"Kiw kiw cewek kemeja putih", Luna menoleh ke arah pria yang duduk diatas motornya, baru saja ia turun dari bus tapi sudah dikejutkan oleh suara yang sangat ia kenali
"Kok tau hari ini gue naik bus?"
"Tau lah, pas dijalan ga sengaja papasan sama bus yang lu naikin. Liat bidadari lagi bengong yaudah gue tungguin di halte", ucap Jefri diakhiri senyuman teduh khas nya, siapa sih orang yang ga ikutan senyum ngeliat senyuman Jefri ini
"Ayo naik biar ga telat", Luna langsung naik ke jok penumpang motor Jefri yang cukup datar jadi tidak perlu ada effort lebih untuk naik ke motornya
"Tumben Na ga dianter pacar lu? Lagi marahan atau udah putus?"
Luna mendecak sebal, ia tidak ingin membicarakan itu sekarang, dirinya sedang perang dingin dari kemarin malam hingga tidak ada sapaan diantara keduanya seperti seorang sahabat yang sedang bermusuhan karena kepergok bermain dengan orang lain
"Pulang nanti anterin gue yuk Na, cari hadiah buat emak gue"
"Hadiah ulangtahun?"
"Emang harus nunggu ulangtahun dulu kalo mau kasih hadiah? Ya enggak lah, buat orang yang gue sayang pun kalo ada kesempatan ya gue kasih hadiah",
"Wiiih berbakti juga lu Jepp, cewek masa depan lu pasti beruntung nih dapet cowok receiving gift gini love language nya"
Jafri tertawa hambar, "makanya jadi cewek gue aja dimasa depan, biar lu yang beruntung"
🐶
Jefri menghampiri Luna yang sedang menunggunya sambil memakan es krim setelah mengangkat telfon dari papa nya.
"Udah?"
"Udah, yuk. Lo tau kan selera nya gimana?",
Luna mengangguk amat pelan, Jefri berkata kalau ayahnya akan bekerja sama dengan perusahaan lain, dan sebagai tanda persahabatan ayahnya meminta Jefri untuk memberikan hadiah pada rekan kerjanya itu. Karena ayahnya tau Jefri kadang suka bergaul dengan perempuan, ia yakin anaknya pasti tau selera perempuan
"Buat istrinya klien lu itu kan?", Jefri mengangguk lagi, ia tentu meminta bantuan pada Luna untuk membelikan hadiah untuk istri rekan kerja ayahnya, takut kalau pilihannya malah tidak menarik di perempuan kelas atas rekan kerja ayahnya itu
Luna menghampiri toko tas, mengelilingi nya sebentar sebelum akhirnya menghampiri tas yang menarik perhatiannya diikuti Jefri dan salah satu pelayan disana. Maklum diikutin takut nyolong.
"Yakin yang ini?"
"Iyalah, perempuan pasti suka, gue aja suka",
"Yaudah, ambil 2 aja"
Luna menggeleng ia tidak suka miliknya sama dengan milik orang lain, harus beda! Jangan sampai pasaran sekalipun tas bermerek dengan harga selangit pun
Habis ini Jefri akan pulang sesuai permintaan Luna, mereka pure hanya membeli hadiah.
"Luna? Lo Luna bukan sih?", Luna berhenti melangkah melihat orang yang berada di depannya itu, begitupun dengan Jefri
"Siapa, ya?", Luna menyatukan alisnya, seperti tidak asing tetapi ia belum pernah melihat wanita ini. Sedetik kemudian ia baru sadar kalo wanita ini yang ada di foto-foto yang berada di laci kamar Yudis
"Gue, Adena temen kuliah nya Yudis. Salam kenal Lun, gue gatau bakal ketemu lo disini, Yudis ga pernah ngenalin Lo secara resmi ke gue, bahkan cuma gue doang yang tau kalian udah menikah", Adena tersenyum ramah dan menjabat tangan Adena, sedangkan Luna hanya terdiam bingung untuk merespon ucapan beruntun nya itu
"Eh, sama siapa ini Lun?", Adena menunjuk ke arah Jefri yang terdiam
"Temen gue",
"Ngapain kalian?"
"Cuma beli barang buat klien bokap gue kok, jangan salah paham", jawab Jefri cepat sambil mengangkat paper bag berlogo yang ia pegang, Adena malah tertawa melihat kelakuanku Jefri
"Temen lu lucu juga ya Lun, Yudis tau lu jalan sama dia?", hening. Luna tak menjawabnya, ia maupun Jefri sama-sama memperhatikan satu objek yaitu Adena yang terlihat asik sendiri
"Ahhh enggak ya, lain kali izin Lun. Dia kan suami lu, ga baik loh jalan tanpa izin suami, apalagi sama lawan jenis, takut fitnah. Btw, sorry ya gue banyak omong, ekstrovert gue 90% soalnya hehehe, duluan ya dah Luna",
"Luna", Jefri menyentuh lengan Luna, tapi Luna malah menjauh, ia meminta Jefri untuk segera ke parkiran agar ia bisa cepat pulang kerumah. Tak ada obrolan setelahnya diantara mereka hingga sampai didepan gerbang rumah, padahal selama perjalanan tadi Luna paham kalau Jefri seperti ingin bertanya namun enggan dari gelagatnya yang sesekali melirik Luna
"Lun"
"Lo mau nanya kan? Gue udah nikah apa belum? Jawabannya udah, gue udah pernah bilang ke lu"
"Sorry",
"Gue harap mulut lo ga ember dan bikin heboh kampus besok", Luna langsung menjauh dari Jefri lalu masuk begitu saja ke gerbang rumahnya, berjalan gontai hingga ke kamarnya
"Heii", Yudis tersenyum melihat Luna yang sudah pulang dan tertidur di atas ranjang disampingnya, Yudis langsung meletakkan ponselnya yang daritadi ia mainkan lalu memeluk Luna
"Capek banget ya keliatannya", Luna mengangguk dalam dekapan Yudis
"Mau aku pijitin?",
"Boleh",
"Gausah deh, jadi joki tugasku aja", Yudis tertawa hingga tubuh Luna yang berada di dekapannya bergetar karena tawanya itu
Yudis menepuk-nepuk kepala Luna pelan, "Iya boleh semuanya deh, tapi nanti malem kita main yaa",
🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Random"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...