Senang Melihatmu Tersiksa

18.4K 1K 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HollllllaaaaaaaaaKembali lagi dengan bab ACAK Bersemi di Ujung perpisahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hollllllaaaaaaaaa
Kembali lagi dengan bab ACAK Bersemi di Ujung perpisahan.
Untuk lengkapnya kalian bisa baca di playbook, Kbm, KaryaKarsa, innovel/dreame.
Happy reading semuanya

"Alhamdulilah, akhirnya 90% yang tinggal di Kamp kita akhirnya sudah kembali pulang ya, Ndan."


Sembari menghela nafas usai tarian yang rasanya tidak ada habisnya aku turut menyimak obrolan dari para Tentara yang kini bersama Saka. Berbeda denganku yang ngosngosan, stamina para pria militer ini luar biasa, mereka terlihat biasa saja, apalagi untuk bujangan modelan Fabian yang jelas sekali kesengsem dengan gadis-gadis Papua yang mempesona dengan kulit Tan mereka, sangat menikmati acara seperti barusan.


Aku rasakan usapan di tengkuk hingga punggungku, seolah memberiku aba-aba untuk bisa bernafas dengan benar secara perlahan, tanpa aku harus melihat, tentu saja aku tahu siapa pelakunya, perlakuan yang biasa saja namun membuat Fabian nyengir penuh arti dibalik sikap siaganya saat berhadapan dengan Saka.

Meskipun keduanya begitu dekat secara personal tapi hierarki dalam kepemimpinan militer tidak bisa diabaikan, apalagi saat mereka tengah bertugas, itu sebabnya juga meskipun aku sebal dengan wajah cengengesan Fabian, yang bisa aku lakukan hanya memutar mata menahan diri untuk tidak menegurnya.


"Lebih cepat mereka pulang lebih bagus, tinggal PR kita bersama pasukan disini untuk membantu pengerjaan sanitasi agar banjir tidak kembali datang. Banjir tahun ini benar-benar luar biasa."


Fabian dan yang lain mengangguk setuju, kerja keras mereka untuk merenovasi dan pembersihan akan sia-sia jika masalah utama tidak diatasi, dengan cepat para pria ini berkoordinasi, meskipun status pasukan yang dikomandoi Saka adalah pasukan darurat sementara, tapi mereka dipercaya oleh 762/VYS untuk memimpin perbaikan. Bagi mereka yang terpenting adalah masalah cepat di selesaikan, jiwa-jiwa patriotisme yang menjaga tanah air.

Sungguh, aku tidak akan berbohong dengan mengatakan obrolan mereka menyenangkan. Tidak, obrolan mereka sangat membosankan untuk wanita sepertiku, tapi terbiasa terlibat obrolan seperti ini bersama para istri yang lain membuatku bisa menahan kuapku,


Perlu beberapa waktu untukku menahan diri sampai akhirnya obrolan selesai, yang ditandai oleh sapaan dari rekan Saka, yang samar-samar aku ingat merupakan rekannya di Akmil saat mulai bertanya.


"Kalian berdua tuh udah kayak odol sama sikat gigi ya, selalu sama-sama nggak bisa dipisahkan. Dari jaman pendidikan, bahkan sampai nikah, kalian masih tetap sama-sama kemanapun kalian pergi."


Letnan satu Aryo Lesmana, ya itu nama yang tertera di tag dadanya, pria yang berasal dari Jawa tersebut menatapku geli saat aku berusaha menahan kuap berusaha menahan kantukku untuk mengingatnya. Perlu diingat, para pria yang baru selesai pendidikan dan yang sudah bertugas dilapangan mengalami perubahan tubuh yang signifikan, termasuk Aryo dan Saka sendiri, jadi aku tidak akan heran jika aku lupa dengan Aryo, tapi rupanya dia sangat mengingatku.


Dan apa yang dia bilang tadi, odol dan sikat gigi? Perumpaan macam apa itu? "Perumpaannya nggak ada yang elite dikit, Om?" Balasku dengan sarkas yang membuatnya dan Saka terkekeh geli.


"Udah, nggak usah di gubris si Aryo! Dia cuma iri kelamaan LDR sama calisnya ujung-ujungnya ditinggal nikah dianya."
Ucap Saka sembari meraih tanganku untuk mendekat, memasang wajah penuh ejekan untuk temannya tersebut atas ketidakberuntungan temannya tersebut dalam percintaan, tentu saja mendapati Saka yang menggenggam tanganku memamerkan kemesraan membuat Aryo mendengkus sebal, matanya yang tajam mendelik tidak menyenangkan.


"Ya, ya, ya, terserah kamulah, Ka. Suka-suka Su mau ngomong apa?! Mau iri, tapi istrimu cuma sebiji, coba kalau bisa di fotokopi, aku mau lah satu yang kayak istrimu! Dari dulu, so sweet banget kalian. Yang satu bela-belain dari Jakarta ke Magelang, yang satu rela di hukum ditengah lapangan jadi tontonan gegara kabur ke Jakarta cuma buat ngasih ucapan selamat waktu wisuda! Diiih, ada ya kisah cinta semulus kisah kalian, sama-sama dari kecil, begitu gede jadi jodoh gitu. Nggak adil banget kalian hidupnya lempeng indah kek gini sementara hidup gue penuh gajlukan."


Mendengar ungkapan iri dari teman Saka tak pelak aku meringis, Aryo tidak tahu saja bagaimana rumah tanggaku kini ada di ujung perpisahan, semua hal indah yang ada diantara Saka dan diriku nyatanya menghilang bersamaan dengan akad, dan yah, itu adalah ujian luar biasa besar untukku. Rasanya duniaku begitu runtuh saat aku mendapati Saka yang sangat berbeda saat kami menikah. Aku terlalu terbiasa dengan Saka yang selalu menjagaku, memenuhi apa yang aku minta hingga sikapnya yang berubah bagai sebuah pukulan.


Aku tidak tahu apa semua hal yang terjadi itu bisa disebut sebagai ujian? Karena kenyataannya dibandingkan ujian ini lebih mirip sebuah tragedi yang mengerikan.


Seolah bisa membaca apa yang terlintas di benakku, dari ekor mataku aku bisa melihat Saka melihatku sekilas sebelum akhirnya dia kembali berbicara dengan Aryo.


"Kalau takdir bisa kita atur sendiri, kayaknya gue lebih milih supaya Rania dipertemukan sama laki-laki yang lebih baik dibandingkan gue, Yo. Gue bisanya cuma nyakitin dia, gue terlalu nggak tahu diri dan terlalu nggak tahu malu buat orang sesabar Rania. Gue bukan orang baik tahu, Rania ketiban sial aja berjodoh sama gue....."


Aku sempat mengira jika Saka akan berpura-pura semuanya baik-baik saja seperti saat berhadapan dengan Danjen Hasan, tapi nyatanya dia, yang nyaris tidak pernah meminta maaf seolah maaf akan meruntuhkan harga dirinya, dia, yang tidak pernah mengakui kesalahannya karena selalu merasa benar kini, menunjukkan semua hal itu kepada temannya.

Dia mengakui jika kami tidak sedang baik-baik saja, dan dia pun mengakui jika semua hal yang terjadi adalah kesalahannya. Jangankan Aryo yang terbelalak tidak percaya seorang Saka yang selalu menunjukkan jika dirinya sempurna dibandingkan yang lain kini menunjukkan kelemahan dan ketakutannya akan orang-orang yang memujiku. Sikap tenangnya kini menghilang, Saka benar-benar gelisah, senyuman ada di wajahnya yang keras, namun siapapun yang melihat akan tahu jika senyuman itu tidak sampai ke matanya. Saka jelas terlihat sedang menabahkan hatinya saat mengatakan keadaan kami.

Bukan hanya aku yang melihat kegelisahan Saka, Aryo yang memang hanya bercanda pun kini garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia sama sekali tidak menyangka jika godaannya membuatnya tahu jika rumah tangga yang dia kira baik-baik saja rupanya berada di ujung perpisahan.


Suasana menjadi canggung, bibir Aryo terbuka seolah hendak berbicara namun dengan cepat dia mengurungkannya seolah apapun yang akan dia katakan akan keliru.


"Kok nyadarnya baru sekarang sih?" Celetukku yang akhirnya membuat Aryo benar-benar terdiam. Dengan canggung dia melihatku dan Saka, seolah tidak ada yang lebih dia inginkan sekarang ini selain menghilang lenyap dalam tanah dibawahnya, namun aku mengacuhkannya, aku mendongak, menatap ke arah Saka yang kini mengangkat sebelah alisnya ke arahku. "Aku tuh ketiban sial tahu nikah sama kamu, aku udah full effort mentok, eeeeh yang nikahin malah kegulung rasa bersama ke ular beludak. Jadi baru nyadar kan sekarang gimana berharganya istrimu yang cantik dan baik hati ini?" Aku mengibaskan rambut panjangku yang aku kuncir ke arahnya, senyuman mengejek tersungging di bibirku saat aku mengedipkan mata kala hendak melangkah pergi.


"Teruslah merasa bersalah, Suamiku Sayang! Dengan ini kamu belajar menghargai apa yang Tuhan gariskan untukmu! FYI, aku menyukai saat kamu yang tersiksa seperti ini."

Ikuti juga yuk kisah Luka Hati Batari yang masih on going di Wattpad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ikuti juga yuk kisah Luka Hati Batari yang masih on going di Wattpad.
Dijamin nggak kalah seru

Bersemi Di Ujung PerpisahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang