Aku duduk dikamar, menatap laptop yang menyala didepan ku, mengetik pekerjaan yang aku kumpulkan untuk sekolah home school ku, tak ada lagi yang aku rasakan saat ini hanya kejenuhan yang merambat di kepala ku. Hingga didepan, persis didepan ku ada jendela yang terbuka dengan pemandangan langsung mengarah ke laut, memperlihatkan matahari yang sedang turun menuju lautan, hari terlihat sudah mulai semakin sore.
Kemudian, aku teringat pertemuan aku dan perempuan yang kemarin menemani ku saat menjelang malam, kami berdua menikmati indah nya malam dengan keheningan setelah perbincangan singkat itu. Walau hanya sebentar perbincangan yang menurut ku mungkin hanya sebuah kebetulan bertemu dengan nya tapi itu membekas di hati ku.
*Ckrekk
Suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunan ku, reflek aku menatap kembali laptop, lalu pura-pura mengetik dengan acak di sekitar keyboard dan memencet tombol enter. Aku tau pasti ini ayah ku yang baru balik dari perjalanan panjang nya setelah sebulan tak pulang kerumah.
Aku reflek menatap kearah pintu "Hai Ayah" Sapa ku tanpa merasa kaget atau senang dengan kehadiran nya, lalu kembali menatap layar laptop.
Lalu entah hanya perasaan ku saja yang jelas aku merasa ayah semakin mendekat kearah ku lalu berdiri persis disebelahku sambil ikut menatap apa yang sedang aku lakukan, tak ada kata yang terucap dari arah kamar ku hanya hening dan suara angin yang keluar dari mulut pendingin ruangan atau yang biasa kalian sebut AC.
Tak lama berselang suara terlontar dari mulut ayah "Anak ayah memang hebat, lanjutkan terus belajarnya nak" Lalu pria itu mengecup rambut ku persis diatas kepala, lalu berjalan pergi dari kamar ku.
Seperti baru saja ada yang melepas rantai yang menjerat tubuhku, tubuh tegak ku diatas kursi langsung tergeletak lemas di bantalan kursi, aku merasa aman setelah ayah yang selalu mengecek ku di kamar setiap hari setelah ia pulang kerja, jika tau aku menganggur sedikit pun, aku hanya malas mendengar cermahan nya saja, walau setidak nya hanya tentang pelajaran yang tadi di bahas, lebih baik terlihat bekerja dari pada mendengar ceramahan ayah ku yang bisa seharian full.
Semakin lama, aku semakin larut dengan pikiran ku menatap jendela kamar yang tak tertutup di depan ku yang sedari tadi menatap laptop tapi teralihkan lalu menatap keluar jendel kamar yang memperlihatkan bagaimana sinar matahari yang sebentar lagi tenggelam di tengah lautan didepan sana.
Entah kenapa pikiran ini langsung kembali teringat oleh perempuan berambut pirang yang mengobrol dengan ku kemarin dipinggir pantai, tak tau apa memang nyaman atau pertama kalinya aku bisa berbicara dengan seseorang teman seumuran ku, perasaan senang malam itu walau hanya bisa duduk bersebelahan dengan perempuan itu.
Menghela nafas itu yang pertama kali aku lakukan, sebelum akhirnya kedua tangan ku menutup laptop yang masih menyala persis didepan ku, lalu beranjak dari sana. Tapi tunggu jika saat sore ini apakah ayah mengizinkan? Aku biasa keluar tengah hari hingga sore, jika aku keluar setelah matahari terbenam apakah pria itu mengizinkan? Tapi kemarin aku pulang agak larut tapi saat itu dia hanya menantiku dimeja makan untuk makan malam bersama. Pikiran ku terus bertanya-tanya, karena takut terkena oceh oleh ayah, perdebatan antara hati dan pikiran ku mulai tanpa akhir.
Hingga beberapa saat kemudian saat sadar aku terlah melamun cukup lama sambil berdiri menatap keluar jendela, aku tersadar saat melihat keluar jendela ternyata sang matahari sudah tiada digantikan sang bulan dengan berbeda bentuk bukan seperti bulan purnama kemarin, kali ini sinarnya sedikit menghilang.
Kali ini hatiku menang, aku tak lagi menghiraukan pikiranku yang penuh tanda tanya, lalu pergi kearah pintu kamar ku, keluar dari kamar ku lebih tepatnya lalu tak lupa menutup pintu kamar.
*BUKK
Lari aku dari lantai atas kamarku, menuju tangga arah ke lantai bawah, dengan cara berjalan setengah berlari, karena bersamaan dengan aku berjalan aku mempunyai feeling jika ayah tak mengizinkan ku untuk pergi malam ini.
Tapi diruang bawah, persis tangga menuju langsung ruang tamu tak ada ayah disana, jadi aku lebih leluasa untuk keluar, tanpa harus bertemu pria tua itu, langkah kaki ku semakin cepat berusaha secepat mungkin keluar dari rumah ini, sebelum malam semakin larut, namun perkiraan ku salah.
"Sana, kamu mau kemana malam-malam begini? Hah?!" Sedikit membentak suara itu terdengar dari arah belakang ku, yaitu ruang makan yang sama sekali aku tak menoleh kesana sebelum aku berlari menuju pintu rumah ku.
Dengar itu kaki ku langsung berhenti melanjutkan maksudnya, kemudian memutar balik badan ku dan terlihat sudah ayah ku yang sedang duduk asik memainkan laptopnya di meja makan, walau dia fokus memainkan laptopnya, dia seperti bisa melihat kemunculanku disini, mengerikan.
"A...aku ma..u keluar yah..." Gemetar, yah itu yang aku rasakan sekarang, bentakan itu sama dengan tak diizinkan aku pergi dari rumah ini sampai dia pergi bekerja esok hari.
"Balik ke kamar mu Sana" Ujarnya tak terlalu keras kali ini, tak sekeras bentakan yang pertama walau ayah ku masih fokus dengan laptopnya didepan sana.
"Tapi..."
"SE..KA...RA...NG!" Pria itu mulai memutar kepalanya, menatap kearah ku dengan mata melotonya dengan muka nya mulai memerah, dengar bentakan yang semakin mengeras itu dengan muka merahnya, aku langsung berlari terbirit-birit kembali beranjak menuju tangga lalu masuk ke kamar ku dan menutupnya kali ini terdengar sedikit menggebrak karena perasaan kesal yang tak bisa ku lampiaskan.
*BAKKKK!!!
Tapi seperti hari biasanya walau kesal dan ingin meluapkan emosi yang ada, aku mulai merasa seperti aku sudah menjadi robot sekarang, tak tau lagi caranya menangis, meluapkan amarahku, hanya aku sudah lelah dan bosan berada di kamar ku ini. Aku menatap kamar saat setelah menutup pintu lalu berbalik, melihat betapa rapihnya kamar yang membosankan ini karena setiap hari akan ada asisten yang akan selalu merapihkan kamar ku.
Yah, aku sudah bosan dengan laptop yang setiap hari aku tatap, aku bosan dengan kasur ku yang ku pakai setiap aku mengantuk dan cermin yang melekat disamping lemari, setiap hari aku mencerminkan wajah ku disana hanya ada wajah membosankan, tanpa semangat setiap harinya.
Disamping pintu, aku hanya bisa menyandarkan diriku dipintu ini, lalu sengaja membuat tubuhku terjatuh hingga terduduk di lantai sambil bersandar pada pintu kamar ku yang berwarna putih dengan corak emas. Jika kalian bisa membayangkan bergitulah konsep warna kamar ku, putih dan emas tanpa warna lain, seperti hidup ku, terlalu monoton.
Saat ini? Entahlah aku tidak tau, aku merasakan rasa sedih atau marah, hanya pasrah dan menyaksikan kelanjutan hidup ku, untuk hari esok apakah terus seperti ini atau bahkan bisa lebih buruk lagi.
Hai all, Author back.
Thank you masih terus menunggu cerita up dari Author. I Hope You all like this episode see you soon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Her story is my past
RomancePerempuan yang kutemui disebelah rumah ku, tepatnya pantai yang berada disebelah rumah ku. Sesosok perempuan yang akhirnya menjadi teman ku sekaligus menjadi teman ku satu-satunya, setelah apa yang ayah ku buat kepadaku membuat kehidupan ku berwarna...