Mengabaikannya

35.3K 2.2K 100
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HolllaaaaYuk ikuti kisah Rania dan Saka di KBM dan KaryaKarsa juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holllaaaa
Yuk ikuti kisah Rania dan Saka di KBM dan KaryaKarsa juga.
Happy reading semuanya.

"Aku tidak mengizinkanmu pergi, Rania."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Saka dengan penuh perintah tersebut membuat sebelah alisku terangkat, aku menatap tangannya yang mencekal lenganku dan berpindah menatapnya yang tampak mengeras, tidak suka dengan kehadiranku yang ada di hadapannya. Bisa aku lihat cincin kawin platina miliknya masih melekat di jari manisnya dan seketika aku mendesis pelan.

Seringai yang sudah sangat lama tidak pernah aku perlihatkan kepadanya kini tersungging di bibirku mengejeknya, percayalah, kami sama sekali tidak terlihat seperti dua orang yang pernah berbagi ranjang yang sama. Kebencian yang aku rasakan kepadanya membuat tubuhku serasa menggelegak.

Dengan keras aku menyentak lengannya, melepaskan cekalannya serta mengusap lenganku seolah aku baru saja menyentuh kotoran. Hidungku mengernyit menunjukkan betapa aku tidak suka dengan kehadirannya, "Siapa Anda mengatur saya? Memangnya kita saling mengenal? Minggir, saya mau lewat!"

Jika Saka mengira dia tengah berbicara dengan Rania yang pernah menjadi istrinya, maka dia keliru, Rania yang pernah dinikahinya sudah mati dan dia sendiri yang membunuhnya.

Mengikuti Ayudia yang menunggu diatas, aku melewatinya, namun seolah pria ini memang terlahir dengan kebrengsekan yang tidak bisa dinalar, kembali Saka mencekalku bahkan dia menarikku agar kembali turun, tatapannya begitu marah dan semakin aku berusaha melepaskan tangannya, semakin erat dia mencengkeram lenganku, aku yakin lenganku akan lebam setelah ini.

"Jangan main-main, Rania. Tempat yang akan menjadi tujuan kita tempat yang terlalu berbahaya, aku tidak mengizinkanmu untuk pergi kesana. Bagaimana jika kamu terluka, ada banyak penyakit di tempat bencana, aku......"

Bisa-bisanya jantan satu ini bersikap seolah dia peduli kepadaku! Kemana saja dia selama menjadi suamiku? Sekarang setelah semua hubungan diantara kita sudah ada di jurang perpisahan dia bersikap sok peduli kepadaku, alih-alih tersentuh dengan sikap pedulinya, yang ada aku justru jengah. Tidak berhasil melepaskan tanganku, kini dengan sekuat tenaga kutendang tulang keringnya yang membuatnya mengaduh kesakitan, alhasil cekalan itu kini terlepas dan aku langsung mengangkat hidungku dengan pongah.

Bersemi Di Ujung PerpisahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang