Hari ini waktunya untuk rolling tempat duduk di kelas, ketua kelas yang menyarankan pada wakil kelas mereka untuk melakukan rolling denah tempat duduk minimal sekali dalam semester agar tidak bosan
Beberapa siswi memilih untuk tetap pada pasangannya hingga denah tempat duduknya saja yang berubah, "Baik, jika tidak ada yang ingin request pasangan satu meja nya biar saya yang menentukan nya sendiri" ucap wali kelas mereka
"Loh, Naya sama Luna gamau request jadi pasangan tetap?", mereka berdua terdiam dan saling melemparkan senyum tipis pada jerua kelas yang heran dengan kedua orang yang terlihat sangat dekat itu ternyata ingin pisah meja
Semua warga kelas mengikuti arahan dengan kondusif, Naya menempati bangku ke dua dari depan di pinggir kelas sedangkan Luna menempati bangku kedua dari belakang tepat di tengah kelas, dan entah kesialan atau bukan dirinya malah satu bangku dengan Jidan
Jidan tersenyum sekilas sambil duduk di kursi samping Luna, "Lo ga minta pindah sama temen lo Ji?",
Jidan menoleh sekilas ke arah Luna, "Males, mendingan sebangku sama lo gini biar gue bisa jagain lo terus", ucapnya dengan wajah datar, namun berbanding terbalik dengan hati Luna yang bergemuruh hebat ditambah merasa adanya kehangatan dalam perkataan Jidan barusan
Luna mengalihkan pandangan nya sambil menahan senyumannya, matanya melihat Naya yang sedang bercanda dengan teman sebangkunya, Luna cemburu melihat nya, perempuan mana yang gak cemburu liat sahabatnya sendiri malah asik main sama orang lain ketimbang bersama dengan dirinya sendiri?
"Diliatin aja, gaada niatan buat baikan? Udah semingguan lebih loh", Luna menoleh ke arah Jidan
"Emang siapa yang marahan?", tanya balik Luna terkesan tidak suka
"Loh semingguan ini kalian ga tegur sapa, ga bercanda, ngomong kalo kepepet doang itu namanya bukan marahan?"
"Bukan!"
"Terus apa?"
"Silent treatment", Jidan mengangguk, dirinya tidak mengerti dengan dunia perempuan jadi daripada semakin rumit, lebih biak iyain ajalah, yang penting cepet
🐶
"Gue mau ke kantin bareng yang lain, lo mau nitip sesuatu?", Luna menggeleng, ia lebih baik membaca bukunya daripada keluar, satu tangan ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sudah terasa besar itu dengan pelan
Luna melihat Naya yang berjalan melewati mejanya begitu saja seperti tidak melihat adanya Luna disana,
"Permisi kak mau minta tolong", Luna menoleh ke arah pintu, ada 2 orang perempuan yang berdiri didepan kelas sedang mengobrol dengan Naya, mungkin temannya Naya. Jadi ia kembali membaca bukunya lagi
"Buat Jidan", Luna terkejut saat Naya menaruh coklat dan sepucuk surat diatas meja Jidan, lalu pergi begitu saja
"Nay", panggil Luna pelan dan untungnya Naya mendengarnya
"Sini, gue kangen", Luna menepuk-nepuk kursi Jidan
"Kita temenan?", Luna seperti tersengat aliran listrik saat mendengarnya
"Naya, maafin gue", Luna menghampiri Naya yang masih ditempatnya
"Sorry, emang ada hal yang gue rahasiain dari lo. Tapi jujur, gue belom bisa buat ceritain ke lo sekarang, lo ngertiin gue kan? Gue minta maaf, gue anggep lo sebagai sahabat gue sendiri Nay. Kita jangan diem-dieman kayak gini lagi", ucap Luna panjang lebar dengan air mata yang perlahan keluar
Naya mengulum senyumannya, ia langsung menarik Luna ke dalam dekapannya, "Gitu dong, bilang ke gue. Kalo pun lo belum siap cerita pun gue tungguin",
"Kok sekarang jadi cengeng sih ih", sambungnya
"Mau ke kantin gak?", Luna menggeleng, ia ingin membaca saja alih-alih jajan dan Naya juga ikut mengambil buku paketnya di meja belajar untuk belajar bersama di meja Luna
Jidan datang dan matanya langsung fokus melihat coklat diatas mejanya yang dipakai oleh Naya. "Widih asik nih ada coklat, bagiii!"
"Emang coklat lo Ji"
"Coklat gue? Dari siapa?",
"Dari fans Lo mungkin, baca aja",
"Kok bisa gue punya fans?"
"Padahal dalem hatinya seneng tuh", bukan Naya yang berkata demikian, melainkan Luna dan langsung diberikan muka ejekan oleh Naya, keduanya kompak mengejek Jidan
"Apaan sih lo berdua, giliran akur kayak tai, dari kemarin diem-dieman aje", Jidan pergi dari kelas sambil membaca surat yang tertempel pada ujung coklat miliknya, ia berjalan ke arah yang sudah diarahkan oleh orang yang sudah mengasih suratnya, ke area belakang sekolah
"Misi, lo yang ngasih gue ini?", perempuan yang sedang memainkan ponselnya itu mengangguk cepat sambil tersenyum lebar
"Makasih ya, ada keperluan apa btw?"
"Kak maaf ganggu waktu kakak, tapiii aku belum lega kalo belum bilang ini ke kakak"
Jangan bilang...
"Aku suka kak Jidan", ucapnya malu-malu. Keduanya terdiam beberapa saat
"Oh gitu, makasih"
"Makasih doang nih? Perasaan aku ga dibales?" Perempuan itu menyatukan alisnya merasa tidak suka dengan jawaban Jidan
Jidan tersenyum kecut, "Sorry ya... Gue gabisa bales, mungkin lo bisa nemuin orang lain yang lebih baik daripada gue nanti",
"Tapi yang aku suka kakak bukan orang lain"
"Tapi yang gue suka bukan lo", Mata Jidan terlihat tidak suka dengan perempuan didepannya itu, terkesan pemaksaan dari nada bicaranya. Jidan membalikkan tubuhnya ingin kembali ke kelas, namun terhenti karena perempuan itu tiba memeluk Jidan dari belakang
"Setidaknya kasih waktu aku buat meluk kak Jidan, aku udah lama ngumpulin keberanian ini buat nyatain perasaan aku ke kakak, sekarang aku lega. Makasih kak",
Jidan merotasikan matanya lalu berakhir melihat Luna yang sedang mengintip dibalik tembok sekolah, saat mata mereka bertemu, Luna dengan cepat meninggalkan tempat itu
Jidan melepaskan pelukan perempuan itu dengan paksa untuk mengejar Luna yang sudah sampai di kelas terlebih dahulu, ditambah guru pelajaran pun sudah datang
"Kemana aja Jidan?", tanya sang guru
"Abis ke toilet bu", jawab Jidan asal
"Abis ke toilet atau keenakan pelukan sampe ga denger udah bel masuk", ucap Luna dengan suara kecil
"Apaan sih lo, itu salah paham, jangan nyari ribut deh. Lagian kurang kerjaan banget ngintilin gue",
Jidan yang merasa kesal mengambil buku pelajarannya lalu duduk di meja belakang yang kosong daripada duduk disamping Luna yang sedang perang batin
🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Random"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...