5

105 8 0
                                    

Ditengah jam pelajaran sedang berlangsung, warga kelas heboh karena tiba-tiba saja Luna berlari dengan cepat keluar kelas menimbulkan suara yang kencang saat dirinya menabrak meja teman sekelasnya, Luna terlihat seperti orang yang tengah menahan rasa muntah hingga guru yang mengajar pun keheranan melihat siswa yang keluar kelasnya tanpa pamit

"Naya"

"Iya pak?", Naya menoleh ke arah guru yang sedang mengajarnya

"Temanmu itu kenapa?",

"Hmmm... Luna lagi gaenak badan pak, keliatannya sih masuk angin", guru itupun mengangguk dan Naya pun tenang melihat itu, padahal dalam hatinya ia khawatir pada teman sebangkunya itu

"Kira-kira Luna akhir-akhir ini kenapa ya Ji?", tanya Naya menoleh pada Jidan dengan cara berbisik-bisik

Jidan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain selain membalas menatap mata Naya sambil mengangkat kedua pundaknya

"Sumpah lu gatau? Selain sama gue kan dia deketnya sama lo. Kalo kita berdua gaada yang tau berarti ada yang disembunyiin ga sih sama Luna?", Naya memang hebat dalam mencurigai orang, waktu kelas kehilangan ponselnya Naya curiga dengan berani berkata kalau ia curiga pada salah satu anak kelas dan kecurigaan nya itu terbukti benar

"Apaan yang lo curigain dari temen lu sendiri sih Nay?, mungkin Luna beneran masuk angin", ucap Jidan mencoba terlihat santai

"Gue curiga jangan-jangan Luna tuh ngidap penyakit gitu ga sih Ji? Liat deh sekarang dia kayak gampang capek, keliatan lesu ga bertenaga, gemukan, pucet", Naya terlihat berfikir lalu sedetik kemudian matanya melotot sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan

"Kenapa?", tanya Jidan was was pada insting Naya

Naya menatap Jidan tidak percaya sedangkan Jidan takut pada kecurigaannya, "Jangan-jangan Luna gagal jantung?!",

Tubuh Jidan yang tadinya berdiri tegak langsung bersandar kebelakang kursinya, dadanya seketika bernafas lega memperhatikan wajah Naya yang terlihat seperti sedih,

"Kok lo diem aja sih, ga sedih kalo ternyata yang gue omongin itu bener Ji?", Jidan tidak menjawab ucapan Naya, ia langsung duduk menghadap ke arah depan sambil sesekali menatap buku paketnya

"Dih sok belajar ceritanya, takut kan insting gue bener, emang dari gajalanya tuh bener Ji"

"Gejala apa?", Naya membalikkan tubuhnya ke arah depan, terkejut karena guru nata pelajarannya berdiri tepat di samping mejanya dengan tatapan yang tajam

"Gejala apa Naya?",

"Itu pak Gejala... Gejala orang baru aja dapet hidayah kayak Jidan",

"Dih bawa-bawa gue", Naya mendecak sekilas ke arah Jidan lalu tersenyum canggung pada guru mata pelajaran nya

"Sekali lagi ngajak temen kamu ngobrol, bapak keluarin ya. Ini peringatan!"

"Iya pak maaf", Naya menunduk dan tak lama guru itupun kembali ke depan kelas sambil melanjutkan materinya, Naya melototi Jidan sebelum akhirnya menatap kembali ke depan kelas memperhatikan guru yang sedang mengajar

Saat bel kelas berbunyi, Naya langsung keluar kelas mencari keberadaan Luna di toilet, namun temannya itu tidak ada, di toilet, di taman bahkan di kantin.

Matanya tidak sengaja melihat Jidan yang berjalan terburu-buru membawa roti dan susu melewati lorong samping perpustakaan yang cukup gelap, setau Naya lorong itu membawanya ke gudang sekolah, dengan perasaan takut ia berjalan pelan mengikuti langkah kaki Jidan lalu bersembunyi di pintu masuk lorong yang sedikit tertutup oleh tong sampang besar

"Makasih", Naya mendengar suara Luna, matanya mengintip dari balik tong sampah

"Gue malu kalo nantinya ketauan Ji, gue harus gimana", Jidan dengan cepat memeluk tubuh Luna membelakangi persembunyian Naya, untung Naya tidak ketauan karena Jidan memeluk Luna yang sedang memakan makanannya

"Gue takut semua pada jauhin gue, ngehina gue. Bahkan yang paling gue takutin Naya juga ikut ngejahuin gue",

"Tenang aja, Naya gabakal kayak gitu kalo dikasih pengertian", ucap Jidan mencoba menenangkan Luna kemudian menyuruhnya untuk melanjutkan makanannya

"Soal..."

Perkataan Jidan dan Luna terhenti mendengar decitan dari tong sampah di pintu masuk lorong, mereka berdua spontan menoleh

Kecerobohan Naya karena ingin agak mendekat untuk mendengar apa yang sebenernya Jidan dan Luna ucapkan, Naya berakhir menubruk tong sampah tempat persembunyian nya

"Siapa?", tanya Jidan

Dengan secepat mungkin Naya berlari melewati lorong menuju kelas tanpa menoleh ke belakang













🐶

Naya melihat Jidan yang datang terlebih dahulu ke kelas, karena penasaran ia menoleh ke meja belakang. "Nemu Luna gak? Gue udah nyari kemana-mana ga nemu", Jidan mengangkat salah satu alisnya dilanjutkan mengangkat kedua pundaknya tanpa menjawab apapun

Naya menoleh ke arah pintu, tepat saat Luna datang dengan memasang wajah datarnya, "Kemana aja lu Lun, gue cariin juga",

"Lagi mau sendirian aja tadi"

"Sendirian dimana? Yakin sendirian? Lu kok kayak abis nangis gitu?", Luna mendecak, ia mengelap sisa air matanya sambil tersenyum, ia terus berkata tidak apa-apa kepada Naya

"Lun... Kita ini... Beneran temen kan?... Lo anggep gue apa?", Luna menoleh, tak disangka pertanyaan dari Naya

"Temen lah, lo tuh temen deket gue Nayaa, kenapa pake nanyain segala lu gak kayak biasanya. Lo sakit ya? Ada yang mau diomongin?", Naya menggeleng

"Justru gue mau nanya sama lo, ada yang mau lo omongin gak sama gue? Tentang unek-unek lo. Kali aja kalo cerita ke gue khawatiran lo berkurang", Luna terdiam begitupun dengan Naya, mereka berdua terdiam namun saling bertatapan

"Ada yang lo sembunyiin dari gue, kah Lun?", tanya Naya pelan, keadaan mereka kembali hening konstras dengan suasana kelas yang cukup ramai karena masih jam istirahat

"Woy woy, guru udah dateng noh", Jidan menepuk pundak keduanya, menghentikan percakapan yang terasa tegang menggunakan fakta yang ada

Luna dan Naya langsung sibuk dengan bukunya masing-masing. Sampai pelajaran terakhir tidak ada yang membuka suaranya, diam-diam Luna maupun Naya saling memperhatikan satu sama lain hingga jam pulang











🐶

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang