Naya berdiam diri dikamar, dirinya sudah pusing karena menangis semalaman karena sahabatnya yang mengkhianati nya, sepupunya yang ternyata menyukai perempuan lain, dan sepupunya yang ternyata menyukai orang terdekatnya sendiri, lengkap sudah semuanya menjadi satu. Sekarang apalagi yang harus ia tangisi?
"Nay, ada Luna diluar ngajakin berangkat sekolah bareng", ucap ibunya mengetuk pintu kamar Naya
"Nay ga sekolah bun, lagi pusing", Naya merapatkan selimutnya dan berbalik membelakangi pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. Ia tidak bohong soal kepalanya yang terasa pusing, bahkan ia sangat pusing hingga pandangannya kabur. Ia tidak tau akan bagaimana jika berhadapan dengan Luna disekolah nanti
Ibundanya datang lalu menghampiri Naya, menaruh tangannya didahi Naya dan mengajaknya ke dokter. Naya menggeleng, takut disangka bohong pas nanti diperiksa ternyata tidak kenapa-kenapa, ia lebih baik untuk tidur sebentar lagi, beralasan kecapean karena tugas terus menumpuk saat dirinya mulai duduk sudah kelas 12
Karena ternyata kebanyakan menangis juga bisa kekurangan cairan dalam tubuh ditambah ia tidak nafsu makan, Naya akhirnya diinfus untuk beberapa hari sebelum akhirnya ia bisa berangkat sekolah lagi. Dirinya dikejutkan dengan beberapa orang yang menghampiri meja nya ketika ia baru saja duduk di kursinya sendiri
"Nay, emang bener si Luna, temen deket lo itu hamil? Anaknya siapa sih ini, wajahnya ga terlalu keliatan. Mungkin lo kenal orangnya",
Naya melihat ponsel salah satu teman sekelasnya, ia terkejut saat melihat postingan foto Luna dan sepupunya berada di rumah sakit bersalin milik keluarga Sepupunya itu, "Postingannya bohong, gak bener ini! Cowok yang nemenin Luna di rumah sakit khusus ibu dan anak ini punya keluarga cowok itu!",
"Lah terus si Naya ngapain? Kalo bukan cek kandungan kan? Mana cuma berdua", Naya me-slide beberapa foto saat Luna mengobrol di kursi tunggu dengan Yudis bersamaan dengan wanita-wanita hamil lain dan foto berikutnya saat mereka berdua keluar dari ruang pemeriksaan, Naya terdiam tidak bisa mengelak. Pikirannya berkecamuk dan bertanya-tanya sudah sedekat apa Yudis dan Luna?
"Guys, guys ternyata cowok ini pernah ke sekolah", salah seorang teman sekelasnya tiba-tiba datang dan membawa foto baru, foto Luna dan Yudis berpelukan. Anehnya posisi Jidan dan Naya di crop hingga terlihat saat Yudis memeluk Luna saja. Naya melirik ke arah meja Luna yang tidak ada siapa-siapa bahkan Jidan tidak ada. Hatinya memikirkan perasaan Luna saat ini, tapi ia juga tidak ingin terus memikirkan orang yang sudah berkhianat itu
Seluruh kelas terdiam dan berbisik, orang-orang yang mengerubungi Naya minggir seolah-olah ada orang yang akan lewat. Naya baru bisa melihat kehadiran Luna dengan mata merahnya. "Lo kan yang nyebarin berita hoax ini Nay?!", tanyanya dengan nada kencang
"Hebat lo bisa nusuk gue dari belakang gini, dasar muka dua!",
Naya langsung berdiri dengan cepat, dirinya bahkan baru saja sembuh dan tidak tau apa-apa selama ia istirahat. "Lo jangan asal nuduh, lo yang muka dua Lun, gue baru aja sembuh dan gatau apa-apa soal berita itu. Lagian beritanya emang bukan berita hoax kok. Emang lo nya beneran hamil kan?", ucap Naya tidak kalah kencang, seisi kelas makin heboh mendengarnya,
Luna tidak menjawabnya, ia terdiam, benar-benar terdiam. Seisi kelas justru menyalahkannya karena ia mengatai Naya yang berkata jujur
Naya keluar dari kelas, ia juga tidak terima disalahkan dan diinjak-injak seperti itu disaat dirinya tidak tau apa-apa, terlebih orang yang berbuat seperti itu adalah sahabatnya sendiri
Naya membuka pintu rooftop sekolah, mendapati Jidan yang sedang duduk di antara bangku-bangku kayu bekas. Jidan juga menoleh ke arah Naya, karena Naya membuka pintu itu dengan kencang
"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya",
"Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?",
Naya pikir ucapan Jidan ada benarnya juga. "Semua udah terlanjur, sepupu lo juga ternyata suka sama Luna. Mereka saling suka, Luna bilang kalau sepupu Lo yang bakal tanggung jawab buat ngembalikin nama baik mereka berdua, tanpa bantuan gue", sambung Jidan
"Dengan cara?"
"Lo bakal jadi sepupuan sama Luna, hari ini juga sepupu lo kerumah Luna buat tanggung jawab dan ngakuin kalo dia yang hamilin Luna"
"Kenapa ga lo cegah?",
"Gue cegah gimana, sementara gue belom..."
"Cowok goblok!... Pantesan Luna ngerendahin lu mulu, lo pikir gue ga denger semua omongan kalian waktu itu", Naya memotong pembicaraan Jidan, ia tau Jidan akan berkata apa selanjutnya. Lebih baik ia pergi meninggalkan Jidan menuju rumah sepupunya itu, mencegah sepupunya untuk bertanggungjawab yang bukan atas kesalahan nya
Naya berlari keluar dari sekolah berlawanan arah dengan beberapa murid lain yang cepat-cepat memasuki sekolah dan menatapnya aneh, bodohnya Naya memilih untuk berlari 1 kilometer dari sekolah nya menuju rumah sepupunya itu daripada menunggu bis datang, ia sangat tidak sabar menunggunya
Naya tergesa-gesa memanggil nama Yudis maupun om dan tantenya, siapapun yang berada di rumah itu harus tau kebenaran yang sebenarnya. Tapi sekencang apapun Naya menggendong pintu rumah itu, ia tetap tidak bisa melihat siapapun didalam sana, seperti rumah kosong tak berpenghuni
Naya terisak di taman kecil rumah tantenya itu, melihat bunga miliknya yang ia rawat disana sedang berkembang. Naya sontak berjongkok didepan tanaman nya, ia terus mengatakan semua ini bukan salah Yudis, dia ga perlu repot-repot nanggung perbuatan orang lain
🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Random"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...