Kembali ke masa sekarang.
Terbuka mata ku perlahan, walau masih terasa mengantuk, aku hanya ingin membuka mata ku berharap aku sudah tak ada lagi didunia ini, aku berharap aku pergi meninggalkan kebimbangan ku tapi seakan memang sudah takdirnya, aku membuka mata ku melihat perlahan-lahan aku sadar sudah berada dirumah sakit dan sedang dirawat.
Mataku yang masing samar-samar, dapat melihat bayangan seseorang yang duduk disebelah ku, sepertinya pria itu sedang tertidur diatas tangan ku yang saat ini aku tak dapat merasakan tanganku seutuhnya.
"....inn....oung...." Ucapku, tapi suara dimulutku tak terdengar. ".....INNNN....OUNGG" Lagi aku berusaha memanggil pria yang masih tertidur, tapi seperti ada yang menyumpal dimulut dan tenggorokan ku, aku hanya bisa berharap dia bisa merasakan aku bangun.
Mataku kembali fokus kepada sekitar rumah sakit, karena hanya itu yang bisa bergerak dari tubuhku, seluruh tubuh rasanya hanya sakit dan mati rasa, lalu aku memutar-mutar kedua bola mataku.
Aku menatap televisi yang masih menyala tapi aku tak dapat mendengar suara itu, entah karena memang kuping ku yang sedang tak berfungsi atau memang dimatikan suaranya. Mataku kembali mencari-cari seseorang yang saat ini notice kesadaran ku. Tapi nihil tak ada orang lain, disana hanya ada Jinyoung seorang.
Setelah tidak lama aku berharap Jinyoung bangun, aku mulai merasakan kepala nya yang bergerak, lalu menatap kearah ku dengan mata merah nya. Terlihat dirinya sepertinya tak pernah cukup tidur.
"Sana?! Kamu sudah bangun?" Matanya tajam menatap kearah ku diikuti wajah kesenangan dengan linangan air mata yang membasahi kedua pipi cowo itu, respon dia berlari keluar dari sana memanggil seorang dokter.
Dokter datang dengan dua orang perawat yang mengikuti nya, mereka bertiga dengan perlatan nya siap memeriksa keadaan ku, dokter dengan stetoskopnya dan kedua perawat tersebut yang membawa kertas dengan papan yang aku sendiri tidak tau untuk apa itu, yang aku tau hanya stetoskop yang dokter pakai untuk memeriksa keadaan ku.
Pertama dokter membawa senter untuk memeriksa kedua bola mata ku, lalu setelah dia merasa cukup memeriksa kedua mata ku, dia pun mengarahkan stetoskop ke perut ku dan beberapa anggota tubuh lainnya.
"Apakah kamu bisa merasakan stetoskop ini menyentuh kulit mu?" Tanya sang dokter setelah selesai memeriksa semuanya.
"i...a....k" Jawab ku menggeleng.
Dokter mengangguk "Kamu jangan berbicara dulu yah. Masih ada selang dimulutmu dan kamu banyak-banyak beristirahat" Dokter memperingatkan ku sebelum akhirnya aku mengangguk dan dia pergi bersama kedua perawat nya.
"Saya tinggal dulu yah tuan" Dokter mengangguk kepada Jinyoung sebelum pergi dari kamar ku.
Jinyoung duduk dikursi yang sama saat dia tertidur tadi tepat disamping ku, kali ini kembali menggenggam tangan ku dan menyandarkan kepalanya ketangan ku. Aku menatap nya lamat-lamat ingin aku bertanya sudah berapa lama aku dirawat hingga aku dapat melihat janggut dan kumis pria itu tak ia cukur, tapi apa daya selang dimulut ku tak memperbolehkan aku membuka mulut.
"Maafkan aku sayang. Aku membiarkan mu waktu itu dengan rasa emosi ku." Kata-katanya lirih penuh penyesalan dan air mata menetes diatas tangan ku. Aku tak tega melihat nya seperti ini, aku hanya bisa menggeleng kepada nya tanpa bisa bersuara seakan berkata "Ini bukan salah mu. Jangan salahkan dirimu"
Dan saat setelah aku ikut meneteskan air mata, mata ku terasa sangat mengantuk dan berat hingga tak lagi dapat aku menahan nya dan aku kembali menutup mata ku. Aku kembali tertidur.
Bahkan aku masih penasaran dan ingin bertanya kepada Jinyoung. Dimana ayah? Bagaimana keadaan ayah setelah dia mengetahu anak tunggal nya kecelakaan? Dan yang terpenting apakah Dahyun mengetahui ini semua?
*
*
*
Beberapa minggu kemudian, keadaan ku semakin lama semakin membaik dokter juga mengatakan perkembangan organ-organ ku sangat cepat dan akhirnya setelah beberapa minggu aku pertama kali membuka mataku, akhirnya seluruh peralatan yang terpasang di badan ku dilepas oleh dokter dan juga perawat.
Aku yang masih lemas tidur diatas kasur, hanya bisa melihat hordeng yang terbuka sedikit memperlihatkan sedikit sinar dari balik jendela yang masuk dan memantulkan sinarnya. Karena seluruh orang sedang keluar saat aku terbangun tak lama. Aku senang bisa terbangun dengan seluruh peralatan dibadan ku hilang rasanya lebih ringan dari sebelum nya.
Jarang sekali aku bisa terbangun, lalu menatap jendela melihatnya terang, biasa aku terbangun selalu tepat malam hari. Dan kini aku lihat sinar matahari yang berarti aku bangun disiang hari dan bisa mengobrol dengan semua orang.
Karena terlalu sering aku tertidur, aku juga jadi tak tau ini hari apa tanggal berapa bahka tahun berapa. Berapa lama aku sudah tertidur setelah kecelakaan, ditanggal itu yang terakhir aku ingat saat aku tertabrak mobil.
*Cklek
Suara seseorang membuka pintu kamar ku, membuat pandangan ku teralih kepada pintu kamar yang dibuka pertama kali oleh ayah ku. Ahh aku kangen sekali dengan ayah, selama aku terbangun aku hanya bisa menatap Jinyoung yang terus menunggu ku, dia bilang ayah juga menjaga ku, tapi beliau menjaga ku saat aku tengah tertidur disiang hari.
"Ayah!" Seru ku, masih dengan suara yang sangat lemas. Lalu ayah sedikit berjalan cepat menuju kasur ku, lalu mencoba memeluk ku.
"Maafin ayah nak." Ayah menangis dipelukan ku.
"Tidak ayah, ayah tidak salah. Aku yang tak bisa menjaga diriku sendiri. Dan lihat saat ini aku baik-baik saja bukan?" Aku tersenyum, mencoba menghibur ayah agar tak terlalu mengkhawatirkan aku.
"Mina~Ya!! Momo~Ya!!" Teriak aku kegirangan membuka kedua lengan ku seraya meminta mereka untuk memeluk ku "Kemari!" Seru ku meminta.
"Sana!!" Momo merengek, bersamaan dengan mina memeluk ku.
"Gimana kabar kalian?" Bisik ku saat mereka memeluk ku, lalu melepaskan nya.
"Kami yang harus menanyakan itu" Mina, lalu memalingkan dirinya tak ingin aku melihatnya menangis.
"SANA! Apa yang kamu lakukan? Makanya kalau ingin menyebrang itu lihat-lihat. Jangan lampu merah kamu menerobos nya" Isak Momo, masih penuh dengan candaan membuat seluruh ruangan yang penuh air mata langsung berubah tertawa geli mendengar kepolosan Momo.
Setelah melepas kerinduan yang penuh dengan air mata, akhirnya kamar lengang sebentar. Aku melihat sekeliling kamar, seluruh orang yang aku cintai datang untuk menjenguk ku. Jinyoung duduk disofa bersama ayah, Momo dan Mina yang menonton televisi bersama ikut duduk disofa. Membuat senyuman terukir diwajah ku tanpa aku sadari yang membuat aku ingat satu hal...
"Tapi akhirnya aku berhasil membuat mu tersenyum kembali"
Ingatan itu "Jinyoung, dimana Dahyun?"
Aku akan menunggu janji nya, janji setelah dia menyelesaikan misi terakhir nya dia akan menemui ku. Dan kini aku masih menunggu nya, kapan dia akan datang kepada ku kapan dia akan menepati janji ku. Kim Dahyun, aku mohon setidaknya berikan aku kabar tentang mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her story is my past
Storie d'amorePerempuan yang kutemui disebelah rumah ku, tepatnya pantai yang berada disebelah rumah ku. Sesosok perempuan yang akhirnya menjadi teman ku sekaligus menjadi teman ku satu-satunya, setelah apa yang ayah ku buat kepadaku membuat kehidupan ku berwarna...