Episode 23

12 1 0
                                    

*BUKK

Satu tonjokan berhasil melayang disalah satu pipi seorang Dahyun, walau wajah nya terlihat banyak mengeluarkan darah, tapi sepertinya cowo yang baru saja menonjok nya tak peduli dengan itu, wajah nya memerah seraya merasakan emosi saat melihat wajah perempuan yang baru saja di tinju oleh nya.

Aku dengan sigap membela atasan ku, menodong pistol yang ku simpan di saku celana "Diam! Kamu menojok nya sekali lagi, kepala mu hilang" Ujar ku menodong pistol kepada cowo yang baru saja menonjok Dahyun.

Dahyun mengangkat tangan nya kepada ku "Cukup Chaeyoung. Disini kita datang dengan damai" Dahyun kembali bangkit dari jatuh nya.

"Cukup Jinyoung. Dia pasti ada alasan nya kenapa kesini" Salah satu pria tua yang nampak nya sudah sangat tua terlihat dari rambut nya yang berwarna putih, menenangkan emosi cowo yang aku tak salah dengar namanya Jinyoung.

"Tapi Ahjussi" Masih dengan emosinya cowo itu masih ingin menghampiri nya.

"Jinyoung!" Seru orang tua yang mencegat nya dengan tubuh nya sendiri "Kita tau siapa dia dan pengaruh nya untuk Sana. Jika nanti dia bangun dan mengetahui kamu menonjok nya"

"Kamu juga Chae, turunkan senjata mu. Kita tak berniat mencari ribut disini" Suruh nya, lalu dengan berhati-hati aku memasukan pistol yang baru saja aku tarik pelatuknya.

Didepan ruang operasi sangat lengang tak ada yang berbicara, didepan ruangan itu hanyalah ada kami berempat yang saling bertatap-tatapan berdiri, kami hampir membuat keributan disana jika orang tua itu tak dapat mengendalikan cowo yang masih dengan emosinya.

Setelah itu kami berempat duduk dikursi yang disediakan, aku dengan Dahyun dan cowo itu duduk bersama pria tua yang tadi mencegat cowo itu. Masih dengan suasana yang hening tanpa ada yang ingin membuka mulut. Mereka berdiam diri menunggu operasinya selesai.

Pria tua yang duduk disamping cowo itu, lalu bangkit menghampiri Dahyun yang duduk di samping kanan ku, aku disuruh oleh Dahyun untuk menjaganya ingin sekali ikut berdiri, takut jika pria tua itu melukainya seperti layaknya cowo itu barusan, tapi Dahyun mengambil tangan ku terlebih dahulu seperti menyuruh ku tetap duduk.

"Dahyun, sepertinya luka mu parah dan darah mu yang keluar cukup banyak, tak sebaiknya kamu ke UGD untuk mendapatkan perawatan" Pria tua itu halus, seperti sedang memberikan pesan kepada anaknya sendiri.

"Ahh tidak usah Ahjussi, aku baik-baik saja." Senyum Dahyun tanpa rasa kesakitan ataupun lemas karena kekurangan darah.

Lalu pria tua itu duduk disamping Dahyun sambil mengbrol bersama dengan berbisik hingga membuat aku tak bisa mendengar percakapan mereka, yang aku tau hanya pria tua itu berbisik lalu menangis dipelukan Dahyun. "Nee Ahjussi, aku tak merasa berkorban untuk itu" Lalu Dahyun kembali tersenyum sambil menengkan pria itu.

Tak lama suara langkah kaki terdengar lalu pintu operasi dibuka, keluar sosok seorang sepertinya itu dokter dengan masih memakai pakaian serba hijau nya "Aku perlu mengobrol dengan wali dari nona Minatozaki" Ujar sang dokter, diikuti dengan pria tua yang beranjak dari duduk disamping Dahyun menghampiri dokter.

Dokter dan sang pria tua mengobrol cukup lama, bahkan aku lihat dokter juga menepuk pundak si pria tua, aku mengerti apa yang diderita seseorang yang sedang dioperasi saat ini sepertinya bukan hal sepele dan membuat pria itu sempat kembali menangis.

Si pria tua mengangguk kepada dokter dan menunduk "Aku akan menunggu keputusan tuan, ketuk pintu ini jika sudah selesai mendiskusikan nya" setelah itu dokter kembali masuk keruang operasi. 

"Bagaimana Ahjussi?" Jinyoung cowo itu berdiri lebih dulu, meminta penjelasan sang dokter tadi.

Sedangkan aku dan Dahyun duduk menunggu kabar dari orang tua yang akhirnya membuka suara. "Sana..." Suaranya seakan tak sanggup untuk menceritakan nya.

"Hampir seluruh organ nya rusak dan.... Harus ada yang mau untuk mendonorkan organ untuk nya... dan siapapun pendonor itu seseorang yang harus siap mati. Jika tidak ada dalam kurun waktu beberapa jam, dia tak akan selamat" Pria tua itu terseduh-seduh, memeluk Jinyoung.

"Aku, aku yang akan mengorbankan nyawa ku" Dahyun berdiri, membuat semua orang reflek melihat kearah nya.

"Mwo?" Reflek ku.

"Tak mungkin nak Dahyun, kita tak ingin melihat Sana bersedih" Si pria tua masih dengan air mata yang mengalir, berjalan kearah Dahyun.

"Biarkan aku berkorban untuk terakhir kalinya Ahjussi, selama ini aku sudah cukup membuatnya menderita karena diriku sendiri dan inilah bentuk permintaan maaf ku kepadanya" 

"Tapi nak, kamu harus tau, dia sangat memerlukan mu dan hatinya bisa hancur karena harus kehilangan mu" Pria tua menepelkan tangan nya diatas pundak Dahyun.

"Tidak Ahjussi, Sana memiliki seseorang yang setia disamping nya daripada aku. Aku tidak ingin melihat Sana menangis karena aku tak pernah menepati janji ku dan karena dia menginginkan aku terus disamping nya dan begitu juga dengan janji ku 6 tahun yang lalu dan saat inilah aku tak hanya berada disamping nya, tapi aku akan menjadi bagian darinya selama hidupnya."

"Aku mohon Ahjussi, biarkan aku berkorban untuk menggantikan dirinya." Dahyun pun berjalan mundur lalu menunduk kearah pria tua yang berada didepan nya. "Dan aku mohon sebelum aku pergi, biar aku menuntaskan janji ku, janji terakhir ku."

*

*

*

Sana POV

"Dan setelah menuntaskan pesan terakhir dan janji nya kepadamu, dia di operasi dan sekarang dia sudah bagian dari hidupmu Sana" Chaeyoung menitihkan air mata tak kuasa menahan tangis, menyelesaikan ceritanya.

"Dahyun... tidak mungkin, tidak mungkin Dahyun setega itu pergi meninggalkan aku sendirian. Aku yang seharusnya pergi bukan dia" Lirih ku, tak ingin menerima kenyataan.

Chaeyoung menggenggam tangan ku "Ini bukan tanpa alasan Sana dia pergi meninggalkan mu dan mengorbankan dirinya" 

"Tapi kenapa? Apa alasan nya" Tubuhku gemetar melepas tangisan yang tak kunjung berhenti.

Chaeyoung bangkit pergi meninggalkan aku sendirian disana sambil menangis sebelum akhirnya dia kembali membawa sebuah perekam dan beberapa cd yang dia letakan diatas meja, lalu kembali duduk.

"Dia ingin kamu mendengarkan ini. Sebelum dia pergi dia ingin kamu mendengar ini"

Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang