Bertemu Papa

1.2K 153 7
                                    

Begitulah naluri manusia, memaafkan saja tidak akan cukup, manusia cenderung bahagia saat orang lain menderita sakit yang sama seperti dirinya










Setelah pertemuannya dengan Kana, Januar semakin pusing, ia mengetahui fakta baru bahwa ia memiliki anak bersama Kana. Januar tau, mungkin orang lain tidak akan percaya kalau anak yang Kana bawa adalah anaknya tapi ia percaya karena dulu, ia pernah menebak kalau Kana hamil beberapa bulan sebelum konflik terjadi dalam rumah tangga mereka.

Waktu itu mereka masih sangat harmonis dan Kana terus mengeluh sakit perut dan mual, ia juga lemas dan sudah telat datang bulan. Awalnya mereka optimis kalau Kana sedang hamil hanya saja masalah datang disaat yang tidak tepat hingga melupakan perihal kehamilan yang pernah mereka duga.

Jadi Januar tidak kaget kalau Kana hamil setelah sidang perceraian mereka, awalnya Januar kira Kana tidak hamil karena 7 tahun berselang wanita itu benar-benar hilang dari radarnya.

"Aluna dan Alino" gumam Januar menatap dua foto bayi yang diberikan Kana, sekarang dua bayi itu pasti sudah bisa berjalan, berlari bahkan mengomel, ah, Januar melewatkan banyak hal.

Perihal Juan, laki-laki yang menghancurkan pernikahan mereka, Kana menjelaskan,

"Aku udah nggak ada hubungan sama kak Juan sejak pindah ke Bali, kita putus kontak waktu dia tau kalau aku hamil"

Si brengsek itu bahkan tak menepati janjinya untuk menjaga Kana, ia melepaskan wanita yang ia cintai untuk laki-laki bajingan sepertinya. Andai Kana tidak melakukan hal fatal mungkin ia masih bisa memaafkan nya dan kembali bersama. Andai saja...

"Januar, kamu pulang nak? Astaga mama kangen tau"

Januar membalas pelukan sang ibu yang agak berdrama, padahal mereka tidak bertemu hanya 3 hari, wanita itupun selalu menghubunginya 3 kali dalam sehari, mengomelinya yang selalu sibuk dan selalu memintanya pulang ke rumah alih-alih ke apartement.

"Januar mau mandi dulu ma" ujar Januar melepaskan dekapan sang ibu lalu berjalan menuju ke kamar namun Mama menahannya.

"Eit, tunggu dulu, kamu masuk nya pelan-pelan, oh ya astaga, mama lupa"

Januar yang berniat membuka pintu kamar urung karena sang ibu menariknya menjauh dari pintu, "Kana udah kasi tau kamu belum?" Bisik sang Mama

"Soal apa ma?"

"Cucu mama lah"

Januar tampak kaget, ia menatap ibunya dengan wajah bingung, "Mama udah tau?"

"Ow ternyata Kana udah kasi tau kamu, mama sama papa mu udah tau dari 3 hari yang lalu, tu si kembar lagi tidur di kamar kamu, kecapean habis mancing sama papa mu di kolam ikan nya pak Jamal"

Januar mengerutkan keningnya, "Mereka disini?"

"Lah, Kana nggak kasi tau kamu? Kana nitipin si kembar disini dari pagi soalnya Kana mau ngurus kepindahan mereka ke taman kanak-kanak baru disini. Mama sih minta yang dekat sini supaya mama bisa jemput setiap hari"

Januar menghela napas pelan, ia hanya mengangguk mendengar ocehan mama nya yang kelewat semangat membicarakan si kembar.

"Yaudah, Janu mau masuk dulu ma"

"Jangan ribut ya"

"Iya iya"

Januar memasuki kamarnya, dari kejauhan ia bisa melihat dua tubuh kecil tengah berbaring memeluk boneka yang entah milik siapa, karena Januar tidak punya boneka, tentu saja.

Januar melangkah pelan mendekati kedua sosok kecil itu sambil memperhatikan lamat-lamat tubuh kecil yang setengah terbungkus selimut.

Hati Januar mencelos saat melihat wajah kedua anak itu, tentu saja mereka anaknya, dari wajah saja sudah terlihat, keduanya mirip dengannya, tidak ada sedikitpun jejak peninggalan Kana di wajah mereka.

Struggle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang