Episode 16

8 1 0
                                    

Aku terbangun diatas kamar ku karena silaunya sinar matahari yang langsung menyambar kearah kedua mataku, membuat aku terbangun dan tersadar dari tidur ku yang tengkurap diatas kasur tanpa busana, hanya terselimuti badan ku dengan selimut diatas sana.

Lalu aku mulai mencari seseorang yang bermalaman dengan ku semalam, perempuan itu sudah tidak ada di sebelah ku, bahkan aku mencarinya sudah tak ada di kamar ku. Kemana perempuan itu pergi? Jangan lagi.

Dengan cepat aku, mengambil baju yang terletak di lemari, lalu memakai baju ku sembarang, hanya berusaha untuk menutupi, lalu kemudian memakaiai celana tidur. 

Setelah mantap memakai baju dan celana, aku pergi dari sana, mencari seseorang yang semalam baru saja menginap diapartment ku, tapi di ruang tamu, nihil tidak ada siapapun yang aku bisa temukan hanyalah aroma seseorang yang sedang memasak di dapur ku.

Langkah kaki ku penasaran ikut mencari seseorang yang sedang melakukan aktivitasnya di dapur, lalu beranjak dari ruang tamu menuju dapur yang tak jauh dari sana persis disebelah kantor milik ku. 

Dan betapa leganya aku, saat melihat siapa yang tengah memasak disana, perempuan yang tadi malam mendapingi ku, tapi kali ini dia memakai baju oversize dengan celana selutut, sepertinya dia baru saja mengambil baju ku dan celana nya.

Aku pun terdiam melihatnya, bersandar di ambang batas antara dapur dan ruang tamu. Menatap lagi perempuan itu dan berusaha tersadar jika semua ini bukanlah mimpi belaka, aku hari ini, disini, dirumah ku melihat nya, disini bersama ku.

"Selamat pagi, Tuan putri." Senyum nya, melirik ke sekilas dan masih fokus dengan masakan diatas panci nya.

Senyuman itu, membuat aku tak sanggup berkata-kata, hanya ingatan dan rindu nya aku melihat senyuman itu terukir lagi diwajahnya, wajah seseorang yang meninggalkan ku 6 tahun yang lalu. Membuat aku ikut tersenyum menatapnya.

Tapi kali ini, aku bisa melihat sekilas tak hanya senyuman yang terukir diwajahnya, namun aku dapat melihat banyak sekali begas luka dan bekas jahitan di daerah wajah nya, membuat aku khawatir dan menghampiri nya. Apa yang dia lakukan selama 6 tahun ini?

"Tunggu. Kita bicarakan ini sambil sarapan yah" Ujarnya, menghentikan langkah ku, lalu mematikan kompor.

Aku hanya bisa terdiam, mengikuti perintah nya, seperti masa lalu yang tak akan pernah bisa berubah, aku selalu menurut atas semua perintahnya meski, sakit dihatiku dan pertanyaan yang terus menerus mengusik pikiran ku, aneh nya disitu aku menurut lalu berlalu kemeja makan yang tak jauh dari dapur.

"Asal kamu tau, aku tidak pernah sarapan" Jawab ku duduk di meja makan dengan rapih. 

"Aku tau, selama aku pergi, hidup mu tak pernah sehat Sana. Dan karena aku disini, aku akan menjaga pola hidup mu" Perempuan itu juga tak pernah berubah, selalu saja ingin berusaha menjaga ku.

Lalu piring kosong didepan ku, sudah terisi oleh sebuah telur omelet dan alat makan di kiri, kanan ku. Sebelum akhirnya aku melihat Dahyun ikut mengambil sepiring telur omelet miliknya, lalu duduk didepan ku.

Tapi tak ada nafsu untuk makan telur diatas piring ku ini yang ku inginkan saat ini, menunggu perempuan itu membuka mulutnya untuk bercerita dengan apa yang sudah terjadi, begitu janji nya yang aku ingat semalam. Tapi nihil yang bisa kudengar adalah suara alat makan yang beradu didepan ku, dia memakan masakan nya dengan lahap.

"Dahyun, kemana saja kamu ini?" Mulutku yang seakan punya pikiran nya sendiri, bergerak dikeheningan pagi ini diantara kami. Membuat Dahyun yang sedang makan dengan lahapnya, memutar bola matanya, melihat kearahku, tapi tak ada jawaban.

Hingga aku bersandar kepada kepalan tangan ku, menatap kearah masakan di atas piring, tak berselera, hanya memainkan nya, berharap setidaknya dia menjawab, walau jawaban itu diluar ekspetasiku.

"6 Tahun aku ditinggal, tanpa kejelasan. 6 Tahun juga, aku selalu menunggumu. Bahkan membuat ku hampir gila, hingga aku bulak-balik ke psikiater, karena trauma ku dan saat aku sudah berhasil melupakan mu, kamu tiba-tiba datang kedalam hidup ku lagi, tanpa bersalah" Tak bisa lagi mulut ini terdiam, ketika semua emosi terus ku pendam hingga tak bisa lagi aku tahan.

Dahyun, perempuan yang sekarang duduk persis didepan ku menaruh kedua alat makan nya setelah menyelesaikan hidangan dan menghasilkan piring yang tak tersisa, lalu mengelap mulutnya dengan tisu.

Setelah itu, menatap kearah ku persis kearah mata ku tanpa berkata-kata, diikuti salah satu tangan nya mendekati tangan ku, tapi aku menepis tangan nya pelan. "Jawab pertanyaan ku dahulu"

Tapi seakan dia tak ingin menyerah dia kembali mendekati tangan ku, tapi kali ini entah kenapa aku tak bisa terus menolah dirinya, aku biarkan tangan nya membelai dan menggenggam tangan ku, dengan tangan hangat nya.

"Dengar Sana. Ada alasan nya kenapa aku menghilang darimu" Jawabnya, dengan nada yang sangat halus dan tatapan tulus kepadaku, kembali membuat aku luluh di buat nya dan semua emosi ku mereda disaat itu.

Aku duduk dengan tenang kala tangan nya menggenggam tangan ku, menunggu jawaban nya. Tapi dia tak mengatakan apapun, tapi tatapan nya seperti sedang menimang sesuatu. "Aku rasa, lebih baik kamu kabari tunangan mu" jawabnya.

Benar, aku hampir lupa, jika Jinyoung tau dengan siapa aku tidur semalam. Lalu dengan perasaan khawatir aku berlari kearah kamar ku untuk mengambil ponsel untuk mengabari seorang cowo yang kini sudah berstatus tunangan dengan ku.

*

*

*

"Aku tak pernah, melanggar janji ku kepadamu Sana." Akhirnya Dahyun membuka mulutnya saat kami berdua duduk bersebalahan diatas sofa yang menghadap kearah televisi.

"Apa buktinya?" 

"Aku tak mempunyai bukti, tapi aku selalu menjagamu kemanapun kamu pergi. Hanya saja, kamu tak pernah tau keberadaan ku." 

"Tapi kenapa? Kenapa kamu hanya menjagaku, tapi membiarkan aku hidup dalam bayang-bayang mu, selama 6 tahun ini?" Suaraku melemah, ketika setetes air mata mengalir dengan emosi yang bercampur.

"Hey, maafkan aku. Tapi, saat ini aku sudah menjadi buronan Sana. Aku tak lagi bisa mengumbarkan diriku seenaknya" Dahyun, mendekati dirinya kepadaku sambil menggenggam kedua tangan ku.

"Apa yang sudah kamu lakukan selama 6 tahun ini?" Tanya ku mengkhawatirkan dirinya, bahkan sedari tadi aku bersamanya, bekas luka itu terus mengganjal di kepala ku.

"Sesuatu yang berbahaya Sana dan kamu tak perlu mengetahuinya, karena balik lagi aku tak ingin kamu ikut masuk kedalam masalah ku. Okey" Angguk Dahyun seraya menyuruh ku untuk tak bertanya lebih dalam soal itu, walau luka-luka diwajahnya selalu terlihat menganggu dimataku.

*Tring Tring

Bunyi suara dari saku celana Dahyun terdengar, saat ia rogoh dan mengambil barang di sakunya, ternyata itu adalah ponsel sekali pakai yang sering aku lihat didalam film, seperti layaknya ponsel jaman dulu. 

Dahyun menatap ku, menunggu aku untuk mengizinkan nya mengangkat panggilan yang sedari tadi nada dering itu mengangganggu pendengaran ku, hingga aku mengangguk mengizinkan nya lalu dia beranjak dari sana mendekati pintu keluar apartment.

Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang