[7. MAAF]

47 17 2
                                    

>>> happy reading <<<

Sepulang sekolah...
Nampaknya Catra sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Catra melambaikan tangannya dan tersenyum kepada Hanna yang baru saja ia lihat dari kejauhan. Heran, kenapa perlakuan Catra kepada Hanna sangat berbeda. Hari ini Catra berubah drastis. Dari mulai cara bicaranya yang semula gue-lo menjadi aku-kamu. Hingga caranya untuk menyapa Hanna menjadi lebih sopan dan lembut.

Hanna berjalan kearah Catra yang sudah berdiri di samping motornya. Hanna berhenti di samping Catra dengan memasang wajah datar.

"Hanna, ikut aku" ucap Catra.

"Kemana?" Tanya Hanna.

"Ikut aja" ucap Catra yang kemudian memasangkan helm berwarna coklat kepada Hanna.

Catra membawa Hanna ke sebuah danau yang berada tidak jauh dari sekolah. Catra dan Hanna duduk disebuah kursi yang berada di pinggir danau. Hanna menundukkan kepalanya dan tidak berniat mengeluarkan suaranya. Tangan Catra memegang tangan Hanna dengan pelan. Hanna membiarkan tangan Catra menyentuh tangannya.

"Hanna" panggil Catra dengan suara yang begitu lembut. Hanna tetap diam dengan kepala yang masih setia untuk menunduk.

"Maaf" hatu kata yang berhasil membuat Hanna menatap mata Catra.

"Untuk apa?" Tanya Hanna.

"Semuanya" jawab Catra.

"Kamu enggak ada salah" ucap Hanna sembari tersenyum.

"Aku banyak salah, maaf" ucap Catra yang terus mengucapkan kata 'maaf'.

"Kamu boleh sakit hati, kamu boleh kecewa sama aku, kamu boleh benci sama aku, tapi tolong maafin aku" ucap Catra sembari menatap mata Hanna dengan tatapan yang sangat dalam.

"Aku maafin" ucap Hanna, singkat. Tiba-tiba saja Hanna lupa dengan apa yang telah dilakukan oleh Catra kepadanya. Hanna hanya berpikir bahwa ia harus memberi kesempatan kepada Catra.

"Makasih Hanna" ucap Catra, tersenyum.

"Aku akan berubah Hanna" lanjutnya.

"Iya Catra" ucap Hanna. Catra membawa Hanna kedalam pelukannya. Begitu nyaman berada didalam pelukan Catra. Ini adalah pertama kalinya Hanna merasakan pelukan Catra. Hanna belum pernah sama sekali memeluk Catra. Jangankan untuk memeluk, untuk memegang tangan Catra saja sangat sulit.

Hari ini adalah hari terindah bagi Hanna. Ia bisa merasakan cinta yang diberikan oleh orang yang dicintainya. Hanna berharap ia bisa merasakan rasa ini bukan hanya di hari ini saja. Melainkan ia ingin merasakan di hari esok dan hari-hari berikutnya.

Hanna dan Catra bermain di taman layaknya anak kecil yang belum mengenal masalah. Seketika Hanna dan Catra melupakan masalah yang terjadi di hari-hari sebelumnya. Kini yang mereka rasakan adalah kebersamaan.

Matahari sudah mulai tenggelam. Catra mengantarkan Hanna pulang dengan mengendarai motornya. Catra menghentikan motornya di depan pagar rumah Hanna.

"Aku langsung pulang ya" ucap Catra kepada Hanna.

"Hati-hati" ucap Hanna. Catra mengangguk dan segera bergegas pergi dari rumah Hanna.

Hanna masuk kedalam rumahnya dan melihat ada papa yang tengah duduk di ruang keluarga. "Hai pah" sapa Hanna kepada sang papa.

"Habis dari mana?" Tanya papa kepada anak satu-satunya itu.

"Aku habis main pah" ucap Hanna. Hanna duduk di samping papanya.

"Mandi dulu, baru duduk" ucap papa.

"Iyaa sebentar, aku istirahat dulu" ucap Hanna. Hanna menyandarkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Sangat lelah hari ini tapi ini menyenangkan.

"Hanna, cepat mandi dulu" ucap papa kepada Hanna namun tidak ada jawaban. Papa melihat Hanna yang ternyata sudah tertidur di atas sofa. Papa membiarkan Hanna tidur, sepertinya Hanna benar-benar kelelahan.

****
Sepulang sekolah Aksa ingin menepati janjinya kepada Cia. Mengajak Cia bertemu dengan seseorang yang selalu diberi bunga oleh Aksa. Motor Aksa melaju hingga berhenti disebuah pemakaman umum. Aksa dan Cia segera masuk kedalam pemakaman umum yang mereka kunjungi.

Cia terkejut, sudah pasti. Apa yang terjadi? Sebenarnya siapa orang itu? Apa orang itu sudah meninggal?

Pikiran Cia bertanya-tanya namun tidak menemukan semua jawaban.

Hingga akhirnya Aksa dan Cia berhenti disalah satu makam yang ada di pemakaman. Diatas batu nisan itu terdapat tulisan nama dari sang pemilik makam. "Aisyah" nama yang cantik sama seperti batu nisan yang melengkapi makam itu.

"Ma, kali ini aku datang kesini nggak sendiri. Aku bareng pacar aku. Kenalin namanya Fabricia, cantik kan namanya? Orangnya juga cantik loh mah" ucap Aksa dihadapan makam tersebut.

"Sa" panggil Cia, tidak menyangka.

Ternyata makam itu milik ibunda dari Aksa. Jadi selama ini yang selalu mendapatkan bunga dari Aksa adalah almarhum mamanya.

"Iya, ini mama aku. Orang yang selalu aku kasih bunga" ucap Aksa sembari menatap mata Cia.

"Maaf Aksa Cia nggak bermaksud..." Belum selesai bicara, perkataan Cia sudah dipotong oleh Aksa.

"nggak apa-apa Cia" ucap Aksa dengan lembut.

"Udah, kamu nggak penasaran lagi? Kita pulang sekarang ya, awannya udah mendung. Takut keburu hujan" ucap Aksa. Cia hanya mengangguk.

Chapter 7 finished

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 7 finished

Jangan lupa mampir ke Instagram flutter.leejenn yaa, ada AU yang seruu lohhh

Jangan lupa vote🌟

Jangan lupa komen🖋️

Jangan lupa share📨

<<<happy enjoy>>>

SELESAI DI BANDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang