7

84 13 0
                                    

Luna datang ke kelas sambil memakan pisang dengan satu tangannya satunya lagi mengelus perutnya yang sudah terasa semakin berat, seragamnya pun sudah ketat dibeberapa bagian. Matanya menelisik Jidan yang sudah standby di bangkunya sambil bermain game

Luna duduk di kursinya lalu mengambil buku paket, membaca materi yang akan dipelajari di jam pertamanya sambil terus memakan pisangnya perlahan

Jidan mendekati kursinya mendekati kursi Luna, merasa terusik Luna menoleh ke arah Jidan. Dengan gerakan cepat Jidan memangut bibir Luna sekilas, "Lu sadar ga sih, semakin hari gue semakin pusing liat tubuh lo yang lebih keliatan berisi ini",

Luna bungkam, ia menggigit kedua bibirnya. "Gue sadar gue gemukan",

"Bukan masalah gemuknya, tapi semakin badan lo berisi gini gue malah ngeliatnya semakin seksi", kedua mata Luna terbuka lebar, dengan jarak yang sedekat ini dengan wajah Jidan, mendengar dirty talk yang dilontarkan pria itu sepagi ini membuat Luna sedikit merasakan kupu-kupu didalam perutnya

"Gue jadi pengen jenguk anak gue",

"Anak siapa?!", keduanya menoleh ke arah pintu belakang kelas dalam waktu bersamaan, Jidan memposisikan dirinya ke posisi biasa saja

"Anak kucing", ucap Jidan asal

"Ih parah banget, kucing yang waktu itu kita temuin di deket rumah lo bukan sih Lun?", Luna mengangguk

"Itu mah anak gue sama Luna!",

"Terserah"

"Lagian kalian pagi-pagi udah dempetan aja kayak mau ciuman, cieee", Naya melangkahkan pelan kakinya melewati meja Luna dan Jidan sambil terus mengejek keduanya

"Naya kalo ga bisa diem gue timpuk ya", Naya terdiam, ia langsung berjalan cepat ke kursinya setelah mendengar ancaman dari Luna












🐶

Hari ini jadwalnya Luna cek up rutin kandungannya ke dokter, tapi dari sebelum-sebelumnya kali ini ia sangat bersemangat karena ajaibnya Jidan akan mengantarkan dirinya ke dokter

Ketika jam pelajaran berlangsung kemarin Jidan sempat bertanya soal kapan akan cek up lagi, dan ia bilang kalau mau cek up kabari dirinya. Jadi saking senangnya Luna mengabari Jidan satu hari sebelum cek up dan juga di pagi hari sekali

Luna mendesah pelan sambil melihat pesan terakhirnya yang belum dibaca Jidan, waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 padahal dia sudah janji dengan dokternyanun untuk cek up di jam 09.30, selama itu ia menunggu Jidan menjemputnya. Luna terlalu mengharapkan janji palsu Jidan yang ternyata tidak ada gunanya

Luna berakhir jalan sendirian dengan kecewa, bahkan ibunya sempat bertanya tentang wajah Luna yang terlihat sangat sedih itu, Luna hanya tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Ketahuilah kalau orangtua Luna semakin kesini diam-diam semakin memperhatikan Luna dan cabang bayinya walaupun tidak ia tunjukkan didepan Luna, seperti menyediakan makanan yang khusus untuk nya semasa hamil ataupun membelikan cemilan kesukaan Luna yang tidak beresiko untuk orang yang sedang hamil

"Heii", Entah Luna harus bersyukur atau tidak, setiap ke daerah tempatnya cek up pasti bertemu dengan Yudis seolah-olah Yudis sedang menunggunya... Atau mungkin Yudis termasuk penunggu wilayah setempat?

"Hai kak Yudis", sapa Luna dengan ramah

"Mau kemana?"

Luna menunjukkan ke arah bangunan rumah sakit sederhana. "Mau cek up kehamilan disana",

"Sendirian?", Luna mengangguk mantap sambil tersenyum

"Wih keren sendirian, temen gue yang dari jurusan keperawatan 90% magang disini, katanya rumah sakitnya biarpun cukup kecil udah modern", Luna menyetujui ucapan Yudis

"Mau ditemenin gak? Kali lagi butuh temen ngobrol",

"Gausah kak takut ganggu jadwal kuliah kakak",

"Santai, gaada matkul kok hari ini lagi iseng aja makanya ke kampus", Luna terkekeh pelan, masa ada orang iseng mainnya ke kampus

Dan disinilah mereka berdua sekarang, Luna yang sedang menunggu namanya dipanggil sembari mengobrol dengan Yudis yang Nyambung topik pembicaraan dengannya, herannya beberapa perawat yang melewati mereka menyapa Yudis dengan hangat seolah-olah sudah kenal. Dan Yudis bakal bilang 'Yang tadi tuh temen gue', ucapnya tapi udah berapa banyak perawat yang melewatinya dengan alasan yang sama. Sebanyak apa sebenernya temen keperawatan Yudis ini, Luna tidak tau

Yuna beranjak dari kursinya ketika namanya dipanggil, anehnya tanpa berbicara apapun Yudis ikut masuk ke ruang pemeriksaan bersama Luna

"Loh Yudis?",

"Hai pak dokter", sapa balik Yudis sambil tersenyum lebar pada dokter yang biasa memeriksa Luna

"Kok kamu bisa bareng sama Luna?"

"Kak Yudis sama dokter saling kenal?", tanya dokter dan juga Luna secara bersamaan membuat Yudis bingung

Dengan satu helaan nafas Yudis menjelaskan kalau Luna hanyalah teman Yudis kepada dokter pemeriksa, ia juga mengatakan hal yang serupa kepada Luna dan mengatakan kalau dokter itu hanyalah temannya saja. "Kak Yudis temennya banyak banget sampe satu rumah sakit",

Dokter yang sedang memeriksa perut Luna sampai terkekeh mendengar lontaran Luna. Yudis hanya menggaruk kepalanya canggung, disamping itu dia benar-benar menemani Luna hingga selesai sampai pemeriksaan

"Makasih ya kak udah nemenin", Yudis menaikkan alisnya, ia berkata tidak merasakan keberatan sama sekali

"Lain kali kalo mau kerumah sakit itu kabarin aja", ucapnya sambil mengajak Luna berjalan pelan keluar dari rumah sakit

"Emangnya..."

"Luna!", Luna menoleh ke arah orang yang sedang menyebrang jalan raya ke arahnya

"Kenapa ga nelfon?"

"Buat?"

"Buat nemenin lo cek up lah", Luna tersenyum miring mendengar penuturan Jidan, ia bahkan sudah mengirimkan pesan padanya dari semalam

"Gaperlu, gue udah ditemenin kak Yudis tadi"

"Dia kan orang lain. Lu percaya sama dia?", Yudis terkejut mendengar ucapan yang menohok langsung dari Jidan tanpa basa-basi, bahkan Jidan menunjuk dirinya hanya menggunakan dagunya sendiri

"Percaya. Seenggaknya kak Yudis nempatin janjinya kok ga kayak lo",

"Tapi lo tanggungjawab gue, seharusnya lo berusaha buat hubungin gue",

"Tanggung jawab apaan? Kita ada hubungan gak? Toh ngapain juga gue berusaha hubungin lo terus kalo lo ga ada inisiatif nya sama sekali jadi cowok?", Luna marah sekarang, untungnya orang yang lalu lalang keluar masuk gerbang tidak banyak

Dada Jidan bergemuruh hebat, bukan karena perasaan senang, tetapi ia cukup tertohok dengan ucapan berani dari Luna yang selama ini ia lihat mempunyai kepribadian tenang. Setelah dipikirkan benar juga, mengapa ia merasa dirinya bertanggung jawab terhadap Luna? Apa karena bayinya adalah anaknya?

Yudis melangkahkan kakinya ke depan Luna saat Jidan hendak mempersempit dirinya dengan Luna dengan raut wajah merah, "Gue tau lo marah, tapi seenggaknya pikirin kedudukan dia sebagai perempuan",

Jidan menoleh ke arah Yudis tak kalah marahnya, "Lo gausah ikut campur, Luna hamil anak gue, bukan anak lo",












🐶

Lupa ngasih tau kalian visualisasi Yudis, ketebak gak siapa???

Lupa ngasih tau kalian visualisasi Yudis, ketebak gak siapa???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang