Jahat

1.1K 132 7
                                    

Kamu lebih egois
Kamu lebih jahat



🩵🩵🩵

"Luna!! Lino!! Ya Allah, kalian ngapain sih?" Teriak Kana di dalam rumah saat melihat wajah kedua anaknya yang cemong, Kana lalu beralih pada laki-laki dewasa yang hanya tertawa melihat kedua anak kembar mereka.

"Jan, kok cuma diliatin sih!!"

"Aku udah larang tapi tadi hampir nangis jadi ku biarin aja" kata Januar sambil tertawa

Baru sehari dua anak itu keluar dari RS tapi mereka sudah bertingkah, bisa-bisanya dua anak itu memainkan bahan kue miliknya, padahal ia baru membelinya tadi pagi untuk membuat kue bersama Gia nanti malam.

"Duh, tante Gia bakalan marah nih kalau tau bahan kue nya kalian mainin, astagfirullah, ini sampe masuk ke hidung-hidung nak"

Kana membersihkan tepung terigu, cokelat bubuk dan beberapa bahan lainnya yang menempel di tubuh si kembar, Luna bahkan sudah menjadikan tepung terigu menjadi bedaknya.

"Jan, bantuin!!"

Januar tertawa ia mengangkat Luna ke gendongannya karena anak itu masih belum bisa berjalan, kakinya masih di gips. Januar membersihkan tubuh Luna sementara Kana membersihkan tubuh Lino. Kedua anak itu hanya menyengir diomeli ibu mereka.

Hari ini Kana dan Januar sepakat untuk tidak bekerja karena si kembar baru keluar dari rumah sakit, mereka ingin menemani dua anak itu bermain seharian ini karena keduanya dijanjikan oleh Januar.

"Kana"

"Ya?"

"Aku masih nunggu penjelasan kamu soal yang kemarin"

Kana menatap ke arah mantan suaminya, ia terdiam sebentar tak tau harus mengatakan apa soal penyakit yang ia derita. Kana tidak mau membagi rasa sakit dengan siapapun, ia tidak ingin dikasihani, dianggap lemah apalagi diremehkan. Kana tidak suka dirinya dianggap wanita lemah yang penyakitan.

"Kita bicara setelah mereka tidur siang" ujar Kana lalu berjalan ke dapur untuk mengambil sapu dkk.

Sementara Januar mulai termenung, ia sedang memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan penyakit yang diderita Kana, dan ia berharap bukan penyakit yang berat.

"Papa" panggil Luna memberikan bungkus permen agar dibukakan sang ayah. Januar mengambil permen itu lalu membukakan untuk Luna.

"Papa capek ya?"

Januar menatap ke arah Luna yang bertanya dengan wajah lucu, pipinya menggembung karena permen yang ia makan, Januar mencubit pelan pipi anaknya, "Keliatan ya?"

Luna mengangguk, "Mata Papa kayak Panda, kata mama, kalau kita nggak banyak tidur nanti matanya kayak panda terus kita cepat capeknya"

Tebakan yang pas, bahkan anak sekecil Luna bisa melihat kilatan lelah diwajahnya, Luna benar tentang kantung mata, karena Januar tak bisa tidur memikirkan Kana.

"Papa nggak apa-apa sayang, Luna habisin permennya habis itu sikat gigi terus tidur siang ya?"

Luna mengangguk patuh, setelah menjawab pertanyaan cerewet Luna, Januar mengarahkan pandangannya pada Lino yang ternyata sedang mengunyah dengan mata tertutup, anak itu ketiduran sambil memakan cemilan.

Dengan gerakan pelan Januar mengambil cemilan di tangan Lino lalu menggendong sang anak ke kamar, juga membersihkan mulut dan tangan Lino.

Tak lama setelah Lino tertidur, Luna mulai menguap mengantuk, Januarnyang peka dengan cepat menggendkng sang anak ke kamar mereka. Membaringkan Luna di samping Lino

Struggle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang