[12. BACK TO THE FAMILY ]

38 5 0
                                    

<<< happy reading >>>

Cia telah dipindahkan ke ruang rawat inap yang dimana hanya ada Cia dan Aksa. Hanna sudah pulang sedari tadi karena ada urusan lain. Lagi pula sekarang Cia sudah memiliki Aksa yang selalu menjaganya. Hanna jadi tidak terlalu mengkhawatirkan Cia jika ia tidak di samping Cia.

Aksa menatap luka di wajah Cia yang tertutupi oleh perban. Mata yang terpejam dan belum terbuka sedikitpun. Baru kali ini Aksa menatap perempuannya lemah, terbaring diatas kasur rumah sakit.

Aksa menggenggam tangan Cia yang terbebas dari selang infus. Aksa merasakan tangan yang ia genggam mulai bergerak. Perlahan mata Cia mulai membuka.

"Aksa.." panggil Cia.

"Iya, sayang" saut Aksa. membelai pelan kepala Cia.

"Cia takut" ucap Cia, isi kepala Cia tiba-tiba memutar kembali memori dimalam itu.

"Cia nggak usah takut, Cia udah aman sekarang"

"Orang itu mau bunuh Cia"

"Cia jangan khawatir, aku udah lapor polisi buat cari orang itu sampai ketemu" ucap Aksa yang gagal membuat Cia tenang.

"Tapi... Kalau nggak ketemu gimana?" Tanya Cia dengan kekhawatiran yang masih menyelimutinya.

"Pasti ketemu, orang jahat mau bersembunyi dimanapun pasti akan ketemu" kali ini Cia berhasil tenang walau tidak sepenuhnya tenang.

*****
Matahari telah menampakkan wujudnya. Kini Cia dan Aksa tengah duduk di kursi taman rumah sakit. Begitu bosan didalam kamar, sehingga Cia memutuskan untuk mencari angin diluar. Netra Cia tertuju pada anak kecil yang sedang bermain dengan sangat ayah. Bohong jika Cia tidak iri dengan pemandangan itu. Sangat ingin sekali rasanya disayang oleh kedua orang tua. Namun, apalah daya Cia yang hanya bisa melihat kedua orang tuanya menyayangi anak baru mereka.

"Hei, kenapa?" Tanya Aksa, menatap netra cantik Cia yang sudah banjir air mata.

"Nggak apa-apa" ucap Cia, berbohong.

"Nggak usah bohong, cerita sama aku"

"Sa, apa hal yang Aksa nggak suka dari Cia?" Tanya Cia.

"Kenapa? Kok nanya itu?" Aksa menatap netra Cia begitu dalam.

"Supaya Cia bisa jauhin hal itu dan Aksa nggak tinggalin Cia" jawab Cia.

"Cia dengerin aku, nggak ada satupun hal yang aku nggak suka dari Cia, mau gimanapun Cia, aku tetep suka. Karena aku nggak mau melarang Cia dalam melakukan apapun, lakukan aja sesuka Cia" ucap Aksa.

"Kalau Cia nggak cantik, Aksa akan tetap cinta Cia?" Tanya Cia.

"Menurut Aksa, cantik itu bukan hanya karena fisik, tapi cantik itu dari hati. Dan itu lah Cia, hati Cia sempurna bahkan hampir tidak ada noda sedikitpun. Itulah kenapa aku cinta sama kamu" tutur Aksa dengan begitu lembut.

"Cia takut sendirian sa"

"Cia nggak akan sendirian, sayang" Aksa membawa Cia kepada dekapannya. Begitu nyaman yang Cia rasakan.

"Cia" panggil seorang lelaki dengan suara husky nya.

"Ayah?" Saut Cia yang kemudian melepaskan pelukannya dengan Aksa.

"Dia siapa?" Tanya Baskara.

"Dia Aksa, yah. Pacar Cia" ucap Cia sedikit takut. Karena jujur saja baru kali ini Cia memiliki kekasih dan dikenalkan kepada Baskara.

"Oh, kamu sudah mengemasi barang-barang kamu?" Tanya Baskara. Aksa mengernyit heran, kenapa Baskara menyuruh Cia untuk mengemasi barang-barangnya.

"Belum, Cia belum sempat beres-beres" ucap Cia.

"Yasudah, nanti kamu minta bantu pacar kamu aja, ayah ga bisa bantu kamu" ucap Baskara.

"Iya ayah"

"Ayah pergi dulu, ayah sibuk" ucap Baskara yang langsung pergi tanpa ada rasa khawatir sedikitpun. Baskara melangkahkan kakinya menjauh dari Cia dan Aksa.

"Cia, kamu mau kemana?" Tanya Aksa.

"Cia mau pindah ke rumah ayah, ayah yang ajak Cia" ucap Cia dengan penuh antusias.

"Oh, kalau gitu aku bantuin Cia beresin barang Cia ya" ucap Aksa yang turut antusias.

"Makasih ya sa"

"Iya sayang"

Hari sudah semakin gelap, Cia baru dibolehkan untuk pulang di jam 5 sore. Aksa segera mengantar Cia dengan mengendarai mobil milik temannya. Aksa meminjam mobil temannya karena tidak mungkin jika Aksa mengantar Cia menggunakan motor. Kondisi Cia masih belum stabil untuk duduk di motor.

Aksa membuka pintu rumah Cia sembari menggandeng Cia. Aksa mengarahkan Cia untuk duduk di sofa. Setelah itu, Aksa berjalan menuju dapur rumah untuk mengambilkan Cia air minum.

"Cia, lebih baik besok aja Cia pindahnya ya? Sekarang Cia istirahat dulu" Cia menggelengkan kepalanya, menolak permintaan Aksa.

"Mau sekarang aja, Cia nggak sabar sa" ucap Cia.

"Tapi kondisi Cia belum stabil"

"Kata siapa? Cia udah sembuh kok, Cia kuat" ucap Cia.

"Ya udah iya, barang apa aja yang mau Cia bawa?" Tanya Aksa. Senyumannya mulai mengembang, tandanya Cia sangat bahagia.

Cia berjalan menuju kamarnya dan duduk di kasur miliknya. Aksa mengambil koper berwarna coklat yang berada di atas lemari. Perlahan Aksa mulai mengeluarkan seluruh baju Cia yang ada di lemari. Begitupun dengan Cia yang mulai mengemasi barang-barangnya, dimasukan kedalam koper miliknya.

Betapa bahagianya Cia malam ini, impiannya untuk tinggal bersama ayahnya akan segera terwujud. Semua ini bagaikan mimpi paling bahagia yang hadir dalam kehidupannya. Kebahagiaannya semakin lengkap karena hadirnya Aksa di hidupnya. Memberi warna dalam hidupnya. Apa mungkin semua ini adalah awal kebahagiaan di hidup Cia?.

*****
Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Kini Cia sudah berada di rumah Baskara. Namun, beberapa barangnya masih ada yang ditinggalkan di rumah lamanya. Kini Cia tengah mengemasi baju-bajunya untuk dipindahkan ke lemari barunya.

Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang terdengar dari luar kamarnya.

"Masuk aja" ucap Cia sedikit lebih keras supaya terdengar oleh orang yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.

"Cia, sudah makan?" Ucap seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah istri baru ayah Cia. Wanita itu bernama Sofie.

"Belum tante, nanti Cia makan setelah beresin baju" ucap Cia dengan sopan. Bagaimanapun juga, Sofie adalah ibu tirinya.

"Panggil mama aja, nggak usah pake Tante" ucap Sofie dengan senyum ramahnya yang begitu manis.

"I-iya, m-mah" ucap Cia, gugup.

"Ya sudah, jangan lupa makan ya, kamu baru sembuh sakit kan?" Ucap Sofie dengan penuh perhatian.

"Iya, Cia nggak akan lupa kok" ucap Cia yang tak kalah manis dengan senyuman Sofie.

"Ya sudah, mama tinggal dulu ya" pamit Sofie yang kemudian pergi setelah mendapatkan balasan berupa anggukan kepala Cia.

Chapter 12 finished

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 12 finished

OMG OMG OMG udah chapter 12 aja.
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya guyss
Love you all🙀💗🧚🏻✨

SELESAI DI BANDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang