Episode 08

23 3 0
                                    

Aku tak tau bagaimana baiknya Nyonya Kim kepada ku, aku merasakan sosok ibu dari dirinya yang sedang bercerita dan menasehati anaknya, walau kami baru saja bertemu beberapa menit yang lalu, tapi aku merasa kehangatan darinya menasehati ku.

"Ayo kita bergegas memulangkan mu Sana!" Seru Dahyun dari arah belakang kami berdua, saat aku masih mengobrol seru dengan bibinya di teras rumah. Dirinya sudah terlihat segar dan dengan rambut yang basah tergerai.

Tercium aroma mint dari sabun yang ia pakai setelah memakai baju, aku dapat mencium nya dan merasakan nya, aroma khas dari seorang Dahyun, aroma ini cocok untuknya. 

"Dahyun~ah, kasian Sana, sebentar lagi akan turun hujan, tidak kah dia menginap saja disini" Ujar Bibi kepada keponakan nya yang duduk dengan kedua kaki menumpu tubuh nya.

"Tapi Bi, Sana dan a..."

"Iyah Bi, aku rasa akan menginap dulu untuk satu malam disini" Aku memotong ucapan nya yang baru saja akan menceritakan tentang ayah ku.

Lagi pula ini kesempatan ku untuk menjauhi rumah itu, tak peduli ayah akan mencari ku atau tidak, sekarang aku hanya ingin bersenang-senang dan ingin merasakan rasanya kebebasan diluar sini.

"Sana? Apakah kamu serius? Bagaimana dengan...."

"Ayolah aku mohon, izinkan aku untuk menginap" Ujar ku, mengelus salah satu tangan Dahyun, meminta izin dirinya.

"Bi?" Dahyun melihat kearah bibi yang sebagai orang tua asuh sekaligus sang pemilik rumah. Bibi pun tersenyum dari wajah nya terlihat senang dan tak keberatan menyambut ku dirumah nya, lalu mengangguk. "Baiklah"

"Yeayyy" Lompat aku langsung memeluk Dahyun dengan sangat senang.

"Pasti kalian lapar, bibi akan memasakan, makan malam" Bibi beranjak dari sana masuk kedalam rumah.

"Biar ku bantu Bi"

*


*


*

Makan malam pun akhirnya siap, meja makan ini sangat sederhana hanya ada meja disana, meja pendek yang memungkinkan kalian makan dibawah lantai, disana aku, Dahyun dan Bibi duduk, aku bersebelahan dengan Dahyun dan Bibi didepan kami.

Makanan pun sudah tersedia diatas meja beberapa kali lebih cepat karena aku yang mengajukan diri untuk membantu Bibi memasak, begitu juga dengan Dahyun yang akhirnya ikut memasak bersama. Membuat wajah kami sedikit cemong karena saling menjahili satu sama lain dengan bahan-bahan masakan, membuat moment yang seru sebelum makan malam.

"Kalian yakin tak ingin cuci muka?" Tanya Bibi sebelum memulai makan, kali ini bibi terkekeh sambil menggeleng melihat kami.

Aku pun langsung menoleh kearah Dahyun dan tertawa melihat muka nya yang sudah berlumuran bahan-bahan masakan "Hahaha, Lihat muka mu itu cemong sekali" Tertawa ku.

"Ngaca!" Seru Dahyun lalu seketika muncul kaca dari tangan nya, lalu mengangkatnya membuat diriku mengaca seketika.

Seketika membuat ku terkagum heran, bagaimana cermin itu bisa muncul seketika ditangan nya? Curiga jika dia...

"Hahaha, aku melukis huruf ㅋㅋㅋ Didahi mu" Tertawa Dahyun tak kalah heboh.

"Ihhh, menjijikan kamu menggunakan saus kimchi untuk menulis ini? Perawatan muka ku lebih mahal dari saus itu" Rengek ku kepadanya, namun Dahyun hanya terkekeh senang bisa balas mengerjai. 

"Kamu duluan yang mulai"

"YA!" *DUARRR!

Teriakan Bibi hingga bergema di ruangan ini, berbarengan dengan suara petir dari luar rumah yang terdengar kencang, reflek membuat ku dan Dahyun semakin takut dan terdiam menatapnya.

"Aku kira dia cukup baik, namun ternyata dia bisa menyeramkan" Bisik ku kepada Dahyun sambil diam mematung.

"Memang aslinya dia menyeramkan" Sambar Dahyun, menjawab.

"Cuci muka kalian sekarang, lalu kita makan bersama" Tegasnya, sontak membuat aku dan Dahyun langsung berlarian ke kamar mandi, layaknya anak kecil. "Satu persatu!"

*


*


*

Makan malam selesai dengan sangat baik, aku merasa sangat senang dan nyaman setelah merasakan kehangatan diatas meja makan tadi, aku, Dahyun dan Bibi membahas banyak hal dari cerita masa kecil Dahyun yang ternyata manja kepada ibu nya saat kecil, hingga membahas juga betapa nakal perempuan itu saat dia masih belia.

Setelah selesai semua, akhirnya kami berdua memutuskan untuk beristirahat dikamar Dahyun, kami duduk berdua bersebelahan bersandar kepada dinding kamar yang terbuat dari kayu, membuat nya tak terada dingin walau didepan hujan deras.

Hening terasa di antara kita, tak ada yang memulai obrolan malam ini, hanya aku dan dia kembali dengan pikiran kami masing-masing, duduk bersebelahan dengan selimut yang sama menyelimuti kami berdua, walau diantara kami berdua belum ada yang mengantuk. Hanya suara hujan dan petir yang sekali-kali menyambar yang bisa kudengar.

"Terima kasih" Aku berhasil mencari kata untuk melelehkan suasana didalam sini.

Tak ada jawaban, hanya terdengar Dahyun yang mendengus sambil tersenyum lalu menempatkan telapak tangan nya di atas kepala ku sambil mengusap layaknya dia sedang mengusap kepala seekor anak kucing. 

"Jangan berterima kasih padaku, berterima kasih lah pada semesta yang mempertemukan kita berdua" Ujarnya, bijak. Walau saat didapur tadi aku melihat kelakukan nya seperti anak kecil, namun tetap saja sisi bijaknya tak pernah hilang, sisi itu yang akan selalu aku rindukan darinya jika dia tidak disamping ku.

"Oh yah, Sana. Sebelum waktu berlalu begitu cepat, sebelum matahari muncul menandakan waktu sudah menunjukan pagi hari dan pertemuan panjang ini berakhir. Aku ingin bertanya kepadamu" Dia melepaskan tangan nya dari kepala ku, perempuan pirang itu sepertinya membawa obrolan ini semakin deep.

"Tentu saja" 

"Apa impian mu selama ini?" Tanya nya.

Wajahku menatap atap kayu kamar ini, mencari jawaban dan ingatan masa lalu tentang mimpi ku, tapi sepertinya aku tak punya mimpi lagi selain bisa bebas dari asuhan ayah ku "Aku bisa pergi bebas dari ayah ku" Jawab ku persis yang terlintas dibenak ku.

"Kamu tak punya mimpi untuk menjadi seseorang yang seperti apa untuk masa depan mu?" Tanya nya lagi, mungkin dirinya tak puas dengan jawaban itu.

Aku hanya menggeleng sambil berdehem, mengartikan tidak, aku tak pernah terpikirkan sekilas pun tentang mau apa aku jadinya dimasa depan ku.

"Tapi saat kamu bebas nanti apa yang kamu inginkan selain hanya bebas? Kamu tak ada keinginan untuk kuliah dan mempunyai teman?" 

"Terkadang, bahkan aku bermimpi jika ayah mengizinkan ku untuk berkuliah" 

"Apakah kamu senang?"

"Tentu saja" Jawab ku sambil menganggukan kepala ku pelan. "Tapi saat ini saja aku sudah sennag, jika kamu berada di samping ku Kim Dahyun" Lanjut ku, lalu perlahan bergeser hingga jarak antara kita hanya sebatas kumpulan atom di tubuh kita.

Dahyun kembali meletakan tangan nya di kepala ku dan aku meletakan kepala ku dipundak nya, malam ini hawanya dingin namun bercampur hangat dari percakapan kami dan hangat nya tubuh seseorang yang sekarang memeluk ku sambil mengelus-elus kepala ku.

"Apakah kamu bisa berjanji kepada ku?" 

"Apa yang kamu mau? Selama aku sanggup dan aku masih bernafas selama itu aku sanggup untuk memegang janji ku kepada mu"

"Janjilah kepadaku, kamu akan selalu menemaniku"


Her story is my pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang