<<<happy reading>>>
Fabricia Aghata, seorang gadis cantik yang kerap disapa dengan sebutan Cia ini hidup seorang diri di kota kembang, Bandung. saat ini ia bersekolah di salah satu sekolah menengah atas di Bandung. Selain sekolah, ia juga bekerja paruh waktu di sebuah toko bunga bernama "Beautiful flower". Ia terpaksa bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhannya karena orang tuanya sudah bercerai dan mulai acuh kepadanya.
****
Seorang gadis duduk seraya memandangi danau dengan sorot mata yang sulit diartikan. tepat pada hari ini usianya tak lagi sama. Kini ia sudah menginjak umur 18 tahun. Sama seperti ulang tahun yang sebelumnya, hampa. Ia tak pernah tau rasanya merayakan ulang tahun bersama keluarga karena ayah dan ibu sudah tak lagi bersama sejak ia berusia 3 tahun. Iri kepada teman-temannya yang selalu dirayakan? tentu saja ia iri dengan semua itu. Namun apa boleh buat, hidupnya tidak seberuntung orang lain. Selama ini ia tinggal bersama nenek-nya dan sekarang ia tinggal sendiri. nenek sudah meninggal dunia sejak ia duduk di bangku SMP.
"Cia, happy birthday" panggil seorang perempuan berambut panjang yang baru saja datang dan memeluk Cia dari belakang.
"Hanna, kebiasaan deh bikin orang kaget aja" ucap Cia.
"Cia, kamu tau nggak, tadi aku ketemu sama Aksa" ucap Hanna dengan kegirangan.
"Aksa? Cowo yang katanya ganteng itu?" Tanya Cia mencoba memastikan.
"Bukan cuma katanya, tapi emang beneran ganteng Cia" ucap Hanna.
"Iya deh terserah kamu" ucap Cia, malas.
"Kamu kenapa sih, muka kamu kayak sedih gitu"
"Mana ada sedih, muka aku emang gini kali dari dulu" sentak Cia.
"Ya udah terserah kamu, mending sekarang kamu ikut aku" ajak Hanna.
"Kemana?" Tanya Cia.
"Udah ikut aja" tanpa berpikir panjang, Hanna langsung merangkul lengan Cia dan menariknya untuk pergi.
Hanna dan Cia berjalan ke depan halte yang terletak di dekat danau. Mereka menunggu bus yang akan mengantar mereka ke suatu tempat. Hingga tiba saatnya bus berwarna biru datang. Mereka menaiki bus dan duduk di kursi yang tak jauh dari pintu bus.
"Sebenarnya kamu mau bawa aku kemana si Han?" Tanya Cia, entah sudah berapa kali Cia melontarkan pertanyaan yang sama. Tetapi Hanna masih juga tidak menjawab.
"Ada deh" ucap Hanna yang masih berusaha untuk menutup rapat mulutnya.
"Han sumpah ya, aku turun aja kalau kamu masih nggak mau kasih tau" ancam Cia.
"Oke fine aku kasih tau" akhirnya Hanna mengalah. Hanna memberi tau yang sesungguhnya.
"Sebenernya aku mau kamu kenalan sama pacar baru aku" ucap Hanna.
"Kok kamu baru bilang si udah punya pacar" ucap Cia.
"Bukannya nggak mau ngasih tau, tapi aku nunggu waktu yang tepat aja buat bilang ke kamu" ucap Hanna mengelak.
"Yaelah kamu mah"
****
Hanna dan Cia berjalan menuju sebuah cafe yang berada di bandung. Cafe itu sangat cantik, bernuansa minimalis yang terletak di pinggir jalan. Lampu-lampu yang menyala terang menambah keindahan cafe itu. Hanna dan Cia masuk kedalam dan menghampiri lelaki yang tengah terduduk santai."Hai Catra" panggil Hanna kepada seseorang yang tengah duduk di dekat jendela.
"Hai" ucap Catra acuh.
"Catra kenalin ini teman aku namanya Cia. Cia kenalin ini pacar aku, Catra" ucap Hanna dengan sangat antusias. Catra adalah kekasih Hanna yang lahir dan besar di Jakarta. Dengan terpaksa Catra harus pindah ke Bandung karena pekerjaan sang ayah yang mengharuskan Catra pindah.
"Hai, aku Cia" ucap Cia, pelan.
"Gue Catra"
"Salam kenal" ucap Cia diiringi dengan senyum manisnya. Catra hanya terdiam dan tidak bersuara.
"Apaan sih ini orang kenapa diem terus" ucap Cia didalam hati.
"Maaf Hanna, kayaknya aku harus pulang duluan deh soalnya aku harus kerja" ucap Cia kepada Hanna.
"Oh jadi Lo kerja?" ucap Catra dan dibalas oleh anggukan kepala Cia.
"Hanna, kok mau sih temenan sama orang miskin?" Tanya Catra yang membuat Hanna maupun Cia kaget.
"Catra, jangan bilang kayak gitu" ucap Hanna menegur Catra.
"Apaan sih Hanna, kok Lo malah ngebela orang miskin ini" ucap Catra dengan nada bicara yang mulai meninggi.
"Aku nggak ngebela siapa-siapa, tapi jaga omongan kamu dong Catra" tutur Hanna.
"Terserah Lo" ucap Catra.
"Cia kamu mau pulang kan?" Ucap Cia.
"Iya Han, maaf ya aku jadi merusak suasana gini" ucap Cia yang merasa tidak enak kepada Hanna dan Catra
"nggak apa-apa Cia" ucap Hanna seraya tersenyum lebar.
Cia pergi meninggalkan Hanna dan Catra. Hanna menatap mata Catra dengan sorot mata yang tajam. Catra pun begitu, menatap mata Hanna dengan sorot mata yang tajam.
"Kamu apa-apaan sih Catra" ucap Hanna.
"Lo yang apa-apaan, ngapain Lo bawa cewe itu kesini. Gue udah bilang kan kalau gue nggak mau kenalan sama semua teman Lo apa lagi sama si Cia yang miskin itu" ucap Catra.
"Emang kenapa dengan Cia, dia baik, dia selalu membantu aku" ucap Hanna yang tidak terima bahwa Cia dihina, sekalipun oleh kekasihnya.
"Gue nggak suka lo temenan sama dia" ucap Catra, tegas.
"Terserah kamu, aku cape" ucap Hanna yang kemudian pergi meninggalkan Catra.
****
"Silahkan, mau pesan paket bunga yang mana?" Tanya Cia kepada pelanggan di toko bunga tempat ia bekerja."Saya mau paket bunga yang ini" tunjuk si pelanggan, menunjuk kepada gambar bunga tulip putih.
"Baik sebentar saya buatkan dulu" ucap Cia dengan sangat ramah. Cia merangkai bunga tulip putih diatas cellophane paper. Setelah selesai Cia menyerahkan buket bunga tulip itu kepada pelanggannya.
"Silahkan mau pesan paket bunga yang mana" ucap Cia kepada pembeli selanjutnya.
"Saya mau buket bunga mawar putih, tolong hias secantik mungkin" ucap Pembeli itu.
"Baik tunggu sebentar" ucap Cia dengan sangat ramah. Cia merangkai bunga mawar putih hingga menjadi buket yang sangat cantik.
"Terima kasih, ini uangnya" ucap Pembeli itu dan menyerahkan satu lembar uang berwana merah.
"Sebentar saya ambilkan kembaliannya" ucap Cia
"Kembaliannya ambil aja" ucap pembeli itu lalu pergi dari toko bunga.
Chapter 1 finishedJangan lupa vote🌟
Jangan lupa komen🖋️
Jangan lupa share📨
KAMU SEDANG MEMBACA
SELESAI DI BANDUNG
Teen Fiction"kalau cia di kasih 1 permintaan, apa yang bakal cia minta?" "Cia nggak mau di pukul ayah" Apakah hanya kematianku yang ditunggu semua orang? Sebenarnya aku bisa bahagia, tapi tidak disini. Melainkan di kehidupan setelah kematian. Mengapa tuhan men...