Episode 24

25 1 0
                                    

(Silahkan putar musik diatas)

Author POV

Rekaman suara Dahyun.

"Hai Sana? Bagaimana kabarmu saat ini? Hahaha aku lupa, aku sudah tak dapat lagi mendengar bagaimana suara imut mu berbunyi ditelingaku, maafkan aku yah. Karena kamu mendengar rekaman ini berarti kamu sudah sehat dan sembuh total, aku lega" Suara Dahyun terdengar dari balik rekaman suaranya.

Sana mendengar satu kalimat seperti rasanya tak kuat menahan tangis, ketika mendengar lagi seseorang yang ia sayang benar-benar harus pergi meninggalkan.

"Hey sayang, jangan menangis dong aku tak tega melihat mu menangis, karena aku tidak tau siapa yang akan mengusap air matamu saat ini. Maafin aku yah, sudah tak bisa memeluk mu dengan pelukan hangat ku lagi dan menghapus air mata dipipimu dengan hangat nya tangan ku"

"Tapi tenang saja, dimanapun kamu berada aku akan selalu berada didalam dirimu, menjadi kehangatan bagimu, jadi kamu tak perlu mencariku lagi ada aku didalam dirimu. Sesuai janjiku, aku akan selalu berada disamping mu bahkan menjadi bagian dari dirimu, aku sangat senang tak lagi akan menghilang darimu. Senyum dong, aku ikut sedih melihat mu juga menangis"

"Maafin aku yah, kita akhirnya gak bisa melihat indahnya matahari terbenam di sore hari bareng-bareng lagi. Tapi janji yah sama aku, kamu harus terus melihat matahari terbenam di atas gunung Bukhsan karena itu spot favorite ku selama 6 tahun terakhir, karena dari balik mata mu ada mata ku yang ikut memandangi matahari terbenam. Jangan lupa yah, aku bakal kangen melihat matahari terbenam"

Sana menangi tersedu-sedu perasaan berasalahnya muncul dibenakanya ia berkata "Jika saja aku tak tertabrak kendaraan waktu itu, dia masih hidup dan aku masih bisa melihat nya duduk disisiku saat ini"

"Ini semua bukan salah mu dan bukan salah siapapun, aku mohon jangan menyalahkan dirimu sendiri, sudah cukup dirimu terus disalahkan dari saat aku pertama kali mengenal mu Sana. dan aku tak ingin kamu menyalahkan dirimu sendiri. Karena yang jelas aku memiliki alasan, kenapa harus aku yang mengorbankan diri ku sendiri."

"Karena sayang... dengar aku, kamu memiliki orang-orang yang sayang sama kamu. Kamu memiliki Ayah mu yang selalu menunggu anak kesayangan dan satu-satunya bisa pulang lagi kerumah beliau, Jinyoung yang akan selalu menjagamu, karena dia ingin menjaga mu menghilangkan perasaan bersalah atas kedua orang tua nya yang bunuh diri. Dan tak lupa kedua sahabatmu Momo dan Mina yang tak ingin melihat sahabatnya meninggal"

"Jadi aku mohon ikhlaskan aku yah.... Jangan jadikan diriku alasan untuk kamu tak melanjutkan hidup. Aku memang tak pernah mengerti bagaimana cara nya untuk mengatakan perpisahan dengan baik, Hahaha."

"Tapi aku hanya ingin mengatakan, Jinyoung baik untukmu dan tolong jangan tinggalkan dia seperti aku meninggalkan mu dahulu. Karena aku mengenal nya walau hanya beberapa jam saat kami bertemu, tapi aku sudah menyukai pria itu."

"Jadi sekali lagi aku ingin mengucapkan selamat tinggal. Yah... aku tak ingin melihat mu terus menangis Sana, wajah cantik mu terlihat jelek saat menangis."

"Dan untuk terakhir kalinya, Terima kasih, selamat tinggal Minatozaki Sana. Hanya kamu perempuan yang akan menjadi cinta pertama dan terakhir ku." Rekaman berbunyi, tanda berakhir.

"Jangan pergi!!" Teriak Sana dari dalam ruang tamu, menangis sejadi-jadinya mendengar jelas kalimat demi kalimat yang ternyata lebih menyakitkan, seperti ada duri yang menusuk jantungnya, perih sangat perih.

Dia terus meneriaki nama Dahyun, membiarkan Jinyoung dan ayahnya yang berdiri menunggu diluar rumah, ikut menitihkan air mata. Begitu terpukulnya Sana ditinggal pergi oleh seseorang yang membuat kehidupan nya berubah.

*

*

*

Sore harinya, tepat diatas gunung Bukhansan, sore hari yang cerah kala sang surya mulai tenggelam Sana duduk diatas pegunungan yang sebelum nya dia datangi bersama dengan Dahyun.

Tangisnya tak terelakan, ketika dia begitu ingat moment bersama seorang yang menjadi cinta pertama nya dan ketika dia mengingat rekaman Dahyun yang mulai terlintas jelas di kepalanya

"...Tapi janji yah sama aku, kamu harus terus melihat matahari terbenam di atas gunung Bukhsan karena itu spot favorite ku selama 6 tahun terakhir, karena dari balik mata mu ada mata ku yang ikut memandangi matahari terbenam. Jangan lupa yah..."

Membuat gadis keturunan jepang itu, kembali menangis sambil memeluk kedua kakinya, bahkan aroma mint dari tubuh Dahyun dan hangat nya pelukan, membuat Sana semakin lama semakin merindukan sesosok Dahyun.

Bahkan dia teringat belum sempat menjawab pertanyaan Dahyun tentang "Apakah dia masih mencintainya?"

"Tentu Dahyun, aku masih mencintaimu, bahkan cinta Jinyoung tak dapat menyingkirkan cintamu, padaku. Aku mohon datanglah, seperti saat kamu datang saat aku sudah tak lagi mengharapkan mu" Rengeknya.

"Sana" Panggil seseorang yang ternyata Tuan Minatozaki, yang ternyata sudah berdiri tepat dibelakang anaknya.

"Ayah?" Pelan Sana menatap ayahnya dengan tatapan yang terlihat putus asa. Lalu dengan perlahan Tuan Minatozaki duduk disebelah Sana persis disebelah anaknya sambil merangkul, diikuti kepala gadis itu bersandar diatas bahu ayahnya terlihat sangat sedih.

Hening terjadi dengan keduanya, hanya terdengar suara hembusan angin sore itu yang meniup kedua nya, hingga membuat rambut Sana tertiup angin.

"Indah sekali" Dua kata yang terucap dari mulut ayahnya. "Ternyata indah sekali, 6 tahun dia melihat ini semua dan rela memberikan mata nya kepadamu, itulah cinta seseorang yang sangat tulus yang pernah ayah saksikan sendiri" Tuan Minatozaki mulai bercerita kepada anak tunggalnya.

Matahari mulai tenggelam dibawah perkotaan negara korea, membuat hari semakin lama mulai terlihat semakin gelap. "Kamu tau, pertama kali ayah melihat sosok Dahyun. Walau ayah tak pernah mengetahui akan dirinya, tapi yang ayah yakini cuma satu, dia sangat tulus mencintaimu. Hingga rela mengorbankan nyawa nya kepadamu"

Kata-kata itu membuat Sana gadis nya kembali merintihkan air mata untuk kesekian kalinya dan kali ini air mata itu bertambah parah, karena kata-kata ayahnya yang sangat menyentuh, membuat Sana kembali teringat betapa dia juga mencintai gadis itu.

Tuan Minatozaki ikut menitihkan air mata, membuat pria tua itu mengelap ujung matanya "Dan sebelum anak muda itu masuk keruang operasi. Ayah, Jinyoung, Chaeyoung dan seluruh perawat maupun dokter yang berada disana menyaksikan langsung dan menitihkan air mata, mendengar kalimat terakhirnya"

"Tolong jaga Sana paman. Karena aku gagal menjaganya, kali ini aku akan membayar janjiku kepadanya. Dan aku hanya minta satu saja dari paman, tolong selalu buat gadis itu tersenyum" Tuan Minatozaki, bercerita.

"Jadi, teruslah tersenyum. Jika kamu ingin membuat Dahyun bahagia Sana." Pria itu mengelus kepala anak gadisnya.



The End

Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang