<<< happy reading >>>
Hari ini adalah hari Selasa. Sepulang sekolah Cia harus pergi ke toko bunga untuk bekerja. Memang tidak setiap hari Cia pergi ke toko bunga. Ia bekerja hanya di hari-hari tertentu saja. Ia bekerja hanya pada hari Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu.
Cia melihat keluar rumah dari balik jendela kamarnya. Aksa berada di depan gerbang rumahnya. Namun kali ini berbeda, Aksa tidak mengendarai sepeda melainkan mengendarai motor. Cia yang melihat Aksa sudah di depan segera bergegas menghampiri Aksa. Cia berjalan menuju keberadaan Aksa sekarang.
"Cia" panggil Aksa sembari melambaikan tangannya.
"Aksa, maaf nunggu lama" ucap Cia sembari menutup gerbang rumahnya.
"nggak apa-apa Cia" ucap Aksa dilengkapi dengan senyum manisnya.
Cia duduk di jok belakang motor Aksa. Udara bandung hari ini terasa sangat sejuk. Sepertinya karena semalam baru saja turun hujan. Sesampainya mereka di sekolah, seperti biasanya Aksa memarkirkan motornya di parkiran sekolah.
"Cia, pulang bareng ya" ucap Aksa kepada Cia yang baru saja turun dari motornya.
"Kayaknya nggak bisa sa, aku mau ke toko bunga" ucap Cia.
"Kamu hari ini kerja?" Tanya Aksa.
"Iya sa" jawab Cia.
"Aku anterin deh sekalian aku mau beli bunga" ucap Aksa.
"Boleh" ucap Cia. Sebenarnya Cia sangat penasaran, kenapa Aksa selalu membeli bunga. Cia berpikir Aksa membeli bunga untuk kekasihnya. Namun, jika Aksa memiliki kekasih mana mungkin Aksa mengajak Cia berangkat sekolah bareng, menemaninya membeli buku bahkan menemani Cia dimana pun itu. Walaupun mereka berdua kenal baru dua hari saja. Ah, sudahlah tidak usah dipikirkan.
Mereka berjalan beriringan melewati koridor sekolah. Cia lebih dulu masuk ke dalam kelas karena kelasnya lebih dekat di bandingkan dengan kelas Aksa. Aksa terus berjalan hingga sampai ke kelas yang berada di sebelah kelas Cia.
"Kayaknya ada yang makin deket nih sama anak kelas sebelah" ucap Hanna yang selalu mengejek Cia.
"Ihh, Hanna berisik. Jangan kayak gitu nanti yang lain bisa salah paham" rengek Cia.
"Ya enggak apa-apalah Cia, lagian ya harusnya kamu bersyukur bisa deket sama Aksa. Nih Cia biar aku kasih tau, dengerin baik-baik" ucap Hanna sembari menatap Cia, serius.
"Aksa itu ganteng, pintar, baik juga keliatannya, terus kayaknya dia orang kaya deh, terus dia juga perhatian sama kamu. Masa iya kamu mau menyia-nyiakan orang seperti Aksa sih. Kalau aku jadi kamu, kayaknya aku bakal langsung pacarin tuh si Aksa" ucap Hanna kepada Cia yang sangat fokus mendengarkan ucapannya.
"Hanna..." Ucap Cia yang belum beres namun sudah dipotong oleh Hanna.
"Sttt.. Cia udah deh enggak usah membantah omongan aku. Udah lebih baik kamu deketin terus si Aksa" ucap Hanna.
"Hanna, dengerin Cia dulu" ucap Cia yang mampu membuat Hanna terdiam.
"Hanna, nih ya kita baru kenal dua hari. Mana mungkinlah kita langsung pacaran. Lagi pula kayaknya Aksa udah punya pacar dan Cia juga enggak suka sama Aksa" kelas Cia.
"Cia, kalau dilihat-lihat kayaknya Aksa belum punya pacar deh. Jadi bisa kayaknya kamu jadi pacarnya. Terus kalau masalah suka itu proses Cia. Jalanin aja dulu siapa tau seiring berjalannya waktu, Cia bisa suka sama Aksa" ucap Hanna yang tidak mau kalah.
"Emang susah ya bicara sama kamu" ucap Cia yang mulai kesal kepada Hanna.
Kringg...
Bel masuk kelas telah berbunyi. Seluruh guru memasuki kelas masing-masing. Seluruh siswa duduk di kursi mereka dengan teratur. Buku-buku segera di keluarkan dari dalam tas. Sangat malas sekali Cia dan Hanna harus menerima kenyataan bahwa jam pertama diisi oleh pelajaran matematika. Hanna sangat benci matematika bukan karena pelajarannya yang merumitkan, melainkan karena guru matematika yang mengajar dikelas mereka sangat tegas dan serius. Namanya Pak Bima, guru yang ditakuti karena ketegasannya. Sebenarnya tidak hanya Hanna yang membenci Pak Bima. Tetapi, hampir seluruh siswa yang dibimbing oleh Pak Bima. Tapi ya sudahlah, selagi Cia dan Hanna tidak menunda-nunda tugas yang diberi Pak Bima sepertinya mereka masih aman."Baik sekarang saya tidak akan masuk ke kelas karena saya ada urusan. Tetapi jangan senang dulu, saya akan memberikan kalian latihan soal yang harus dikerjakan dan dikumpulkan hari ini juga. Tugas yang kalian kumpulkan hari ini akan menjadi absen kehadiran kalian. Jadi jika kalian tidak mengumpulkan tugas maka kalian dianggap tidak hadir dalam kelas" ucap Pak Bima dengan tegas. Pak bima memberi setumpuk kertas kepada Cia.
"Tolong bagikan kepada teman-teman kamu" ucap Pak Bima.
"Baik pak" ucap Cia yang kemudian membagikan kertas yang diberikan oleh Pak Bima kepada seluruh temannya.
Seluruh kertas sudah berada di tangan siswa. Alangkah terkejutnya seluruh siswa di kelas Cia ketika mereka melihat jumlah soalnya yang harus mereka kerjakan. 100 soal, bukan main. Bisa gila mereka semua mengerjakan soal yang banyak ini. Kelas Cia mulai ricuh dengan keluhan para teman-temannya.
"Kok banyak banget sih"
"Bisa mati aku ngerjain ini"
"Sumpah ya Pak Bima kejam banget"
"Untung ada Cia yang pintar"
"Kalau gini caranya aku makin benci sama Pak Bima"
Teman-teman Cia sudah merasa pusing bahkan sebelum mereka mengerjakan. Pak Bima ini benar-benar kejam. Bisa-bisanya dengan santainya ia memberi soal yang banyak ini dengan senyum mematikannya itu.
"Sudah jangan ribut, saya harap kalian bisa mengerjakan soal ini dengan nilai diatas 80" pinta Pak Bima yang langsung melangkahkan kakinya keluar kelas.
Chapter 4 finishedJangan lupa vote🌟
Jangan lupa komen🖋️
Jangan lupa share📨
KAMU SEDANG MEMBACA
SELESAI DI BANDUNG
Teen Fiction"kalau cia di kasih 1 permintaan, apa yang bakal cia minta?" "Cia nggak mau di pukul ayah" Apakah hanya kematianku yang ditunggu semua orang? Sebenarnya aku bisa bahagia, tapi tidak disini. Melainkan di kehidupan setelah kematian. Mengapa tuhan men...