Episode 15

9 1 0
                                    

Setelah malam ini puas dengan acara makan-makan yang aku pada akhirnya menepati janjiku untuk membayar mereka makan dan tak lupa, sebelum kami pulang untuk merayakan hari ini, kami berempat minum soju hingga beberapa dari kami sukses teler dibuat nya.

Tapi aku, aku masih tersadar hanya sedikit mabuk, begitu juga dengan Mina yang masih tersadar dan menggotong Momo dibahunya karena dirinya yang mabuk berat, karena katanya mumpung gratis ada yang membayarnya, dia akhirnya minum soju hingga mabuk. 

Begitu juga dengan aku yang lebih berat bawaan nya, haru menggotong pacarku Jinyoung, kalau tidak bisa-bisa dia akan tidur didalam restaurant ini hingga esok hari, alasan nya mabuk karena dia terlalu senang, aku mengiyakan lamaran nya.

Tapi kenapa, hatiku merasa ada yang janggal dengan lamaran ini, apa aku yang belum siap menikah atau? Tidak, aku, aku tak mungkin masih menginginkan perempuan itu, setidaknya sekarang aku sudah ada Jinyoung yang setia disamping ku.

"Cincin yang bagus" Ucap Mina, menggotong Momo. 

"Terima kasih" Jawab ku, melihat cicin dengan berlian yang indah di tangan kiri ku persis di jari manis.

"Aku dan Momo, duluan. Kamu tidak apa menunggu taxi sendiri?"

Aku mengangguk "Tidak apa, duluan saja. Sampai bertemu besok" 

Mina dan Momo pergi bersamaan menuju parkiran restauran, meninggalkan kamu berdua sendirian mencari taxi yang lewat didepan tempat ini, semoga tidak lama lagi taxi datang.

Ku lihat cincin yang diberi Jinyoung untuk sekian kalinya melingkar persis dijari manis ku, apakah pilihan aku ini sudah tepat? Apakah janji nya tak akan mengkhianati ku lagi seperti yang terjadi dihidup ku 6 tahun yang lalu? Bimbang, diriku sangat bimbang saat ini. Taxi pun akhirnya lewat didepan kami.

"Taxi!" Panggil ku, lalu sebuah taxi menepi dipinggir restauran. Lalu aku membukakan pintu mobil untuk Jinyoung yang akhirnya masuk sambil tergeletak lemas, masih dengan keadaan mabuk. "Sebentar Ahjussi. Aku akan masuk sebentar lagi" Aku menutup pintu berdiri diluar mobil.

Cincin ini. Aku membukanya di jari kanan ku, lalu melihatnya dari jauh. Apa jawaban ku adalah pilihan yang tepat untuk ku? Apa aku akan bahagia dengan nya? Kenapa keputusan ini jadi begitu rumit, jika saja ayah sedang di korea, aku akan meminta saran nya.

Cincin yang berada ditangan ku kini, aku lihat dengan sangat jeli dari balik cahaya lampu yang menyinari jalanan, lalu seseorang berlari kencang dari arah sebelah ku dengan cepat mengambil cincin yang berada ditangan ku.

"YA!" Teriak ku.

"Nona, saya akan mengejarnya" Supir Taxi turun dari mobil miliknya, lalu berlari mengikuti si pencuri.

Panik aku, kaki ku bersiap berlari namun aku tak tega melihat Jinyoung sendiri. Ah sudahlah, itu cincin miliknya jika hilang ini semua tanggung jawab ku, aku harus mengembalikan nya dengan selamat.

Kaki ku berhasil melangkah, mengikuti jejak sang supir yang lebih dahulu berlari, hingga kami mengejarnya sampai kedalam gang sempit yang tak jauh dari jalanan raya yang membuat tepat semakin gelap dan sepi.

Tidak, tidak lagi. Maafkan aku Jinyoung, jika cincin mu hilang, tapi semoga sang supir berhasil mengejarnya. Apakah setelah ini Jinyoung kecewa dengan ku dan akhirnya meninggalkan ku?

Aku masih berlari berusaha menjajarkan badan, tapi tak ada hasil yang ada hanya aku dengan kaki yang terlalu lelah dan kehabisan oksigen, setelah sadar sudah tertinggal terlalu jauh, aku terdiam beristirahat lelah. Dan sadar jika kaki ku mulai terluka dan mengeluarkan sedikit darah di ujung kaki ku karena berusaha berlari.

"Sial!" Aku membungkuk mengambil nafas terengah-engah.

"Sepertinya kamu mencari ini bukan?" Ujar seseorang yang terdengar tak jauh dariku.

"Siapa kamu?" Berdiri ku, memaksakan diri bersiap berlari lagi jika ada seseorang yang akan menyakitiku. 

"Kamu mencari ini bukan?" Seseorang yang hanya terlihat bayangan saja, persis didepan ku menunjukan sebuah cincin yang kini berada ditangan nya.

"Balikin!" Seru ku.

"Baiklah, aku akan membalikan ini. Dengan satu syarat"

"Apa?"

"Izinkan aku hari ini menginap dirumah mu" Seseorang itu mulai berjalan mendekat kearah ku dengan perlahan dari gelapnya tempat ia berdiri, hingga akhirnya saat dia berdiri didepan sorotan lampu, baru aku dapat melihat dirinya yang tidak lain dan tidak bukan.

Itulah sosok yang tak asing bagiku, perempuan yang sudah pergi dari hidup ku selama 6 tahun dan dirinya tiba-tiba hadir didepan ku sebagai sosok pencuri yang baru saja mencuri cincin milik ku. Dialah Kim Dahyun.

*

*

*

Sesuai dengan permintaan nya, aku mengambil cincin itu dan dia pergi bersamaku menuju rumahnya menggunakan mobil miliknya. Sedangkan Jinyoung pergi menggunakan taxi yang ternyata supir taxi tersebut berkomplot dengan perempuan yang saat ini menjadi pusat perhatianku setelah kepergiaan nya selama 6 tahun.

Perempuan ini sedang fokus menyetir menggunakan mobil mewahnya, yaitu mobil berjenis porsche 911 terbaru yang ia kendarai saat ini. Sedari dia memberikan ku cincin itu hingga saat ini, mata ku tak luput dari wajah nya. 

Tidak, pasti aku sedang bermimpi tak mungkin, dia sesosok perempuan didepan ku ini tak mungkin dia. Ayolah Minatozaki Sana, bangun dari tidur mu. Kapan semua ini akan berakhir hah?

"Tidak, kamu sedang tidak bermimpi" Ujarnya seakan dia bisa mendengar isi kepalaku, lalu ia menggenggam tangan ku, sentuhan lembut ini, pegangan tangan ini yang aku rindukan selama ini, menyentuh kulit ku, terasa hangat walau cuaca malam ini terasa sangat dingin.

Sudah berapa lama aku menanti mu, sudah berapa lama aku mengalami trauma yang sangat dalam karena kepergian mu, sudah berapa lama kamu membiarkan aku sendirian selama ini? Aku hampir gila kau tau? Kim Dahyun.

Dan kamu datang begitu saja, tanpa bersalah didepan ku bahkan kamu ingin menginap dirumah ku malam ini? Ada apa dengan mu.

"Aku tak suka kamu terus menatapku seperti itu Minatozaki Sana" Dia menyadarkan ku dari pikiran ku, lalu aku masih memandang nya tak percaya, tak ada satu pun kata yang berhasil keluar.

*Chu~

Melihat aku terus memandangnya, dirinya dengan cepat melumat bibir ku dengan bibir nya, seraya berkata "Tolong berhenti memandangi ku" Tapi apa, aku menikmati lumatan bibir nya hingga, aku kehabisan nafas ku lalu melepas nya sambil terengah-engah.

Baru saja perempuan ini mencium ku. 

"Ayo, ini apartment mu bukan?" Dahyun, dirinya keluar dari dalam mobil, lalu berjalan kesisi sebrang membukakan ku pintu, menyuruhku agar keluar "Aku tau kamu bingung dan banyak pertanyaan, tapi biar kan aku beristirahat dan besok aku akan menjawab semuanya"

*

Kami pun akhirnya berdua masuk kedalam gedung apartment, kami berjalan menuju kamar apartment ku yang berada di lantai 4 gedung.

"Kim Dahyun" Akhirnya setelah sekian lama berdiam diri, bibir ini dapat membuka suara.

"Mwo?" Perempuan berambut pirang itu berdiri didepan ku, dengan pakaian serba hitam miliknya. Lalu menoleh kearahku saat setelah aku memanggilnya.

Lalu dengan perasaan sedih, senang dan marah yang bercampur aduk dengan rasa sangat merindukan gadis ini, aku berjalan menuju kearah nya, lalu dengan rasa rindu yang mengganjal di hati ini dan perasaan kesal, aku lalu mencium dirinya persis dimulutnya.

*Chu~

Kami berdua kemudian saling melumat mulut kami masing-masing, tak ada yang mau mengalah hingga kemudian kami melepaskan nya lagi karena mengambi nafas. Lalu lagi dan lagi, kami kembali berciuman diruang tamu milik ku, karena tak bisa lagi menahan rindu.

Resleting milik perempuan yang memakai baju layaknya jaket motor, mulai aku buka perlahan hingga aku dapat melihat pakaian dalam miliknya tersisa dan kami masih terus melumat mulut kami. Hingga aku pun loncat kearah nya saat dia sedang berdiri dan kami masih berciuman mesra.

Kaki pun dapat ditangkap mantap oleh Dahyun, sehingga aku terlihat seperti di gendong olehnya dan lalu Dahyun secara sadar masih sambil mencium ku, membawa ku masuk ke dalam kamar ku, lalu menutup pintu kamar dengan kencang.

Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang