Dua sisi

32.4K 2K 77
                                    

YuhuuuuuSaka sama Rania juga ada di KBM loh, yuk ikutin juga mereka disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuhuuuuu
Saka sama Rania juga ada di KBM loh, yuk ikutin juga mereka disana.
Happy reading semuanya.

"Emang B4ngsat si Saka, kurang ajar!!!"

Suara desisan kemarahan Clayton terdengar saat aku selesai menceritakan semuanya kepada Mami dan Papi, tidak, bukan maksudku mengadu kepada orangtuaku atas masalah yang terjadi dalam kehidupanku, apalagi dengan tujuan mengumbar aib suamiku sendiri yang sebentar lagi akan menjadi mantan.

Tiga tahun aku menutupi sikap Saka yang keterlaluan tanpa seorang pun tahu, dan sekarang aku sudah tidak bisa menahannya lagi, aku takut aku akan menjadi gila jika memendam semuanya sendiri lebih lama lagi. Lagi pula mereka orangtuaku, jika bukan kepada orangtuaku aku bercerita lantas kepada siapa aku membagi lara yang aku rasa. Orangtuaku akan selalu mendukungku tapi saat aku berkata aku ingin berpisah tentu mereka harus tahu kenapa aku sampai menyerah.

Semuanya aku bagi mereka tidak ada yang aku tambah dan aku kurangi. Dan saat orangtuaku justru terpekur dalam ketenangan. Clayton, sepupuku ini justru yang meradang dalam kemarahan. Wajahnya memerah, dan jika Saka benar ada dihadapannya mungkin akan habis di hajar olehnya. Sebagai sesama anak tunggal keluarga Tanaka kami memang begitu dekat.

"Jadi sudah selama itu?" Suara Mami bergetar, bisa aku lihat jika mata Mami berkaca-kaca saat beliau meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat, seolah kata-kata saja tidak cukup untuk menguatkanku.

"Saka nggak pernah cinta sama aku, Mi. Selama ini cuma aku teman dekatnya, lebih tepatnya aku yang nggak tahu malu buat deketin Saka, minta Saka ngelakuin ini itu yang selalu dia penuhi, orangtuanya ngira kedekatan kami karena Saka menginginkanku, ternyata Saka nggak pernah nganggap aku lebih dari teman, Mi. Bukan Rania yang Saka cinta, Mi. Tapi wanita lain."

Aku menelan ludahku kelu, aku sudah lelah menangis, aku sudah tidak memiliki energi lagi untuk melakukannya, bisa aku bayangkan betapa menyedihkannya aku di hadapan orangtuaku. Bercerita tentang semuanya membuka luka yang sudah aku simpan sendirian, tapi saat akhirnya semua aku keluarkan, aku seperti memompa racun keluar dari tubuhku. Menyakitkan namun pada akhirnya aku lega.

Semuanya sudah berakhir, Rania. Berulangkali orangtuaku mengatakan semua hal itu. Lama Mami memelukku, bergantian dengan Clayton sementara Papi yang hanya diam, hanya meraih tanganku. Cinta pertamaku, sosok yang selalu aku kagumi karena cinta beliau yang sangat besar untukku dan keluarganya. Aku bisa merasakan beliau kecewa karena aku menyembunyikan semuanya sendirian, tapi saat beliau mendekatiku, meraihku ke dalam dekapannya yang selalu hangat dan menenangkan, aku tahu jika Papi pun sama terlukanya.

"Rania, kamu anak Papi yang kuat. Kamu anak Papi yang pintar, selama ini kamu tidak pernah mengecewakan Papi dengan sikapmu yang tergesa-gesa, kamu selalu menunjukkan pada Papi betapa tenangnya kamu dalam berpikir saat menghadapi masalah, dan sekarang, meskipun Papi nggak suka dengan sebuah perpisahan, tapi kalau kamu sudah memutuskan untuk lebih baik berpisah, Papi akan mendukungmu, Rania. Jangan pedulikan omongan orang diluar sana, Papi akan menjadi pelindung terdepanmu saat ada orang yang berucap tidak baik soal keputusanmu."

Bersemi Di Ujung PerpisahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang