Episode 05

23 1 0
                                    

Entah sudah berapa tetes air mata yang aku keluarkan hari ini, setelah apa yang terlah terjadi tadi pagi, rasa sakit dari tamparan di pipi ku masih terasa tapi tak sesakit rasa sakit hatiku, itulah yang terjadi kepadaku saat ayah mulai kumat dengan over protective nya, memang punya gangguan jiwa pria tua itu.

Sudah lama sekali aku tak melihat ayah tak semarah ini, terakhir seingat ku saat aku masih duduk di kelas 8 sekolah menengah pertama, karena tentang dirinya cemburu dengan bibi saat aku berusaha membela bibi dia melakukan hal kejam dengan menendang ku hingga aku terpental jauh dan kata-kata "Anak tidak tau terimakasih" Keluar dari mulut ayah, moment yang selalu aku ingat, tentang ayah.

Hari ini bertepatan sekolah libur dan aku hanya berbaring diatas kasur putih bercorak emas milik ku, masih memakai pakaian yang tadi pagi aku pakai dan pikiran busuk ku terlintas untuk mencoba bunuh diri diatas kasur ini setelah semuanya ayah mengambil kebahagian ku demi keegoisan nya.

Dahyun, jika kamu disini aku butuh pelukan hangat mu dari hatiku yang kembali terluka oleh seseorang yang mengaku sebagai orang tua yang mendidik anak nya, bahkan aku sebagai anaknya tidak merasakan keberadaan orang tua setelah ibu ku sudah lama meninggal saat ku kecil.

Tanpa sadar bayangan wajah Dahyun melintas di kepala ku, senyum nya, tawa nya sukses membuat ku tersenyum dan menitihkan air mata untuk kesekian kalinya untuk hari ini, rasa bahagia yang selama ini hilang dari diriku, kembali hadir setelah kedatangan sesosok perempuan berambut pirang dan memiliki kulit yang sangat putih layaknya tahu, Kim Dahyun.

(Flashback)

Kemarin

Malam hari yang sangat dingin, bercampur hangat karena tubuhku dipeluk perempuan yang ku sebut sebagai teman. Kami menikmati moment indah malam itu dengan keheningan, rasa mengantuk sama sekali belum menjalar di kepala ku, hanya rasa tak ingin pergi dari pelukan ku untuk sekarang.

"Dahyun" Panggil ku pelan, masih memandang langit.

"Emm?" Dehem perempuan menatap kearah ku, mengisyaratkan kalau dia terpanggil saat aku memanggilnya.

"Aku penasaran deh dengan kehidupan mu"

"Hidup ku?" Tanya nya, tatapan nya seperti dia tak keberatan dengan kata-kata itu, lalu aku mengangguk.

"Aku yakin kamu tidak ingin mengetahuinya, Sana" Jawab nya sambil tersenyum sampai memperlihatkan jejeran gigi nya, putih dan rapih.

"Ayolah, aku hanya penasaran" Bujuk ku, menatapnya balik sambil merengek meminta. 

Senyuman perempuan ini semakin melebar melihat ku merengek lalu perempuan itu mengangkat tangan nya dan menyandarkan tangan kiri nya untuk mengelus pelan pipi ku mendekatkan wajah kami, membuat keheningan semetara diantara kita, jantung ku mulai berdebar tak karuan hanya bisa membeku menatap kedua mata coklat indah yang dimiliki perempuan di samping ku ini.

Apa yang kamu lakukan Kim Dahyun? Kamu berusaha menghipnotis ku? Tapi jujur, saat ini aku terhipnotis tak ada yang bisa kulakukan, bahkan menghindarkan wajah mu dari depan wajahku, aku tak bisa seakan seperti ada yang membekukan leher ku.

"Baiklah, tapi tidak hari ini" Ujarnya, melepaskan sentuhan hangat diwajah ku, lalu mengalihkan pandangan nya keatas langit.

"Yah, kenapa tidak?" Tanyaku dengan ekpresi kecewa, kembali mengeluskan kepalaku dipundak nya, kembali merengek.

"Hey Sana" Dia menghentikan rengekan ku dengan kedua tangan nya yang berhenti dikedua bahu dan itu membuat ku sukses berhenti merengek kepadanya. "Akan ku pastikan esok hari, aku janji akan memberitahu, tapi tidak sekarang bagaimana?"

Aku mengangguk dan sangat senang, berarti masih ada hari esok bersamanya. "Bagaimana jika besok aku tidak datang kesini?" 

"Emm" Perempuan itu memutar bola mata nya kearah atas, menunjukan jika dia sedang menimbangkan sesuatu " Aku akan selalu ada disini menunggumu. Minatozaki Sana" 



(Flashback Off)

Semakin deras air mata yang mengalir saat ini mengingat kenangan hari itu. Saat ini tak ada yang bisa kulakukan, bahkan hanya untuk sekedar mengobrol sebentar dipantai, dengan keadaan ayah yang sedang seperti ini, aku bisa di sabetnya jika aku tidak di dalam kamar, sampai pergi kerja, baru aku bisa bebas berkeliaran tanpa orang tua itu.

Bangkit aku dari atas kasur lalu berjalan, duduk diatas kursi yang menghadap meja belajar ku dan disana aku menyalakan laptop ku. Menunggu laptop ku menyala aku melihat kearah luar jendela, ternyata hari sudah memasuki sore, menjelang malam, matahari sudah berada di tepi lautan tinggal menunggu dirinya sempurna sebelum malam tiba.

Maafkan aku Kim Dahyun, aku tak bisa menepati janji ku untuk bertemu dengan mu, mungkin saat ini kamu sedang menunggu ku seharian disana, tapi karena ulah ku sendiri membuat ku tak bisa bertemu mu hari ini.

Suara laptop yang baru saja menyala membuatku mengalihkan pandangan dan pikiran ku masuk kedalam nya, lalu melupakan apa yang sedang ku rasakan dan mencoba fokus melihat kegemaraan ku membuat suatu cerita atau hanya sekedar puisi yang kutulis saat mood ku sedang turun atau dengan kondisi yang saat ini, itu membuat ku lebih baik.

Sudah banyak puisi cerita yang aku tulis, tapi tak ada satupun seseorang yang mengetahui nya, jadi aku menulis semua ini hanya untuk diriku sendiri dan tak berharap ada seseorang yang membaca atau sampai mengapresiasi tulisan ku ini.

Hari ini aku menuliskan sebuah tulisan kegundaan ku yang aku beri judul "Janji dan menunggu"  Rasanya judul ini pas untuk menjelaskan janji nya yang akan selalu menunggu ku. 

Beberapa kata aku tulis seperti air mengalir tanpa ada penghalang, perasaan ku terhadap perempuan itu, hingga satu titik dimana aku mulai gelisah saat menuliskan sesuatu tentang dirinya. Tak ada satu pun kata yang mengalir di pikiran ku ketika aku sadar hari sudah memasuki malam hari, rasanya aku ingin meloncat dari atas jendela kamar ku, aku tak ingin sehari pun melewatkan hari ku bersama nya.





Maafkan Author manteman, episode ini tak terlalu panjang but i hope you'll ejoyed this episode. See You Soon!

Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang