ya dari jadwal selesainya mata kuliah aku. Aku takut kamu khawatir", ucapan Yudis terdengar tulus memang, tapi demi tuhan Luna bahkan tidak tau kalau Yudis telat pulang kerumah hingga berjam-jam dari jadwal mata kuliahnya, dalam diam Luna meminta maaf kepada Yudis yang sering mengabaikannya

Yudis memegangi tangan Luna ketika Luna berdiri, "Mau kemana?", tanyanya sambil memanyunkan bibirnya

"Mau nyiapin baju ganti buat kakak, nanti mandi ya"

"Kan belum bisa, nih", Yudis menunjukkan tangannya yang masih di perban

"Bisa... Nanti aku yang mandiin", Yudis tersenyum, ia melepaskan Luna untuk pergi akhirnya

Yudis akhirnya tertidur di kamar setelah dimandikan dan diberi obat penghilang rasa sakit oleh Luna resep dari tim medis tadi, ternyata obat penghilang rasa sakit itu memiliki efek samping yang bikin kita tertidur pulas

Buku pelajaran sudah berada di tangan Luna untuk ia evaluasi lagi pembelajaran hari ini, tapi otaknya justru memikirkan Yudis beserta pernikahan nya ini

Benar yang dibilang Jidan tempo lalu kalau ia tidak menyukai Yudis, dan ternyata ucapannya yang bilang kalau cinta pasti akan tumbuh di hatinya seiring berjalannya waktu itu merupakan hal yang sulit. Sambil menatap wajah Yudis yang sudah terlelap, Luna bahkan bertanya-tanya dalam hatinya sendiri, sudahkan ia mencintai Yudis?, apa dirinya sudah mulai jatuh cinta kepada suaminya ini?. Yang ditemui Luna hanyalah keraguan jika hatinya ia berkata sudah. Selama menikah mereka berdua bahkan baru sekali berhubungan intim padahal pernikahannya sudah berjalan 2 bulan

Luna menaruh bukunya sembarangan diatas selimut nya, ia merendahkan tubuhnya lalu mencium bibir Yudis pelan untuk membuktikan rasa cintanya. Tiap melakukan sex, mungkin Luna sering dibuat nyaman dengan wajah bersemu malu, bukan bersemu berlandaskan rasa cinta. Sekarang pun, tidak ada rasa kupu-kupu yang terbang di perutnya seperti dulu, seperti mati rasa namun kalau didepan Yudis, Luna dapat mengcover rasa itu dengan seorang istri yang sangat mencintai suaminya

Perut Luna bergerak beberapa kali hingga akhirnya terasa sakit, semakin lama rasanya semakin sakit hingga ia meremas selimutnya dan meringis kesakitan.

"Kak", panggilnya pelan, Luna terpaksa membangunkan Yudis karena ia sudah tidak dapat menahan rasa sakitnya.

"Hei... Hei... Kenapa?", Yudis yang bangun dengan mata sayup langsung bergegas bangun dan menumpu tubuh Luna yang akan terbaring di atas kasur

"Luna.... Coba sini liat aku", Yudis menepuk pelan pipi Luna agar menghadap ke arahnya

"Sakit banget kak, Luna ga tahan",

"Kita kerumah sakit sekarang", tanpa babibu lagi Yudis segera menggendong Luna dan membawanya ke garasi mobil agar langsung menuju rumah sakit

Sesampainya di rumah sakit, Luna segera dibawa ke ruang pemeriksaan oleh beberapa suster.

"Gimana dok?"

"Istri Anda sudah mau melahirkan, jadi saya meminta anda untuk menandatangani untuk kami bawa ke ruang bersalin secepatnya", Yudis berlari ke arah administrasi untuk ia tangani hingga semuanya tuntas, sekarang tugasnya adalah menunggu persalinan istrinya diluar

Kedua orangtuanya dan orang Luna datang saling memberikan semangat dan support untuk Yudis sambil memantau perkembangan kabar dari Luna. Mereka semua merasa lega saat proses persalinan dilakukan dengan lancar hingga Yudis disuruh oleh perawat untuk masuk ke dalam ruangan bersalin

Air matanya membendung, melihat Luna yang terbaring lemas sambil tersenyum tipis ke arahnya. Yudis langsung menghampiri Luna dan menciumi wajah Luna, mengatakan bahwa ia bangga pada Luna sudah menjadi perempuan kuat

"Pak, anaknya disini", Karena terlalu lama membelai Luna, ia sampai lupa kalau anaknya juga harus berjumpa untuk yang pertamakali nya dengan dirinya, dengan status baru sebagai seorang ayah

"Anak kamu ga sabar, pas tau ayahnya kecelakaan ia langsung mau jenguk", Yudis terkekeh pelan mendengar candaan lirih dari Luna sambil menggendong anaknya

"Hati-hati ya, luka kamu juga belum kering loh kak", benar kata Luna, ia bahkan lupa dengan rasa sakit dan beberapa perban yang masih membalut luka di tubuhnya





🐶

Jidan mendesah kencang, ia menghampiri Naya yang berada di rooftop sekolah karena dicari guru mata pelajarannya, sepanjang jalan ia menggerutu kenapa tidak ketua kelas atau bahkan sekretaris kelas saja sih, mengapa harus menyusahkan dirinya

"Heh! Dicariin guru tuh, lu ga masuk pelajarannya mulu", Naya tidak bergeming dari tempatnya, ia tetap berdiri sambil menghadap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi didekat sekolahnya

"Heh dengerin ga sih! Lo ga mikirin nilai lo?"

"Gue lagi mikir... Apa gue harus hamil dulu baru bisa nikah kayak Luna?",














🐶

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang