[14. MASIH MASA LALU?]

16 5 0
                                    

Cia menatap jalanan bandung, berharap keajaiban datang. Berharap Aksa datang dihadapannya sekarang. Setidaknya demi suasana hati Cia kembali bahagia.

"Cia" panggil seseorang yang datang dari belakangnya.

"Hanna?" Ucap Cia.

"Ayo aku antar pulang" ucap Hanna yang mencoba untuk tersenyum kepada Cia.

"Bukannya hari ini kamu kumpul OSIS?" Tanya cia.

"Rapatnya diundur jadi besok, udah ayo aku antar pulang" balas Hanna yang kemudian duduk disamping Cia.

"Aku bisa sendiri kok, lagi pula aku kan udah pindah kerumah ayah dan jarak rumah ayah kerumah kamu itu jauh, Hanna" tutur Cia.

"Bodo amat, pokoknya aku antar Cia sampai rumah" Hanna ini memang keras kepala. Siapapun tidak bisa membantah omongannya.

"Ya udah, terserah"

*****
Sesampainya Cia dirumah, Cia disambut oleh Baskara dan Sofie yang tengah bersiap untuk pergi, entah kemana. Cia berjalan mendekati kedua orang tuanya dengan sedikit rasa takut.

"Cia, sini" panggil Sofie.

Cia berjalan sedikit lebih cepat setelah mendapat perintah dari Sofie. Cia duduk di sofa kosong yang berada di sebelah Sofie.

"Cia, mama minta tolong, antar Alea ke rumah sakit ya" ucap Sofie.

"Alea kenapa? Alea sakit?" Terukir kekhawatiran di wajah Cia. Meskipun Alea bukan adik kandungnya, tetapi Cia menyayangi Alea layaknya adik kandung. Rasa sayang nya ini nyata bukan hanya sekedar ucapan.

"Alea demam sejak tadi pagi, mama sama ayah mau ke acara kantor dulu. Mama titip Alea ya" ucap Sofie yang sejujurnya tidak ingin meninggalkan Alea.

"Iya ma, Cia ajak Alea ke rumah sakit sekarang" ucap Cia.

"Kamu makan dulu, mama udah siapin makanan di meja buat kamu dan Alea" ucap Sofie.

"Makasih maa" ucap Cia.

Kaki Cia melangkah menaiki tangga dan mulai menginjak lantai kamarnya. Cia Menganti seragam sekolahnya dengan setelah celana panjang dan kemeja pendek. Rambut yang ia biarkan terurai menambah aura indah yang terpancarkan dari diri Cia.

Kini Cia telah berada di rumah sakit bersama dengan Alea yang tengah di tangani oleh dokter. Sejujurnya, Cia membaik dari sakitnya tadi. Namun, Cia ingin mementingkan adiknya karena jika adiknya semakin sakit, Cia takut, Baskara akan memarahinya habis-habisan. Saat ini Alea adalah anak kesayangan Baskara dan Sofie. Juga status Alea saat ini adalah adik Cia. Sudah seharusnya Cia memberi perhatian lebih kepada adiknya. Hal ini juga bisa membuat hubungan Cia dan Alea semakin dekat, layaknya saudara kandung.

*****
Tepat pukul 4 lebih 15 menit, Anaya telah selesai melakukan cuci darah. Anaya duduk diatas kursi roda yang tengah di dorong oleh Aksa. Tak disangka, ternyata rumah sakit tempat Anaya cuci darah dan Alea berobat adalah rumah sakit yang sama.

"Itu bukannya Cia?" Ucap Anaya yang mampu mengejutkan Aksa dengan ucapannya.

"Mana?" Tanya Aksa.

"Itu yang jalan sama cewe" jawab Anaya, mengarahkan jari telunjuknya kearah Cia yang sedang berjalan bersama Alea.

"CIA" panggil Anaya sedikit berteriak, jarak antara Cia dan Anaya tidak terlalu jauh.

"Kok di panggil?" Tanya Aksa. Bukannya tidak ingin bertemu dengan Cia, namun bukan sekarang waktu yang tepat untuk bertemu dengan Cia.

Cia menolehkan kepalanya, menyipitkan matanya, menatap siapa yang memanggilnya. Terukir wajah Aksa dan Anaya yang tengah berdiri di depannya. Cia berjalan menghampiri tempat dimana Aksa yang tengah mendiri membeku dan Anaya yang tengah duduk dengan wajah pucat yang melengkapinya. Alea, kini duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kalian kok bisa disini? Anaya sakit?" Tanya Cia, menatap wajah kekasihnya yang terdiam membeku.

"Jawab sa? Kamu sakit Nay?" Pertanyaannya yang semula untuk Aksa namun kini di berikan juga kepada Anaya.

"Iya, Anaya sakit, jangan salah paham ya" ucap Aksa. Aksa paling tidak mau ada kesalahan dirinya dengan Cia.

"Sakit apa?" Tanya Cia.

"Nanti aku jelasin, aku antar Anaya dulu, kasihan dia" ucap Aksa. Lalu pergi meninggalkan Cia yang berdiri dengan pikiran yang masih bertanya-tanya. Cia kembali menghampiri Alea yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Siapa kak?" Tanya Alea.

"Teman kakak" jawab Cia sembari melemparkan senyum indahnya.

"Mereka pacaran? Cocok banget kak" ucap Alea. Cia tersenyum getir mendengarnya.

"Cowo tadi pacar kakak" ucap Cia.

"Hah? Maaf kak, kata-kata aku bikin kakak sakit hati ya? Maaf kakk" ucap Alea, panik mendengar jawaban Cia.

"Nggak apa-apa Alea, kakak ngerti kok" ucap Cia, menyembunyikan sakitnya. Ada perasaan yang mengganjal didalam hatinya.

*****
Sebuah taman yang mengelilingi danau, terpancarkan cahaya matahari berwarna jingga. Seorang gadis terduduk diam, menatap air danau yang tampak tenang. matanya mencoba menahan air yang ingin terjun bebas.

"Susah ya, lepas dari masa lalu?" Tanyanya dari hati yang paling dalam. Netranya beralih, menatap perempuan dihadapannya.

"Maksudnya?" Tanya Hanna dengan tatapan mata yang sulit diartikan.

"Anaya" ucap Cia dengan menegaskan nama yang ia sebut.

"Cia, mungkin kebetulan aja, Aksa lagi ngejenguk Anaya, lagi pula nggak mungkin juga Aksa selingkuh dari Lo" jelas Hanna, mencoba  menenangkan pikiran Cia.

"Na, tatapan mereka berdua tadi itu beda" ucap Cia.

"Ini itu efek orang yang baru pacaran pertama kali, cemburu, posesif. Tenang aja Cia, Aksa nggak mungkin berbuat jahat sama kamu"

 Tenang aja Cia, Aksa nggak mungkin berbuat jahat sama kamu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 14 finished

💗💗💗

SELESAI DI BANDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang