<<< happy reading >>>
Pagi ini, Cia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Cia berjalan menuruni tangga dan berhenti tepat di hadapan Baskara yang tengah menyantap makanan di meja makan. Cia duduk di kursi yang berada di sebelah Alea, anak Baskara dan Sofie sekaligus adik tiri Cia, yang sudah mengenakan seragam sekolah. Alea menyambut hangat sang kakak untuk makan bersama-sama pagi ini. Alea tersenyum lebar yang ia hadiahkan untuk Cia.
"Pagi kak, ayo makan" ucapnya dengan penuh semangat.
"Siapa yang suruh kamu duduk di situ" ucapan itu berhasil membuat semua orang yang mendengarnya terdiam sesaat. Suara itu berasal dari Baskara yang tengah menatap Cia tajam.
"Kenapa mas?" Tanya Sofie dengan sangat heran.
"Nggak ada yang suruh kamu makan di meja ini" ucap Baskara dengan menekan di setiap katanya.
"Maaf" Cia berdiri dan mundur beberapa langkah dari meja makan.
"Ayah, biarin kak Cia makan disini" ucap Alea.
"Alea diam, Cia kamu makan di sekolah saja. Kalau kamu makan disini nanti kamu telat, nilai kamu bisa turun" ucap Baskara dengan penekanan diakhir kalimat.
Jam masih menunjukkan pada pukul 6 pagi. Namun Baskara menyuruh Cia untuk pergi sekolah lebih awal. Dengan rasa kesal, Cia menuruti permintaan Baskara. Cia menggerutu pelan di sepanjang jalan. Begitu kesal dengan kejadian yang baru saja ia alami. Bagaimana tidak kesal, ini masih sangat pagi untuk berangkat ke sekolah. Bahkan siswa lain pun belum ada yang tiba di sekolah.
Cia duduk diatas kursi kelasnya sembari memandangi ponselnya yang menyala sangat terang. Memandangi beberapa kolom pesan bersama dengan Aksa. Mengetik sebuah pesan singkat yang akan ia kirim kepada Aksa.
-----------------------------
PESAN WHATSAPPCia
Sa, aku mau minta tolong, nitip makanan
Aku belum sarapan dan kantin masih tutup------------------------------
Masih sama, Cia memandangi pesannya yang belum ada respon dari sang pemilik kontak. Hingga tiba saatnya bel telah berbunyi sangat nyaring. Seluruh siswa telah duduk di kursinya masing-masing.
Hanna menatap Cia yang tengah menahan sakit perutnya akibat tidak sarapan pagi. Memang sudah sedari dulu, jika Cia telat makan, pasti perutnya akan sakit. Seperti sekarang, begitu sakit yang Cia rasakan sekarang. Jam pelajaran sudah mulai sejak 3 jam yang lalu. Cia sudah meminta izin kepada guru yang sedang dikelasnya untuk istirahat dan minum obat pereda sakit perut di UKS sekolah. Namun nihil, usahanya gagal, guru pelajaran bahasa Indonesia yang tidak mengizinkan dengan alasan hari ini akan ada ulangan harian.
"Hanna, nggak kuat, sakit banget" ucap Cia, yang berusaha mati-matian menahan sakit perutnya.
Tidak kuat menahan sakit, Cia berlari keluar kelas tanpa meminta izin. Tidak peduli apa respon guru dan teman-temannya nanti. Cia sudah tidak bisa menahan sakit dalam perutnya ini. Disisi lain, Cia juga memikirkan Aksa yang tidak bisa dihubungi. Entah kemana perginya Aksa. Hari ini Cia belum juga menemukan Aksa. Menurut teman kelas Aksa, hari ini Aksa tidak masuk sekolah, tanpa alasan.
"Cia, mau kemana, tunggu" ucap Hanna yang berusaha mengejar Cia.
"CIA, MAU KEMANA?" teriak guru bahasa Indonesia-nya yang tidak ada niat untuk mengejar Cia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELESAI DI BANDUNG
Teen Fiction"kalau cia di kasih 1 permintaan, apa yang bakal cia minta?" "Cia nggak mau di pukul ayah" Apakah hanya kematianku yang ditunggu semua orang? Sebenarnya aku bisa bahagia, tapi tidak disini. Melainkan di kehidupan setelah kematian. Mengapa tuhan men...