Kertas Takdir

20 3 0
                                    


Hari demi hari berganti. Masalah terus mengejar meminta diselesaikan.
Tujuh menjadi empat. Dua diasingkan dan satunya tak kunjung membuka mata.

Pagi itu, Daeynoliya absen dari tugasnya sebagai anak Demeter. Dengan alasan sakit,ia justru pergi ke hutan guna menenangkan diri.
Bukan malas,hanya lelah dengan kehidupannya yang bagai neraka. Dirundung,diasingkan serta ditertawakan membuatnya tak betah berada di kawasan camp.

Daeynoliya duduk di tepi danau. Menatap tenangnya air yang dihiasi hijaunya pepohonan. Angin sepoi-sepoi ikut menyertainya.
Daeynoliya memeluk dirinya sendiri,mengelamkan wajahnya di lipatan tangan dengan pikiran yang berkecamuk. Namun tak berselang lama,ia mendongak kala merasakan tepukan di bahunya.

"Hei!"

Daeynoliya menatap sosok gadis yang sepertinya seumuran atau lebih muda darinya. Hanya saja ia lebih pendek.

"Bolehkah aku duduk disini?"

Daeynoliya mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, keheningan kembali menyelimuti. Merasa terabaikan,gadis itu pun memperkenalkan dirinya.

"Aku Chloe anak Dewi Nike."

"Dewi Nike?, Aku-

"Daeynoliya anak Demeter."

Sebelum menyelesaikan kalimatnya,Chloe lebih dulu menyela ucapannya. Daeynoliya kembali mengangguk sebagai jawaban. Mungkin saja,gadis ini mengetahui namanya dari gosip-gosip anak-anak menjengkelkan itu,begitu pikirnya.

"Berhentilah murung seperti itu kak,kau jadi mirip kucing birahi."

Anjing.

Daeynoliya mendelik lantas kembali membuang muka. Apa anak ini tak punya etika? Enak saja mengata-ngatai dirinya begitu.

"Dasar bocah tengik,masih kecil saja pikiranmu sudah kotor begitu. Jika kau hanya ingin mengejekku,angkat bokongmu dari sini."

Chloe terkekeh, "Haha maafkan aku,tapi emang mirip sih. Aku datang kesini bukan untuk merundingmu kak."

Daeynoliya memutar matanya malas lalu kembali mengelamkan wajahnya.
Chloe terdiam sejenak,menatap lurus ke arah danau lalu berkata acuh tak acuh.

"Aku turut berduka atas kesialan yang menimpamu dan teman-temanmu itu. Walaupun kejadiannya konyol dan tak masuk akal,menurutku."

Mendengar penuturan Chloe Daeynoliya mengangkat kepalanya lalu memberi tatapan tak suka.

"Konyol? Kau menganggap nyawa itu hal konyol? Kau ini bodoh atau minta di penggal!?"

"Tidak. Memang konyol. Pantas saja para demigod masih bergosip tentang ini."

Daeynoliya mengepal tangannya. Emosinya memuncak. Gadis ini tak jauh beda dengan para babi bajingam itu. Taunya mengatai bukan merasakan.

"Hei bocah,sudah kubilang jika kau kesini hanya untuk mengataiku sebaiknya kau pergi sebelum ku botakkan kepalamu itu."

Peringatan Daeynoliya hanya dianggap angin lalu olehnya. Alih-alih merasa takut, Chloe justru tersenyum seraya mengambil batu kecil disebelahnya.

Ia lalu melempar batu itu kedanau hingga memantul beberapa kali.
"Kau sungguh tak tau mengapa aku mengatakan ini konyol? Kurasa yang bodoh disini adalah kau bukan aku."

Asu.

Daeynoliya mengangkat alisnya tanda tak mengerti.

"Anak Poseidon punya kemampuan khusus dimana mereka akan beregenerasi jika luka mereka bersentuhan dengan air. Ini teori umum dan seluruh demigod mengetahuinya. Harusnya kau mengerti mengapa aku mengatakan ini."

THE SEVEN DESTINIESWhere stories live. Discover now