[8. JUST FINE?]

41 16 1
                                    

<<< happy reading >>>

Hari demi hari telah Cia lalui tanpa adanya luka di hidupnya. Itu semua karena Aksa hadir dalam hidupnya. Aksa hadir memberi warna pada hidup Cia yang asalnya hanyalah hitam putih. Cia begitu bahagia ketika ia berada didekat Aksa, begitupun dengan Aksa. Satu bulan sudah mereka saling kenal dan menjalin hubungan .

Biasanya Aksa berangkat sekolah bersama dengan Cia. Namun berbeda dengan hari ini. Hari ini Cia tidak masuk sekolah karena sakit. Aksa berjalan menuju kelasnya hanya sendirian, tanpa Cia. "Sa, Cia mana?" Beberapa orang menanyakan hal tersebut kepada Aksa karena biasanya Cia selalu berada di sebelah Aksa. Aksa melanjutkan langkahnya setelah menjawab pertanyaan itu. Aksa duduk di kursi depan kelasnya. Aksa mengeluarkan ponselnya dan membuka room chat kontak Cia.

-----------------------------
PESAN WHATSAPP

Aksa🍍
Cia, masih pusing?

Cia
Masih sedikit

Aksa🍍
Pulang sekolah aku ke rumah kamu. Jangan lupa makan yaa, jangan main hp terus.
Mending tidur

Cia
Iyaa saa

------------------------------

Aksa mematikan dan menyimpan kembali ponselnya kedalam saku celananya setelah menghubungi Cia. Sejujurnya Aksa sangat khawatir dengan kondisi Cia sekarang. Terakhir, Aksa tau kondisi Cia dalam keadaan demam tinggi. Itupun sudah satu hari yang lalu. Entah apa yang terjadi kepada Cia sekarang. Apakah demamnya sudah menyuruh atau mungkin semakin tinggi, Aksa tidak tau.

****
Waktu sudah menunjukan pukul 9. Cia rasa perutnya sudah mulai terasa lapar. Cia berjalan menuju dapurnya dan membuka lemari makanan. Sayang sekali, tidak ada makanan satupun didalam lemari makanannya. Terpaksa Cia harus pergi ke minimarket dengan kondisi badan yang belum benar-benar pulih.

Cia berjalan dengan sedikit sempoyongan. Wajar saja kepalanya masih terasa sangat pening. Cia berjalan mencari makanan yang akan ia beli. Cia mengambil 2 bungkus mie instan dan 1 botol air minum. Cia pergi ke kasir untuk membayar makanan yang telah ia ambil. Penjaga kasir memasukan mie instan dan air minum kedalam plastik berwarna putih.

Cia rasa sudah selesai membeli makanan. Cia berjalan keluar dari minimarket yang baru saja ia kunjungi. Tidak sengaja Cia menatap wanita paruh baya yang berdiri di sebelah pohon besar yang berada di dekat minimarket. Sepertinya Cia kenal dengan wanita itu. Cia menghampiri wanita itu dan memeluknya dari belakang. Alangkah terkejutnya wanita itu dan segera melepaskan pelukan yang di berikan oleh Cia.

"Bunda" ucap Cia. Ya, wanita itu adalah orang yang sudah melahirkan wanita hebat seperti Cia.

"Cia, kamu nggak sekolah?" Tanya Elena, ibu Cia, yang nampak mulai marah.

"Cia izin bun" jawab Cia, sedikit takut.

"Cia, kamu benar-benar nggak tau terima kasih ya. Uang yang bunda keluarkan untuk biaya sekolah kamu itu nggak sedikit Cia. Ngapain kamu izin-izin segala" ucap elena yang berhasil membuat Cia menahan air mata.

"Cia sakit bunda" ucap Cia dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

"Sakit? Kamu bohong. Cia yang bunda tau itu adalah orang yang kuat, mana mungkin kamu sakit. Bunda nggak mau tau, besok kamu harus pergi sekolah. Toh dengan kamu berangkat sekolah kamu enggak bakalan mati kan. Kamu baik-baik saja Cia" ucap Elena yang membuat Cia semakin kesal.

"BUNDA, SIAPA YANG BILANG CIA BAIK-BAIK SAJA? CIA SAKIT BUNDA!! KATA SIAPA CIA KUAT BUNDA!!" Ucap Cia dengan nada yang mulai meninggi. Cia tidak peduli bagaimana tatapan orang yang berada disekitarnya saat ini.

"Kenapa bunda nggak pernah ngertiin Cia!! bunda cuma ngertiin anak baru bunda, keluarga baru bunda. KAPAN BUNDA LIHAT CIA. CIA JUGA BUTUH BUNDA DAN AYAH" ucap Cia dengan emosi yang sudah meluap. Air mata Cia sudah mengalir begitu saja.

"Bunda tau kamu anak bunda. Bunda seperti ini juga untuk hidup kamu Cia. Bunda tetap kasih kamu uang kan? Bunda nggak lupa sama kamu" ucap Bunda yang tidak mau kalah.

"AKU NGGAK BUTUH UANG BUNDA!! AKU MAU BUNDA ADA DISAMPING AKU, AKU JUGA MAU NGERASAIN APA YANG DIRASAIN SAMA TEMAN-TEMAN AKU, MEREKA DISAYANG SAMA ORANG TUANYA. AKU KAPAN?" ucap Cia dengan nada suara yang tinggi.

"Bunda nggak bisa, bunda punya keluarga" ucap Bunda.

"Lalu aku? Aku bukan keluarga bunda? AKU JUGA ANAK BUNDA" ucapan terakhir Cia kepada bunda. Cia berlari kembali ke rumahnya.

Cia melemparkan makanan yang baru ia beli ke sembarang arah. Cia masuk kedalam kamarnya dan berbaring di tempat tidur. Cia mengurung dirinya dengan selimut. Cia menangis, air matanya berhasil lolos dikeluarkan.

Kali ini hati Cia benar-benar sangat hancur. Dimana orang tuanya ketika ia sedang hancur. Orang tuanya hanya mementingkan keluarga barunya. Mereka pikir semua masalah yang Cia hadapi bisa diselesaikan dengan uang. Cia benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir orang tuanya.

****
Waktu telah menunjukan pukul 2 siang. Sepulang sekolah, Aksa segera bergegas menuju rumah Cia dengan membawa semangkuk bubur ayam langganannya.

Tok tok tok
Aksa mengetuk pintu rumah Cia namun tidak ada balasan dari sang pemilik rumah. Sudah berkali-kali Aksa mengetuk pintu rumah Cia, namun hasilnya sama saja. Aksa mulai panik karena Cia tidak merespon apapun. Aksa mencoba membuka pintu rumah Cia dan berhasil. Cia tidak mengunci pintu rumahnya. Aksa mencari keberadaan Cia kesepuluh bagian rumahnya. Aksa mengetuk pintu kamar Cia yang telah Cia kunci dari dalam. Aksa terus mengetuk pintu kamar berharap sang pemilik segera membukanya.

Ceklek
Suara kunci pintu yang terbuka. Cia keluar dari kamarnya dengan kondisi yang benar-benar berantakan. Cia membuka pintu dan menatap Aksa yang memasang wajah lesu.

"Aksa.." panggil Cia.

Chapter 8 finished

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 8 finished

Jangan lupa vote🌟

Jangan lupa komen🖋️

Jangan lupa share📨

<<<happy enjoy>>>

SELESAI DI BANDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang