Suatu kesialan bagi Yudis adalah satu gedung bersama Jidan yang semakin gencar mengusili hidupnya itu, ditambah anak itu terkenal dikalangan mahasiswa baru sebagai mahasiswa paling supel di angkatan nya. Tapi kalau ada yang bertanya, Jidan punya pacar ga sih? Dia selalu menjawab Ada
"Gabisa gitu Yud, si Jidan lumayan terkenal. Bagus kalau dia mau masuk ke BEM, kenapa lu yang larang?", ucap ketua BEM pada Yudis, karena BEM angkatannya yang sedikit, dan yang mendaftar BEM selanjutnya cukup banyak karena Jidan juga daftar otomatis BEM periode sebelumnya kewalahan memilih kandidat yang akan diloloskan nantinya melalui proses wawancara
"Masih banyak kandidat lain, kenapa harus si Jidan. Bikin masalah nanti tu bocah",
"Sekarang gini deh, lu kan bukan anggota BEM kenapa lu repot-repot ngurusin kita?", tanya salah satu anggota BEM, dan seketika Yudis terdiam
Adena yang berada disampingnya menaruh tangannya di pundak Yudis, "Lo ada masalah pribadi sama Jidan?", tanyanya dengan nada pelan. Yudis menoleh tanpa menjawabnya, bagi Adena itu sudah cukup menunjukkan jawabannya yang berarti iya
Sedangkan manusia yang sedang menjadi bahan obrolan anggota BEM ini malah asik main game bersama teman-teman nya di space room gedung prodinya sambil menunggu kelas nya dimulai, yang namanya Jidan kalau udah keasikan main mulutnya ga terkontrol dengan nada yang tinggi, bahkan beberapa mahasiswa terkejut saat melewati nya karena Jidan yang tiba-tiba berteriak menggelegar didepan ponselnya sendiri hanya sebuah game. Mamang tidak tau malu.
"Sial banget gue kalah", Jidan menyilangkan kakinya dan menaruh ponselnya sendu dilantai begitu saja, berbeda dengan teman-teman nya yang malah bersorak karena menang.
"Okeh deh, gue traktir satu Minggu, deal", ucapnya pasrah
"Boncos dah gua", sambungnya lagi, ia berdiri sambil memasukkan ponselnya ke kantung. Berniat akan ke kantin bersama teman-temannya
"Weh weh Ji, liat dah senior yang itu. Swag abis anjir gayanya", salah satu temannya itu mampu membangunkan sisi kepo seorang Jidan hingga ia menoleh
"Ih itu anaknya pak Jayendra ga sih? Yang punya andil besar pembangunan negara?"
"Kata siapa lu?"
"Bapak gue kerja di perusahaan nya cok, tapi katanya lagi ada masalah internal"
"Dia siapa sih namanya?"
"Yudis"
Jidan tersenyum miring memperhatikan Yudis berjalan melewati mereka keluar dari gedung fakultas.
🐶
Yudis memarkirkan mobilnya dirumah orangtuanya sendiri karena ayahnya memanggilnya untuk datang dan berjumpa dengan salah satu anggota keluarga yang katanya sudah lama tidak Yudis jumpai.
"Hayoo Yudis masih inget Paman ga?", ucap sang ayah kepada seorang pria disampingnya ini, mendengar kata paman Yudis segera menyalimi orang tersebut
"Wajar lah kalo Yudis ga kenal toh terakhir kita ketemu pas kamu mau masuk SD ya", Yudis hanya tersenyum canggung padahal ia sendiri tidak ingat saat itu
Yudis izin untuk pamit menemui ibunya di dapur, ia mengobrol sebentar karena ibundanya bertanya soal kabar Bianca dan Luna. Yudis bertanya soal orang yang berada diruang tamu yang katanya adalah pamannya sendiri
"Namanya om Alvin, adiknya ayahmu",
"Kok aku baru tau ya, maksudnya... Baru ketemu gitu",
"Iya emang, dia sebelumnya masuk penjara kena kasus korupsi. Dia juga pernah diam-diam deketin mama pas awal nikah, tapi mama tolak", Yudis mengangkat alisnya, berarti apakah ia harus menjaga jarak dengan pamannya itu?
"Tapi tenang, dia udah tobat kok Dis, ayo bantuin Mama siapin makan malam. Kamu mau ikut makan disini?", Yudis menganggukkan kepalanya, ia berkata akan menghubungi Luna kalau ia makan malam dirumah, Luna pasti mengerti
Yudis menanggapinya dengan antusias tentang obrolan perusahaan ayahnya, ia senang dapat bekerja sama dengan pamannya nanti yang akan bekerja bersamanya. Ayahnya meminta Yudis untuk mengajarkan dan mengenalkan tiap inci perusahaan yang ia kelola pada pamannya besok. "Lain kali ajak main kerumah kamu Dis, kenalin ke Luna sama Bianca"
"Siapa itu?"
"Istri dan anaknya Yudis", pamannya Yudis menganga tidak percaya, padahal terkahir ia pamit sebelum masuk penjara Yudis sedang menyiapkan diri untuk masuk ke Sekolah Dasar dan sekarang keponakannya ini malah sudah menikah, malah sudah mempunyai anak. Pamannya itu tertawa kencang sambil menepuk-nepuk pundak Yudis bangga, ia jadi tidak sabar ingin segera melihat cucunya sendiri
Disisi lain, seharian ini selagi tidak ada Yudis, Luna diam-diam mencari universitas yang masih membuka pendaftaran mahasiswa baru, ia memilih untuk masuk ke dalam kampus terbuka agar memudahkan ia tetap mengurus pekerjaan rumahnya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Ia awalnya berniatan untuk satu kampus dengan Yudis, Luna juga diam-diam memantau pendaftaran mahasiswa baru dikampus Yudis, tapi saat ia singgung soal pendaftaran mahasiswa baru di kampusnya, Yudis selalu mengelak dan selalu mengalihkan topik obrolan mereka dengan mulus. Luna tau itu, tapi Luna diam karena ia akan bergerak sendiri sekarang
🐶
Maaf guys dikit huhuhuuuu aku update double hari ini
Mau tanya endingnya mau Luna tetep sama Jiun atau gimana???
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Random"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...