11

99 9 0
                                    

Orangtua Luna langsung sepakat untuk mengeluarkan Luna dari sekolah dan memilih untuk home schooling, demi mental anaknya dan harga diri seluruh keluarga nya setelah publik sudah mengetahui bahwa Luna tengah hamil trimester kedua, guru-guru di sekolahnya sangat menyayangkan tindakan yang dilakukan orangtuanya mengingat Luna mempunyai prestasi yang bagus. Luna tidak ingin berpamitan dengan siapapun, termasuk Jidan dan Naya. Ia juga harus memikirkan pernikahannya dengan Yudis beberapa Minggu lagi

Ngomong-ngomong soal Yudis, Luna juga sama terkejutnya dengan Naya ketika Yudis dengan beraninya mengakui telah menghamili Luna didepan kedua orangtuanya disaat dirinya sedang tidak ada dirumah. Ia sudah mencoba mengelak tetapi kedua orangtuanya bersikeras untuk tetap menikahkan Luna dengan Yudis. Semenjak lamaran singkat itu, ia tidak pernah sendirian kemana pun, Yudis dengan senang hati mengantar Luna kemana ia pergi kalau ada waktu

"Luna", Luna menoleh ke arah belakangnya, aktivitas jalan santai di pagi hari nya terganggu oleh kedatangan Jidan

"Gue bener-bener kecewa sama lo, tapi gue masih sayang sama lo. Gue minta penjelasan kenapa ga lo tolak pernikahan ini dari awal?", Jidan berusaha meraih tangan Luna beberapa kali namun tetap gagal

Luna menggeleng, "Terlambat Ji"

"Tapi lo ga suka sama dia kan? Lo ga cinta sama dia, disini kita yang punya perasaan yang sama"

"Gue suka kok sama dia. Walaupun belum ada rasa cinta, setidaknya gue ngerasa aman dan dihargai",

"Gak! Lo bohong!. Tungguin gue aja apa susahnya sih Lun", Jidan menggenggam erat tangan Luna cukup kencang

"Gak susah!, tapi sampe kapan? Gue juga pengen ada kejelasan dari lo sebagai ayah kandungnya!", Luna memukul wajah Jidan dengan kencang hingga genggaman tangannya terlepas, ia berjalan cepat menuju rumahnya dengan air mata yang sudah membendung

"Luna jangan lupa nanti fitting baju sama Yudis", Ucap Ibunda Luna tanpa mengetahui apa yang terjadi dengan anaknya itu











🐶

Naya kembali menangis seharian setelah melihat undangan pernikahan Yudis dan Luna yang diantar oleh tantenya kerumah. Kala itu Naya baru saja pulang kerumah nya dan mendapati undangan berwarna cream keunguan itu diatas meja nya, warna kesukaan Luna. Naya langsung menangis dan sambil merobek-robek undangan itu hingga menjadi bagian kecil didepan ibunda nya yang tidak tau apa-apa soal perasaan anaknya itu, yang ibunya ketahui kalau anaknya itu sayang kepada Yudis sebagai abangnya sendiri

"Naya suka bang Yudis sebagai laki-laki Bunda! Bunda ga bakal pernah ngerti!", Naya berlari ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya

Di hari pernikahan Yudis dan Luna, Naya sama sekali tidak keluar dari kamarnya, ibundanya bahkan mengantarkan makanan didepan pintu kamar anaknya itu. Baginya, Yudis adalah cinta pertama Naya yang sudah memberikan kesan yang sangat mendalam bagi dirinya, walaupun Yudis sendiri tidak mengetahuinya, tapi bagi Naya tiap perhatian kecil yang sudah Yudis berikan pada Naya sudah sangat membuat Naya terkesan

Jidan pun sama sedihnya, bedanya sudah beberapa hari ini ia tidak pulang. Jidan main dan menginap dirumah temannya yang berada diluar kota, untung saja pernikahan Yudis dan Luna dilakukan pada saat libur panjang tengah semester

"Dan, lo belom makan apapun loh dari kemarin", Jidan menoleh ke arah temannya yang sedang mengunyah burger

"Ga laper", jawab sekenanya, matanya kembali fokus pada jalanan kota sambil memetik pelan senar gitar yang terus ia pangku beberapa jam terakhir, kemarin ia bahkan hanya tidur selama 3 jam

"Cerita aja Dan, lo kenapa sebenernya",

"Gapapa", ucapnya dingin seperti nada di iklan Detol

"Setidaknya makan, galau juga butuh tenaga", Dengan baik hati temannya itu menghampiri Jidan yang duduk di kursi depan jendela, ia melemparkan roti ke atas paha Jidan dan meninggalkan Jidan sendirian di kamarnya

Selama acara pernikahan Luna terus saja mengembangkan senyumannya dengan sedikit terpaksa, ia iri dengan beberapa teman Yudis yang datang ke pernikahannya sedangkan Luna sekarang tidak memiliki seorang teman pun. Dapat Luna lihat, hari ini Yudis tersenyum cerah seperti yang biasa ia lihat, bedanya hari ini memakai pakaian formal dan terkesan lebih tampan dan rapih, tangannya pun senantiasa menggenggam lembut tangan Luna hingga acara selesai dan beberapa tamu sudah meninggalkan ballroom hotel tempat resepsinya

"Kak Yudis",

"Iya?", Yudis mendekatkan tubuh Luna ke arah tubuhnya

"Luna capek kak", Yudis terkekeh pelan, dengan gerakan cepat tangan Yudis menelusup ke belakang leher dan lutut belakang Luna untuk mengangkat istrinya itu, Luna harus menahan malu saat mereka berdua sekarang menjadi pusat perhatian beberapa staf hotel dan para keluarga inti dari mereka berdua

Yudis menyatukan alisnya sebelum ditengah-tengah perjalanannya, melihat raut wajah Yudis yang berubah, Luna takut jika Yudis keberatan mengangkat tubuhnya hingga kamar. "Kak, aku berat ya? Turunin aja",

"Siapa bilang berat? Aku kaget loh kamu ringan padahal kamu lagi hamil. Besok-besok makan yang banyak ya, gapapa gendut asal kamu sama calon anak kita sehat", Luna mengulum senyumnya, merasa berbunga-bunga sekaligus merasa ada yang mengganjal, seharusnya Jidan yang mengatakan itu bukan?, tapi bukan Jidan namanya kalau berkata kata-kata yang romantis seperti tadi

"Kak Yudis maafin Luna, gara-gara Luna kakak jadi nanggung akibatnya",

"Akibatnya apa deh, aku udah sering bilang ke kamu kalo aku ambil jalan ini karena emang aku suka sama kamu",

"Kak Yudis..."

"Mulai hari ini kamu tanggungjawab aku ya, jangan pendem semuanya sendirian, ada aku. Bergantung sama aku, ngerti?", Luna harusnya kesal karena Yudis sudah memotong ucapannya, tapi dengan spontan Luna mengangguk sambil tersenyum

Yudis menurunkannya tepat di atas ranjang yang sudah bertaburan kelopak bunga berwarna merah, pipi Luna memerah, apalagi ditambah melihat Yudis yang sedang membuka jas nya

"Kak Yudis, kita ga bakal ngapa-ngapain kan?"

Yudis terkekeh sambil melonggarkan dasinya, "Ya mandi lah, emangnya ga mau mandi?"

"Abis mandi?"

"Ya istirahat, mau ngapain lagi emangnya?", Luna menggeleng sambil tersenyum, agaknya ia merasa lega mendengar jawaban Yudis













🐶

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang