prolog

6.1K 431 32
                                    

Jaehyun menghela nafas kasar seraya mematikan handphone nya, memilih mengabaikan deretan pesan dari sang adik.

Semua jelas penuh dengan permintaan Jaemin agar dia pulang.

Jaehyun terdiam, berpikir seberapa egoisnya Jaemin yang terus menginginkan Jaehyun berada di sisinya.

Terlepas dari kedua orang tua mereka yang sangat sibuk, Jaehyun juga perlu waktu untuk diri sendiri setelah menjaga Jaemin hingga anak itu sekarang beranjak ke kelas 3 SMP.

Maaf, Jaehyun juga ingin egois, lagipula apa salahnya meninggalkan Jaemin disana dengan kedua orang tua mereka?

Jaemin--juga tak boleh terlalu manja seperti ini.

________________________

"Tembak dia atau ayah akan menembakmu."

Tangan jaemin yang memegang pistol gemetaran, netranya menatap pria yang terikat itu dengan takut dan ragu.

"Jaemin ayah memberi mu waktu 3 detik."

Jaemin berusaha mengangkat pistol di tangannya dengan air mata yang mulai mengalir deras, memejamkan mata kala sudah membidik target tepat di jantung walau ia tak yakin akan tepat sasaran karena tangannya yang gemetar hebat.

DOR

Erangan terdengar beberapa saat, tubuh Jaemin gemetar, masih tak berani membuka mata, ia mati matian menahan isak tangisnya.

"Buka matamu, atau perlu ayah ambil kedua bola mata mu itu?"

Jaemin dengan terpaksa membuka mata, menatap Suho yang kini tersenyum dan mengusap rambutnya dengan seringai puas yang mengerikan.

"Bagus, kamu memang tak boleh lemah, Jaemin."

Gila, pria itu..membuat Jaemin yang baru berusia 16 tahun membunuh orang..

Tolong, kenapa tak ada yang menolong nya? Jaemin takut..

Kenapa Jaehyun terus mengabaikannya? Jaemin sangat ketakutan..

___________________________

Jaehyun terpaksa kembali kala sang ayah mengatakan bahwa kesehatannya memburuk, padahal ia baru berkuliah 3 tahun di Amerika, namun harus kembali untuk mewarisi perusahaan besar itu.

"Kembali, aku yang akan mewarisi perusahaan ayah, walaupun itu pasti sangat memuakkan dan membosankan," Jawab Jaehyun, menatap Johnny yang kini membantunya menyeret koper

"Hati hati, jangan lupa menghubungi ku."

Jaehyun terkekeh, meninju bahu Johnny main main, "Tentu, kau akan datang ke sana kapan kapan kan?"

"Iya, jika aku punya waktu luang."

"Eyy, sok sibuk sekali."

Dapat Jaehyun rasa degup jantungnya yang menggila, dua tahun terakhir ini Jaemin tak pernah mengiriminya pesan atau membalas pesan Jaehyun lagi.

Adiknya pasti marah karena Jaehyun tak pernah membalas pesannya selama nyaris lebih 1 tahun.

'Jaemin, abang pulang'

___________________________

Isak tangis tertahan terdengar di kamar mandi mewah tersebut, Jaemin menggigit bibir bawahnya kuat, tangannya yang gemetar berusaha menghapus noda darah di wajah dan lehernya.

"Gak, bukan gue..gue minta maaf."

"Gue minta maaf, gue minta maaf," Lirih Jaemin takut, teriakan dan erangan terus terngiang di kepalanya.

Tatapan penuh permohonan dan ketakutan yang di layangkan padanya berhasil membuat Jaemin terisak kian kuat, dia..monster gila..

Apa yang Jaemin lakukan?

Apa--yang telah Jaemin lakukan..

Netranya menatap cutter yang tergeletak di atas wastafel.

Satu nyawanya, apa cukup mengganti puluhan nyawa itu?












haiiii haiii

ada yang nungguin Save me?

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang