Episode 06

21 1 0
                                    

"Pak, ayah sudah lama berangkat?" Tanya ku berdiri disebelah pos gerbang, tempat para security memastikan tak sembarang orang masuk ke dalam rumah ku.

"Sudah Nona, ada yang perlu saya bantu?" Ucapnya, berdiri dihadapan ku dengan seragam nya.

"Saya hari ini mau keluar sebentar pak, biasa jalan-jalan di pantai, tapi tolong yah pak ayah jangan sampai tau soal ini" 

"Tapi Non, Tuan menyuruh saya untuk tidak memberikan izin Nona untuk keluar" Jawabnya, bagaimana pun ayah memang sudah memastikan aku tak keluar hingga aku yang meminta maaf atau dia yang sedang berbaik hati.

"Tapi pak, bibi sekarang sudah tak ada saya sudah tak memiliki teman dirumah ini, saya hanya ingin mencari udara segar saja sebentar pak" Kembali aku memohon.

"Maaf Nona, Tuan sudah memastikan dia akan memantau nona 24 jam dari balik cctv" 

Aku melihat kearah cctv yang menempel erat diatas dinding-dinding di setiap sisi, dimana-mana ada cctv, lalu aku memutuskan untuk pergi dari sana masuk kembali ke dalam rumah dengan rasa kecewa karena tak di beri izin keluar dari sini.

"Apa yang harus aku perbuat"

Lalu seketika aku mendapatkan ide untuk mencoba sesuatu hal yang gila, mungkin karena sudah 3 hari di kurung terlalu lama didalam kamar pikiran ku sudah menjadi lebih liar karena ayah. Aku menghentikan langkah ku dan berbalik menuju pos gerbang menghampiri security disana.

*


*


*

Terik matahari panas berhasil membuat kulit ku terbakar saat berjalan diatas pasir pantai, aku mencari tempat teduh yang nyaman tepat dibawah pohon kelapa dekat dengan pantai, aku duduk dibawah sana, akhirnya aku bisa kembali ketempat ini.

Angin berhembus membuat rambut ku mengikuti kemana arah angin, lalu aku merapihkan rambut ku yang sempat menghalangi wajah ku menatap ombak yang terlihat naik dan turun, hari ini air sedang surut karena bulan malu memperlihatkan cahayanya sehingga terlihat seperti bulan sabit di malam hari.

"Kamu sudah siap?" Dahyun perempuan itu tanpa kusadari sudah berdiri di sebelah ku, memberikan telapak tangan nya.

Aku menoleh kearah nya, lalu dirinya bercangkung menyamakan posisi wajah ku dan dirinya hingga sejajar. "Hey. Siapa yang melakukan ini pada mu?" Tanya nya, mukanya mengerut memperhatikan dan mengelus pelan luka di pipiku bekas beberapa hari yang lalu ayah berhasil mendaratkan tamparan nya di pipi ku.

"Hanya masalah keluarga" Jawab ku, tak ingin membuat nya khawatir.

"Hei dengarkan aku Sana." Kedua pipi ku kali ini disentuhnya dengan kedua tangan nya, memaksa wajahku untuk menatap wajah nya dan mendapati muka khawatir dari perempuan didepan ku ini. Aku mendengarkan.

"Ada aku disini, kamu tidak sendirian." Lalu memeluk ku sambil mengusap punggung ku, seakan dia mengetahui apa yang aku alami selama ini, air mata ku pecah disana bersamaan dengan hembusan angin yang mengiringi kami berdua disana.


*


*


*

Sekarang aku sudah berada dibelakang perempuan yang memboncengku dengan kendaraan beroda dua nya, kami menaiki motor setelah apa yang terjadi dipinggir pantai tadi akhirnya dia memutuskan untuk mengajak ku jalan-jalan.

Ku pegang erat perempuan bermarga Kim ini sangat erat, bahkan aku memeluknya dari belakang sambil menatap kearah kanan ku yang masih terlihat jelas pantai dengan pohon kelapa disana berjajaran, ini pertama kalinya aku bisa lepas dari kandang rumah ku.

Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang