Di buang

32.9K 2.1K 83
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HolllaaaaSaka-Rania-Alisa bisa kalian ikuti juga di KaryaKarsa dan KbM loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holllaaaa
Saka-Rania-Alisa bisa kalian ikuti juga di KaryaKarsa dan KbM loh.
Soon Drimi/innovel juga menyusul.
Happy reading semuanya.

"Jelaskan!!!!"

Suara penuh wibawa yang tidak terbantahkan tersebut keluar dari Pradana, jika biasanya Dana hanya mengeluarkan suara penuh perintah tersebut kepada anggotanya, sekarang Sakalah yang mendapatkan kalimat perintah tersebut.

Saka masih babak belur, sisa-sisa pukulan dari Wijaya, mertuanya sendiri, tapi baik Liliana maupun kedua adik perempuannya keduanya tidak ada yang berani untuk mendekat dan mengobati, alhasil dalam keadaan compang camping, Saka duduk sebagai seorang pesakitan di hadapan Ayahnya.

Kedua tangan Dana terkepal bersiap untuk menghantam wajah Saka setiap saat. Sejak kemarin saat Saka pulang tanpa Rania, Saka belum membicarakan apapun, dan kini karena kedatangan mertuanya, Saka tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan lebih lama.

"Rania minta pisah........"

Ya, semua orang yang ada di ruangan ini sudah mendengar semuanya dari Wijaya, tapi saat akhirnya Saka turut berbicara juga, tak pelak semuanya menarik nafas menahan keterkejutan mereka.

"Tapi kenapa, Ka? Jadi beneran Rania minta pisah?" Rintih Liliana lemas, dengan kepala pusing dia menyandarkan tubuhnya ke kursi tidak sanggup mendengar berita jika dia akan kehilangan menantu kesayangannya.

"Bang, tolong jangan bilang kalau tuduhan Om Wijaya soal Abang yang selingkuh sama Mbak Alisa itu bener?!" Tambah Satira tidak kalah lemasnya, berulangkali Tira menggelengkan kepalanya, tidak percaya jika couple goals yang sangat serasi tersebut menyimpan masalah yang akhirnya meledak berujung kalimat perpisahan. Tira sangat mengenal kakak iparnya, perempuan tersebut sosok kakak ipar yang tidak memiliki kecemburuan kepada adik iparnya, jika Tira tidak bisa berbagi dengan Bundanya, maka Tira akan bercerita apapun hal itu kepada kakak iparnya. Mungkin Tira dibesarkan lebih sering melihat Alisa, tapi dimata Tira, Alisa tidak lebih daripada anak asuh Papanya, putri dari pembantunya yang membuat ada jarak tidak kasat mata yang tercipta diantara mereka.

Mendengar kabar jika Juni meminta cerai membuat Tira sangat sedih. Bahkan sekarang putri kedua Pradana tersebut nyaris menangis, diantara semua orang yang ada di ruangan ini mungkin hanya Kira, si bungsu yang tidak terkejut, yang ada dia justru mendengkus sembari menatap sebal ke arah kakaknya.

"Nggak heran sih Kak Juni minta cerai, siapa yang tahan kalau lihat suaminya mentingin orang lain dibandingkan dirinya. Entah Bang Saka ngakuin selingkuh atau nggak, tapi kedekatan Bang Saka sama Mbak Alisa selama ini memang sudah masuk ke dalam kategori perselingkuhan! Catat! Memangnya Papa sama Bunda nggak lihat keanehan Bang Saka selama ini? Kalian nyadar nggak sih, dibandingkan sama Kak Juni, Bang Saka lebih sering datang ke rumah barengan Mbak Alisa, alasannya sih datang karena searah dari rumah sakit ke rumah, tapi ya kali bisa-bisanya pergi sama cewek lain waktu bininya nggak ikut. Bang Saka atau Mbak Alisa, kalian berdua emang manusia nggak punya hati, kalian sama sekali nggak mikirin perasaan Kak Juni sih!"

Mendapati makian dari adik bungsunya membuat Saka semakin meringis, kalimat yang diucapkan dengan kesebalan tingkat tertinggi tersebut seperti menginjak-injak Saka sama menyakitkannya seperti pukulan Wijaya. Bungsu Aryaatmaja tersebut bersedekap tersebut menyilangkan tangannya menantang Putra tertua keluarga Aryaatmaja tanpa rasa takut.

"Syukurin sekarang Kak Juni minta cerai. Nggak ada perempuan manapun di dunia ini yang rela lakinya sama perempuan lain Bang. Sekarang gimana rasanya di acuhin? Enak? Ngerasa kehilangan nggak? Takut kan Abang buat ngebayangin hidup tanpa Kak Juni, Abang ini jadi manusia serakah setengah mati, sih! Dulu ngebaperin Kak Juni, begitu dijadiin istri malah prioritasin wanita lain. Emang 4njing Abang ini. Syukurin di tendang, nggak ada Kira prihatin sama nasib Abang."

Tidak ada yang berani melawan repetan Kira, semua yang ada di ruangan ini mengaminkan makian yang diberikan si Bungsu, Dana yang sudah kepalang emosi pun sangat berterimakasih karena Kira sudah mewakili separuh kekesalannya kepada Sang Putra yang berani-beraninya melemparkan kotoran ke wajahnya. Di penghujung jabatannya menjelang pensiun siapa yang menyangka jika Dana akan dipermalukan seperti ini.

"Jadi, sebenarnya kamu dulu pacaran sama Alisa?" Susah payah Dana menahan emosinya, akan lebih baik jika Dana sekalian memukul putranya yang bodoh tersebut namun bagaimana pun Dana harus menguraikan semua masalahnya terlebih dahulu sebelum akhirnya Dana bisa membenarkan otak Saka yang sengklek tersebut.

Saka ingin menjawab namun bibirnya yang sobek terasa sakit hingga akhirnya dia mengangguk.

"Berapa lama? Kenapa kamu nggak bilang?!" Kali ini giliran Lili yang mencecar, sungguh Lili benar-benar kecewa dengan putra pertamanya tersebut.

"Cukup lama, Bun. Tiga tahun mungkin. Saka mau ngomong ke Papa sama Bunda, mau minta izin sekalian, tapi disaat bersamaan Bunda ngasih tahu ke Saka soal perjodohan yang sudah Bunda bicarain sama orangtua Rania. Saka nggak sanggup ilangin wajah bahagia Bunda saat itu. Bunda bahagia banget waktu ngomongin Rania sebagai mantu."

Bersemi Di Ujung PerpisahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang