"Jadi itu alasan mu mengajak ku mengobrol berdua denganku?" Jinyoung menyeruput segelas kopi yang masih mengepul panas di atas meja, baru saja datang.
Aku kembali mengangguk "Aku tidak tau, hanya aku ingin saling jujur sebagai pasangan dan kamu berhak tau"
"Tapi kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan ku?" Dia menahan ucapan nya yang mengambang "Apakah kamu masih mencintai perempuan itu?" Dia mengulangi pertanyaan yang sama.
Lagi, lagi aku hanya bisa berdiam diri tak dapat membuka mulut, rasanya sangat berat seakan ada seseorang yang mencoba menutup mulut ku dan menyalamatkan ku dari jurang yang akan membawa ku terjun bebas dalam penyesalan jika aku memberitahunya sesuatu.
"Aku masih sangat mencintai mu Park Jinyoung. Percayalah padaku, aku selalu mencintaimu. Tapi aku mohon kepadamu, jangan ungkit masalah ini dengan Dahyun tapi aku harus jujur kepadamu, aku belum siap untuk menikah dengan mu" Dengan berat hati sambil membuka cincin yang setia dari beberapa hari yang lalu di jari ku, sekarang seperti sudah saatnya aku memberikan nya kembali ke pemiliknya.
"Jadi begini saja akhirnya? Kamu lebih memilih dia dari ku?" Jinyoung pria yang sedari tadi duduk didepan ku beranjak berdiri saat melihat ku meletakan cincin pemberian nya.
"Sudah aku bilang jangan sangkut pautkan pilihan aku ini dengan dia. Bukan karena nya yang membuat aku memutuskan pertunangan ini, tapi memang sejak awal aku belum siap untuk menikah Jinyoung" Aku menengadah kepala ku, melihat dirinya dengan ekspresi yang marah.
"Baiklah kalau itu mau mu." Jinyoung mengambil cincin yang kuletakan diatas meja cafe, lalu beranjak dari sana sebelum akhirnya aku ikut berdiri lalu mengikutinya berjalan hingga keluar dari cafe.
"JINYOUNG!" Teriak ku, setelah melihat nya sudah menyebrang jalan di perempatan jalan raya tak jauh dari cafe.
Melihat Jinyoung berhenti diakhir zebra cross, aku kembali berteriak lalu bergegas menghampirinya tanpa aku sadar semua orang yang berada disana meneriaki ku. Saat aku sadar bahwa lampu pejalan kaki masih berwarna merah, belum juga aku sempat melihat kearah jalan raya, sebuah mobil berhasil menabrak ku.
Disaat itulah semua menjadi gelap dan aku hanya berharap bisa mati saat ini, karena tak menginginkan rasanya dilema karena seseorang yang aku cintai dan tak ingin memilih salah satu dari mereka, karena aku sudah terlanjur mencintai mereka, rasanya aku melihat diriku sangat egois.
*
*
*
1 Tahun yang lalu.
Waktu itu, aku sedang duduk bersama dengan kedua teman ku Mina dan Momo diperpustakaan dengan buku-buku yang sudah menjadi tumpukan tinggi didepan kami bertiga dan laptop yang setia kami ketik di layar monitor sangat serius.
Saat itu kami bertiga tengah dikejar deadline tugas yang beberapa hari lagi harus dikumpulkan karena tak hadirnya aku selama seminggu dikarenakan masuk kedalam UGD dalam percobaan bunuh diri. Dibantu dengan Momo dan Mina, akhirnya setelah aku membaik aku kembali berusaha untuk mengerjakan Deadline yang diberikan.
Aku menghela nafas, merenggangkan otot leher ku pegal menatap layar laptop lelah pikiran ku, karena sudah hampir 2 jam kami bertiga menatap laptop dengan tugas yang tak kunjung selesai.
"Sana~ya gwenchana?" Momo yang memakai kacamata, lalu dengan respon khawatir dia menghentikan ketikan nya. Begitu juga dengan Mina yang ikut berhenti mengetik lalu perhatian nya beralih ke arah ku.
"Nee" Balas ku. Tersenyum.
"Apakah kamu ingin beristirahat sejenak?" Sambar Mina.
"Tidak usah, aku baik-baik saja. Tugas juga harus dikirim hari senin bukan kepada Mr Siwon?"
"Tapi Mr Siwon sudah memberi izin kita akan telat mengirim tugas kelompok. Jadi tenang saja Sana" Ujarnya.
Saat sedang saling menatap ku, kedua sahabat ku ini menunggu jawaban dari ku, aku hanya menatap mereka bingung, aku ingin sekali beristirahat tapi...
"Aku akan membantu kalian" Seseorang yang entah darimana datang nya, tiba-tiba menghampiri kami. Seorang cowo yang sebenarnya tak terlalu asing bagiku, tapi aku tak dapat mengingatnya siapa.
"Kamu Hirai Momo kan dari kelas sastra?" Tunjuk nya kepada Momo yang melihat cowo itu dari kacamata nya, lalu Momo mengangguk mengiyakan. "Kamu Myoi Mina?" Mina ikut mengangguk "Dan kamu Minatozaki Sana?" Tunjuk nya kepada ku.
"Nee" Aku juga ikut mengangguk.
"Namaku Park Jinyoung." Dia memberikan tangan nya sambil tersenyum kepadaku.
Aku menggenggam tangan cowo ini "Apakah aku mengenal mu? Kamu terlihat tidak asing" Polos ku.
Jinyoung hanya menyengir hingga aku dapat melihat gigi nya berjejer rapih disana "Kita sekelas Sana. Tapi mungkin aku tak sepopuler cowo lainnya, tapi tidak apa. Karena aku dan kelompok ku sudah selesai dengan tugas kami, aku akan membantumu"
Cowo itu duduk, ternyata dia juga membawa laptop milik nya yang berada didalam ransel yang saat ini dia taruh di lantai perpustakaan. Kali ini, pikiran ku tak lagi pusing setelah di bantu oleh cowo bernama Jinyoung yang tanpa aku sadari ternyata dia sekelas dengan ku. Walau aku tak pernah sadar akan hal itu.
Aku juga heran saat menatap pria yang sedang duduk disebelah ku ini, sambil mengetik laptop milik ku dan beberapa kali memeriksa miliknya.
Seingatku aku jarang sekali ada di kelas dan kadang absen dan harus mengikuti kelas online beberapa kali dan juga aku sangat diam di kelas, tak terlalu populer bahkan banyak mahasiswa yang tak mengenaliku hanya Momo dan Mina, tapi cowo ini bisa mengenaliku.
"Sebenarnya punya mu sudah bagus. Tapi kamu harus buat susunan kalimatnya lebih rapih lagi bisa? Yah kurang lebih seperti punya ku tapi kamu harus membuat dengan versi mu sendiri jangan mengcopy persis seperti ku" Dia menoleh kepada ku saat aku kedua mata ku masih setia melihat kearah nya.
"Ahh Nee. Araseo" Angguk ku dua kali, lalu memperhatikan layar laptop milik ku dan milik nya. Dan aku mulai kembali fokus dengan tugas ku.
Setelah sejam kemudian aku terus menatap laptop, aku mulai merasa ada yang tak beres dan tak ingin melanjutkan tugas didepan ku, seperti rasanya ingin marah dan membanting laptop ku sendiri sambil berteriak. "Tidak Sana, tahan dirimu kamu saat ini sedang di perpustakaan, bukan dirumah"
Lalu dengan penuh perasaan emosi, aku membanting pelan laptop keatas meja perpustakaan membuat suara nya bergema di ruangan yang hening ini. Sontak ketiga teman ku menoleh saat setelah aku melakukan hal yang saat ini tak bisa aku kontrol yaitu. Perasaan ku sendiri.
"Mwoya?" Momo dan Mina sontak menatap ku.
Dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan rasa emosi yang aku pun tidak tau datang nya darimana, aku menggeleng kepala seraya berkata "Tolong jangan pedulikan aku" Dengan perlahan air mata mulai jatuh dari ujung mataku, membuat ketiga teman ku tersontak bingung.
"Maafkan aku Momo." Aku harus balik.
"Kamu yakin?" Momo dengan cepat memeluk ku, seakan dia tau aku sedang membutuh kan seseorang disamping ku. Begitu juga Mina yang ikut duduk disebelah ku dan mengusap bahu ku lembut.
"Biarkan aku yang mengantarnya" Jawab Jinyoung "Kalian berdua harus melanjutkan tugas yang sedang kalian kerjakan bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Her story is my past
RomancePerempuan yang kutemui disebelah rumah ku, tepatnya pantai yang berada disebelah rumah ku. Sesosok perempuan yang akhirnya menjadi teman ku sekaligus menjadi teman ku satu-satunya, setelah apa yang ayah ku buat kepadaku membuat kehidupan ku berwarna...