whining

29.5K 1.6K 10
                                    

Di tengah-tengah hutan, beberapa tenda sudah berdiri kokoh. Satu jam yang lalu mereka tiba di lokasi, tak lama mendirikan tenda sebagai tempat berteduh sementara. masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang. Perempuan dan lelaki tentu pisah tenda.

Mereka akan menginap satu malam, pagi akan kembali ke kota. Lumayan jauh perjalanan, ketika tiba senja pun mulai menampakkan sinar nya. Damar sengaja memilih hutan yang paling jauh, entah apa yang ada di pikirannya.

Siswa kelas XII Ipa itu terdiri dari tiga puluh lima murid. Sebagian mencari kayu untuk membuat api unggun dikarenakan hari hampir gelap, di temani kakak pembina yang di khususkan untuk menjaga mereka. Orang tua Atlas yang cemas karena anak nya yang berpergian ke tengah hutan, tak ragu untuk menyewa orang orang handal sebagai pembina, tanpa sepengetahuan Atlas tentunya.

Sudah pukul tujuh malam. Mereka duduk melingkar, api unggun yang berada di tengah sebagai penerang. Senyum tak lepas dari wajah Alda dan juga yang lainnya. Membuat Keano yang duduk agak jauh tersenyum kecil. Melihat senyum Alda seperti itu, seketika teringat bahwa kemarin senyum itu muncul di karenakan dirinya. Sekarang tidak lagi, Keano harus menerima kenyataan bahwa seseorang yang datang tak selamanya menetap.

Karena terlarut melihat indahnya senyuman gadis yang dulu pernah bersamanya, ia sampai lupa bahwa malam ini malam yang tepat untuk ia berbicara empat mata bersama Alda.

Keano beranjak dari duduknya. Melangkah kearah Alda yang sibuk bernyanyi bersama Clara dan Bianca

"Kael, aku mau bicara sama kamu, terakhir kalinya." ucap Keano setelah berhasil mencolek pundak Alda membuat sang empu menoleh

Mendengar kalimat terakhir, Alda tampak ragu mengangguk. Ia pamit pada Clara dan Bianca. Beranjak, melangkah menjauh dari teman-temannya

Alda tertawan kala sampai di tempat Keano membawanya. Melihat lautan bintang di sertai cahaya rembulan yang amat begitu terang hingga tidak memakai senter pun jalanan akan terlihat. Di tambah lagi pantulan bintang dan bulan di air danau yang berada tak jauh dari hadapan Alda, membuat gadis itu terpaku melihat indahnya malam hari di tengah hutan  seperti ini

"Indah, kaya lo Kael" celetuk Keano, menyadarkan Alda yang sedang asik-asiknya mengagumi

Keano menunjuk kursi panjang bercat putih yang tak jauh dari mereka "kita duduk di sana, ada yang perlu gue omongin"

Lagi-lagi Alda patuh, ia berjalan beriringan bersama Keano menuju kursi untuk mereka duduk.

Membersihkan daun kering yang ada di kursi, mempersilahkan Alda duduk diikuti Keano yang juga akan duduk.

Keano menarik nafas panjang. Alda sibuk memfokuskan pandangannya pada langit malam, sedangkan Keano kini fokus melihat cantiknya Alda. Setelah puas melihat wajahnya, Keano beralih melihat objek yang menjadi fokus Alda

"Ga lama lagi kita lulus, terima kasih buat semuanya dan maaf" ucap Keano membuka obrolan

Kini Alda beralih melihat Keano dan juga Keano melakukan hal serupa. Tatapan mereka bertemu, mengunci tatapan satu sama lain

"Terima kasih buat semua yang selama ini udah lo lakuin buat gue, termasuk menyukai gue walaupun hanya sebentar Al. Tapi seenggaknya itu udah bikin gue bahagia dan gue ngga akan pernah lupa akan hal itu"

Alda mengangguk pelan, tatapannya tak teralihkan

"Dan maaf, saat hari itu omongan atau tindakan gue buat lo sakit hati. Tolong maafin gue" Keano menatap manik mata Alda, memancarkan ketulusan dan harapan untuk di maafkan

Alda tersenyum "gue maafin, gue juga berterimakasih sama lo, dan bokap lo yang kemarin nerima keberadaan gue dengan baik. Gue juga minta maaf atas perlakuan gue ke lo akhir-akhir ini"

Keano senang, ternyata perkiraan nya salah, ia mengira bahwa Alda tidak akan mau memaafkan dirinya. Namun mendengar jawaban Alda membuat lelaki itu lega. Ia mengeluarkan sebuah gelang, gelang yang Keano rancang sendiri sedemikan rupa. Lalu menyodorkan nya ke Alda

"Gue harap lo pake pemberian gue, effort gue gede. Sayang kalo ngga di pake di tangan lo, lo bisa anggap itu gelang persahabatan kita dari kecil" jelas Keano

Alda menerima baik gelang itu, "emang bener, lo sama Alda udah dari kecil sahabatan, jadi gue pake ini karena Alda. Di atas sana, dia pasti seneng banget ngeliat tubuh nya dengan lo seakrab saat dulu kalian berteman"

"Boleh gue peluk?" Mata Keano sudah berkaca-kaca. Anggap saja ia lelaki cengeng malam ini. Hatinya merasa tercubit saat mendengar perkataan Alda.

Alda mengangguk. Ia merentangkan tangannya siap menyambut pelukan Keano.

Di bawah lautan bintang, alam disana menjadi saksi bahwa Keano belum bisa menerima bahwa Aldara Kaelyn nya benar benar pergi. Lihat saja, ia tak tahu malunya menangis di pelukan Alda yang merupakan jiwa asing, meski tubuh itu milik sahabat nya. Ia sudah berjanji tak akan mencari perempuan lain. ia berdoa semoga tuhan mendengar doanya, biarkan ia bersatu dengan Aldara Kaelyn di alam lain nanti. Biarkan ia sendiri di dunia yang hanya sementara ini.

Keano melerai pelukan nya. Menghapus jejak airmata nya, tidak malu jika di cap lelaki cengeng. "Lo tunggu disini, ada orang yang mau nemenin lo" kata Keano

Alda mengerutkan dahinya "siapa? Lo mau ninggalin gue?" balas Alda sedikit bernada panik. Takut jika Keano meninggalkan nya sendiri di tengah hutan

"Gue ngga mungkin ngebuat lo dalam bahaya, lo tenang aja, ngga sampe tiga detik" setelah mengatakan itu Keano pergi meninggalkan Alda yang masih berdiam diri di tempatnya

Tap tap tap

Suara langkah kaki di belakang Alda membuat Alda sontak berbalik badan

"Erlang?"




🍁🍁🍁


I'm Figuran? (Akan Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang