Luna VS Lino

1K 151 7
                                    




Sejak kejadian Januar menciumnya, Kana selalu menghindari laki-laki itu, walau Januar sering berkunjung ke rumah Mahen, Kana cuek saja tak mau menyapa, ia masih kesal karena laki-laki itu seenaknya menciumnya, mereka kan bukan suami-istri lagi, kalau mengingat lagi auhh Kana merinding, bisa-bisanya dia menikmati nya juga, gila.

"Na, di depan ada Januar tu, nggak disapa dulu?" Tanya Mahen pada sang adik

Kana yang masih fokus pada laptopnya hanya menjawab seadanya, "Nanti kak, aku masih sibuk buat perangkat sekolah. Kakak aja deh"

Mahen mengangguk patuh, ia berjalan keluar rumah untuk menyapa Januar yang sedang bermain dengan si kembar.

Kana yang masih fokus mengerjakan perangkat tiba-tiba dikagetkan oleh teriakan Luna dan Lino yang saling mengejar, awalnya Kana hanya menatap kedua anak itu sekilas, ia mengira keduanya tengah bermain namun tiba-tiba saja Lino berteriak menangis bersamaan dengan Luna.

Kana sedikit kaget saat melihat Luna menarik rambut Lino, lalu mencakar sang kakak hingga menangis, anak itu juga merebut mainan di tangan Lino sambil terus memukul kepala abangnya.

"Astagfirullah" pekik Kana sambil berlari melerai kedua anak itu, karena Lino mulai membalas, anak itu mendorong sang adik hingga jatuh, mencoba menarik kembali mainan miliknya yang direbut Luna, si bungsu tak mau kalah balas menyerang.

Dengan segenap kekuatannya Kana  menarik Lino lalu menahan Luna, namun keduanya tak mau kalah dan terus ingin saling memukul.

"Luna, Lino, nggak boleh, astagfirullah, jangan hei, eh nggak boleh pukul-pukul nak, ya Allah, eh, nggak boleh!!"

Kana menarik Luna yang terus ingin mencakar Lino, namun ia tak bisa menahannya karena Lino juga mulai menarik rambut Luna hingga keduanya menangis.

"Kak Mahen!!!" Teriak Kana hingga membuat Mahen dan Januar berlari masuk.

"Kenapa Na?" Tanya Mahen sambil terbelalak melihat dua anak yang tak mau kalah terus ingin saling memukul dari sela-sela kaki ibu mereka.

"Berantem kak, pegangin Luna" pekik Kana

"Jan, bawa Lino, mukanya kecakar" pinta Kana karena Januar juga ada disana.

Dengan sigap, Januar menarik Lino, menggendong anak itu keluar, sementara Mahen menarik Luna yang sudah berontak menangis. Kana menggelengkan kepalanya, baru kali ini si kembar bertengkar sehebat ini, ia sampai kewalahan beruntung ada kak Mahen dan Januar.

Sementara di luar, Januar masih menggendong Lino yang menangis pula, dengan gerakan pelan, Januar duduk menangku sang anak lalu memperhatikan wajah Lino yang dicakar sang adik.

"Sini Papa lihat dulu, astaga" gumam Januar setelah melihat wajah Lino yang berdaraha karena berkas cakaran Luna. Dari dahi hingga ke pipi lalu bagian dekat bibir juga berdarah akibat cakaran dan lukanya lebih besar.

"Papa hikks"

"Udah, kita obatin dulu ya"

Lino menolak sambil menangis memeluk sang ayah, Januar akhirnya menggendong Lino agar mau berhenti menangis, sejak pertama kali bertemu dengan sang anak, Lino adalah tipe anak yang tidak terlalu cerewet, anak itu lebih patuh dibanding Luna, jarang menangis dan selalu mengalah. Januar bahkan baru mendengar Lino menangis sekeras ini, biasanya cuma menangis biasa lalu berhenti kalau sudah dipeluk, tak sampai harus digendong berkeliling seperti saat ini.

Kadang Januar merasa bahwa segala hal yang dimiliki Lino adalah jiplakan dirinya, mulai dari wajah hingga wataknya sangat mencerminkan dirinya yang dulu. Di matanya Lino adalah putra sulung yang bisa diandalkan, namun ia juga adalah putra tersayangnya yang berumur 6 tahun, masih cengeng, harus digendong dan dikeloni kalau tidur.

Struggle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang