12

149 12 0
                                    

"Akkkhh", Yudis dengan cepat bangun dan melompat dari kasur ketika mendengar suara teriakan Luna, ia mencari sosok istrinya itu dan langsung menemukan nya di dapur, berdiri membelakanginya

"Kenapa Lun?", tanyanya berjalan pelan je arah Luna

"Ga sengaja kena pisau kak tadi pas dikagetin sama zombie, hehehe", Yudis melihat tangan Luna yang sedang membersihkan darah di wastafel, matanya melihat beberapa bahan masakan yang sedang dipotong-potong lalu ia juga melihat layar ponsel Luna yang sedang menyala menampilkan film zombie. Yudis menghela nafasnya, ia mengambil tissue dan mengelap tangan Luna agar kering

Kemudian Yudis mengambil alih pisau untuk melanjutkan memotong-motong bahan masakan yang tersedia diatas alas pemotong, alias talenan. "Gausah kak, sini biar aku aja", Luna yang merasa tidak enak mencoba mengambil alih kembali pisau yang berada ditangan Yudis

"Aku aja, cuma potong-potong ini, nanti kamu kena lagi"

"Ih... Kan masak tuh urusan istri",

"Kita kan udah nikah, kerjaan rumah semuanya diurus sama-sama. Lagian besok aku cariin ART aja ya supaya ga kejadian gini lagi"

"Mulai lagi deh lebay nya pagi-pagi", gimana gamau dibilang lebay, Yudis bahkan membeli rumah elit dengan furniture modern yang mempermudah tiap urusan rumah, tapi masih aja sewa art?. Ia bahkan sudah menyiapkan kamar untuk anaknya nanti yang sudah lengkap dan layak huni

"Bukannya lebay tapi..."

"Iya, iya tau. Makasih perhatiannya tapi aku bisa sendiri", Luna mencium bibir Yudis sekilas lalu mengambil alih pisaunya selagi Yudis diam terpana mendapati ciuman pagi-pagi dari Luna, pasalnya Luna jarang menciumnya duluan kalau gak di pancing dulu

Yudis yang masih berbunga-bunga itu akhirnya memeluk Luna dari belakang, membelai lembut perutnya yang sudah sangat terlihat besar, "Gimana kemarin home schooling nya?"

"Biasa aja, gurunya enak bikin aku ngerti pelajarannya dengan cepat?"

"Biasa aja tapi gurunya enak tuh gimana? Perlu aku ganti gurunya?"

"Maksudnya tuuuuh. Gurunya ngejelasinnya gampang jadi cepet masuk ke otak aku", Yudis mengangguk, ia menempelkan dagunya di pundak Luna sambil mengikuti gerakan Luna kemanapun

"Kak mending gosok gigi, ini dikit lagi udah mau mateng"

"Cium dulu", ucapnya diakhir memajukan bibirnya

"Dih, bauuuu"

"Tadi nyium"

"Sebenernya bau, cuma ga bilang aja", Yudis melepaskan pelukannya lalu dengan gerakan cepat mencium pipi Luna sekilas

"Iih jorok, jigongnya nempel", Yudis hanya tertawa sambil berjalan santai menuju kamar mandi

"Kak"

"Hmm?"

"Nanti anterin ke toko buku ya, mau beli buku novel"








🐶

"Jidan!" Jidan menoleh ke arah Naya yang menghampiri mejanya, ia duduk di kursi kosong yang tak terisi oleh siapapun semenjak Luna keluar dari sekolah

"Lo satu kelompok sama gue, nanti kita ke perpustakaan nyari referensi buat tugas kita",

"Lo sama yang lain aja sih, jangan sama gue", ucap Jidan dingin

"Jidaaaaan, please lah, bersikap kayak biasanya aja sih gausah lebay gara-gara ditinggal Luna"

"Lah lo apa kabar? Ga galau ditinggal nikah sama sepupu tersayang lo itu?"

"Life is must go on. Gamon sih, tapi kita harus bisa bales penghianat kan? Biar dia kapok",

"Pengkhianat? Dia temen lu gila!",

"Dia udah bohongin kita semua Jidan, dia udah khianatin kita berdua",

"Enggak, dia cuma terpaksa aja nikah sama sepupu lo itu"

"Enggak! Mereka saling suka! Lo harus percaya",

Jidan berdiri dengan keras, ia mengalahkan kakinya keluar dari kelas tanpa berkata apapun, Naya berteriak memanggil nama Jidan dari pintu kelas, bertanya akan kemana Jidan melangkah

"Ke perpustakaan, katanya mau cari referensi", jawab Jidan tanpa menoleh, ia mendengar suara langkah kaki yang cepat menyusul dirinya dan sedetik kemudian dapat ia lihat kalau Naya menyusul dirinya dan berjalan disampingnya menuju perpustakaan. Mencari buku yang terpajang disana untuk dijadikan referensi yang cocok untuk tugas pelajarannya yang cukup sulit

"Jidan, lo masih ngarepin Luna?", tanya Naya berdiri disamping Jidan yang sedang mencari buku

"Ji"

"Bisa diem gak?", tanya Jidan sinis

"Kan gue cuma nanya, kalo lo..."

"Yang ini bukan?" Tanya Jidan mengambil salah satu buku dari susunan yang tertata rapih itu dan menunjukkan nya pada Naya

"Bukan", jawab Naya sekenanya. Jidan lanjut mencari buku-buku nya dan Naya hanya terdiam, lupa akan berkata apa tadi karena Jidan langsung memotong ucapannya yang sudah ia susun di kepalanya

"Ji, kalo..."

"Buku yang kita cari gaada, kayaknya sih mending kita ke toko buku  aja nanti", Naya mendecak Jidan lagi-lagi memotong ucapannya. Apalagi saat Jidan meninggalkannya keluar dari perpustakaan begitu saja

Biarpun Jidan masih mencoba menghindari dan meminimalisir pertanyaan aneh dari Naya, pulang sekolah ia tetap mengajak perempuan yang saru kelompok dengannya itu untuk ke toko buku yang biasa ia kunjungi untuk mencari buku pelajarannya, mereka berdua berbagi tugas untuk mencari di beberapa lorong untuk mempermudah dan mempersingkat waktu

"Jidan gue minta maaf soal tadi, lu pasti gak nyaman yaa", Ucap Naya sambil bersandar pada rak buku disamping Jidan

"Dan, maafin gue. Gue mau lo temenan sama gue kayak dulu, sebelum lu kenal sama Luna", memang sebelumnya Jidan dan Naya berteman baik karena satu SMP, saat duduk di bangku SMA keduanya bertemu dengan Luna yang gabung dalam pertemanan keduanya. Entah kenapa Naya merasa sangat senang dan bersemangat sekolah saat satu SMA dengan Jidan, namun saat ia tau Jidan menyukai Luna, Naya justru sadar kalau selama ini ia menyukai sosok Jidan secara diam-diam, namanya juga cinta monyet jadi perasaannya dengan cepat teralihkan oleh pesona seorang Yudis yang terkesan sangat maskulin dimata Naya

"Yaudah kalo mau gue maapin mending cari bukunya",

"Tapi jajanin gue taco abis itu",

"Iyaaa bawel", Naya meninggalkan Jidan sendirian lagi di lorong itu sambil tersenyum. Jidan melanjutkan pencarian lagi hingga ke ujung rak

"Pilih salah satu lah kak, jangan beli dua-duanya, sayang duit"

"Loh aku kan sayangnya kamu, duit bisa dicari. Ngebahagia in kamu kapan lagi", Jidan yang kata-kata menjijikan itu menoleh ke arah sepasang orang dibelakangnya, dan sialnya kedua orang itu juga ikut menoleh ke arah Jidan

"Jidan?", Jidan tidak bisa menutupi rasa terkejutnya, ia bahkan sampai salting dan buku yang ada di pegangannya terjatuh, Luna ingin membantunya tetapi Jidan menahannya

"Sendirian Ji? Nyari buku apa?"

"Jidan! Ini bukunya udah ketemu! Lo hutang taco sama....", Luna menoleh, begitupun dengan Yudis. Naya terkejut melihat kedua orang yang tidak ingin ia temui sekarang berada didepan matanya

"Ha... Hai",







🐶

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang