14

94 11 1
                                    

Jam 2 dini hari, Yudis lebih dulu bangun daripada Luna untuk pergi ke kamar anaknya, mengeceknya karena tadi ia mendengar suara tangisan. Yudis menepuk-nepuk pelan perut Bianca sambil menenangkan anak perempuan nya itu

"Sama aku aja kak, kamu lanjut tidur aja lagi", Luna datang sambil menguncir rambutnya, ia bersiap untuk menggendong Bianca dan duduk dikursi dekat baby box anaknya itu. Yudis meyakinkan Luna agar tetap menunggu nya disini takut jika Luna membutuhkan sesuatu

"Gapapa kak, Bian mungkin cuma butuh ASI aja, besok kakak kuliah pagi kan? Siangnya ke kantor papa", Yudis hanya mengangguk, ia meninggalkan Luna yang sedang membukakan kancing baju piyamanya untuk memberikan Bianca ASI. Ia tersenyum melihat Bianca yang sedang lahap meminum ASI nya, kalau boleh jujur matanya persis seperti Jidan yang bulat sempurna seperti boba

Tiba-tiba dirinya berfikir, apakah ia perlu memberitahu Jidan kalau anaknya ini sudah lahir setelah berbulan-bulan mereka tidak saling bertukar pesan? Terkahir saat bertemu di toko buku, saling menyapa canggung satu sama lain dan berpisah cepat karena Naya menarik Jidan untuk segera membayar buku rujukan tugas kelompoknya. Kalaupun ia bertemu Jidan, apakah Yudis akan memperbolehkan nya?

Setelah meniduri Bianca kembali lalu ditaruh dalam box khusus bayi nya itu. Luna kembali ke kamarnya, melihat Yudis yang sudah kembali tertidur pulas, dengan perlahan ia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Jidan untuk besok

Saat dipagi harinya Luna tetap meminta izin kepada Yudis untuk bertemu dengan Jidan. Dan tebak apa jawaban Yudis? Seperti yang ada dipikiran nya

"Gausah ya", tolak Yudis dengan nada lembut sambil tersenyum kepada Luna dimeja makan

"Kenapa? Lagian cuma sebentar kok",

"Kamu baru pulih loh, baru keluar dari rumah sakit masa jalan-jalan",

Luna mendecak, tidak enak juga membatalkan janjinya setelah Jidan membaca pesannya itu dan menjawab oke menggunakan stiker

"Kak, kamu kira aku ga bete dirumah terus? Lagian selama kita nikah kan aku jarang main keluar, kamu sibuk kuliah sama ke kantor papa terus",

"Yaudah nanti pas libur semester aku libur ngurusin kantor papa juga sebulan, biar kamu puas aku turutin kemana mau kamu", Yudis masih mempertahankan suara lembutnya, mencoba untuk tidak terpancing emosi

"Nungguin kamu liburan semester tuh beberapa bulan lagi coba, sementara aku maunya sekarang!",

"Lunaaa", Luna menepis tangan Yudis yang sudah mengusap lembut tangannya dimeja makan, ia menghabiskan sarapan yang belum ia sentuh daritadi hingga habis lalu masuk ke dalam kamarnya

Sebelum jalan, Yudis mengetuk pintu kamarnya. "Luna kalau kamu tetep mau jalan gapapa aku izinin tapi jangan lama-lama ya",

Selang beberapa langkah Yudis menjauhi pintu kamar, Luna membuka pintu dan tersenyum tipis seraya berterimakasih kepada Yudis,





🐶

Luna sangat senang melihat Jidan yang langsung dekat dengan Bianca dipertemuan pertamanya, dari awal bertemu pun Jidan tidak pernah memberikan Bianca ke Luna maupun ditaruh di troli bayi. "Gue kira... Lu bakal tolak kehadiran..."

"Ya enggak lah, masa gue tolak anak gue yang paling gemesin ini", Jidan terus menciumi wajah Bianca yang berada di gendongannya, ia terus menimang-nimang nya dengan sangat senang seolah tidak ada kata lelah

"Anca... Bunda dirumah kesepian gak?", Tanya Jidan pada Bianca, ia mendekatkan telinganya ke arah Bianca seolah-olah Bianca akan membisikkan jawabannya pada Jidan

"Oh kesepian? Nanti kalo liat bunda kesepian lagi bilangin ke ayah ya, biar ayah yang bawa bunda sama kamu pergi", ucapnya diakhir tawa oleh Jidan

"Apasih dan, jangan ngarang deh",

"Siapa yang ngarang sih, nunggu waktunya aja. Lagian bunda tuh pasangannya sama ayah bukan sama papa",

"Ji, jangan mulai", ditaman yang rindang dan mulai ramai. Jidan dan Luna memang kelihatan seperti keluarga kecil yang sedang menghabiskan waktunya

"Ini bukannya hari libur ya Lun? Kok si Yudis Yudis itu malah kuliah?", Luna mengedikkan bahunya, ia selama ini tidak pernah mempermasalahkan urusan Yudis, bahkan tidak berniat kepo ataupun ikut campur

"Gimana kabar sekolah? Pasti kalian lagi hectic hectic nya ya ngurusin persiapan kuliah", Jidan tidak menggubris ucapan Luna, ia sibuk bermain kembali dengan Bianca yang malah merespon bercandaan Jidan dengan tawaan kecilnya

"Kalo Naya? Gimana kabarnya sekarang Ji?",

Jidan terdiam, ia tidak bisa menjawab soal Naya sekarang, karena terus terang saja Jidan makin tidak habis pikir oleh Naya yang semakin hari semakin terkesan gila dimatanya, ia secara terang-terangan menghasut Jidan untuk ikut membenci Luna, Jidan pernah mencobanya tetapi yang ia dapatkan justru semakin ingin merebut Luna dari Yudis. Dan jangan lupakan bahwa Naya juga pernah menggoda Jidan untuk mencoba sex dengannya dengan alasan, "Se tokcer apa sampe sekali ngelakuin sama Luna aja bisa langsung hamil, gue harus cobain juga!", pikiran yang gila dan sangat diluar nalar bukan?!

"Ji"

"Kalo urusan Naya gue no komen Lun. Yang terpenting dia gak ada niat jahatin Anca sama lu", Luna menunduk, diam-diam membenarkan pertanyaan Jidan.

"Lun", Jidan memegang tangan Luna dengan salah satu tangannya, "Bilang sama gue kalo lo bener-bener ga cinta sama Yudis",

Luna memperhatikan Jidan, sorot matanya lembut tetapi masih terkesan serius. Beberapa detik kemudian Luna menghentikan kontak mata mereka dan membuang pandangannya ke sekitar

"Kayaknya obrolan kita terlalu jauh Ji. Gue gabisa lama-lama diluar, kasian kalau Yudis pulang istrinya gaada dirumah",





🐶

Ku kelarin UAS ku semester 6 ini dulu gesss hgggggg🙏🏻😭

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang