"HAH..HAH..HAH!!"DRAP DRAP DRAP
Derap langkah kaki yang dipacu kencang memecah kesunyian malam. Deru nafas tak beraturan dengan erangan buas mengudara. Tiap langkahnya membuat tanah bergetar, pohon-pohon disekitarnya pun ikut tumbang namun itu tak menghentikan langkah empat demigod.
"KEMARILAH MAKANANKU, KALIAN AKAN KUJADIKAN SUP YANG LEZAT!!"
Keysha melirik horor sosok monster bermata satu dibelakangnya. Dengan membawa tongkat yang bergigi yang seolah siap menjadikannya daging geprek.
Keysha dan Solarhea mempercepat lari mereka guna memberi jarak untuk menyerang. Keysha mengeluarkan pistolnya dan hendak menarik pelatuknya.
"JANGAN! SUARA PISTOL ITU BISA NGUNDANG MONSTER LAIN!"
Mendengar peringatan si tertua, ia mengurungkan niatnya lantas kembali menyimpan pistolnya. Kini yang bisa diandalkan hanyalah anak panah dan busur milik Solarhea. Beberapa anak panah melayang dan menamcap tepat di tubuh yang monster, membuatnya mengerang kesakitan namun belum cukup untuk melumpuhkannya.
Emma dan Catharina di belakang berusaha keras mencari celah untuk menerkam si cyclop. Dan lagi-lagi, minimnya pencahayaan membuat aksi mereka tak bisa dilancarkan.
Satu-satunya yang bisa mereka lakukan hanya berlari seraya memberi jarak pada dua teman mereka dan menyerang disaat ada kesempatan.
Kejar-kejaran itu berlangsung cukup lama. Untungnya keempat demigod itu memiliki stamina yang cukup. Hasil latihan dari Sei sungguh membantu mereka disaat seperti ini.
Tak jauh dari tempat mereka, netra Keysha menangkap sebuah tempat dengan cahaya kuning yang menyinari sekelilingnya. Saking terangnya, cahaya itu bahkan menerangi jalan tempat mereka berpijak. Memanfaatkan kesempatan ini, Emma dan Catharina melompat melalui dahan pohon lalu menikam tepat di jantung si monster. Dengan panah Solarhea yang menancap dimatanya sebagai penutup.
"Huft! Kelar juga."
Cyclop itu tumbang seketika, menghasilkan getaran tanah yang cukup hebat. Keempat demigod itu memandang dengan senyum puas.
"Hah! Mati kan lo, gak pas baru dateng, gak sekarang sama sama anjing."
Solarhea menendang kaki si monster guna melepas kekesalannya. Usai dengan kegiatannya, ia mengalihkan atensinya pada tempat yang dikelilingi cahaya tadi.
"Itu tempat apa?"
"Kota penyihir, Wisthore City."
.
.
.
.
Keempat demigod itu memandang sisi kota dengan takjub. Lampu labu, lentera yang melayang diudara serta desain bangunan yang kuno. Benar-benar seperti dunia dongeng.
Tadi mereka sempat dihadang oleh dua penjaga berbadan kekar dengan topi menjulang tinggi yang menjadi ciri khas ras penyihir. Namun, Emma yang mengaku sebagai anak dari sudagar kaya yang merantau dengan ditemani ketiga pelayanannya membuat mereka lolos dengan mudahnya.
"Kok sepi ya?," tanya Keysha.
"Ya Lo mikir lah anjing ini jam berapa!" Jawab Solarhea ketus.
Catharina membuka jam saku yang Jack berikan padanya. Pukul 4 pagi!? 7 jam mereka habiskan hanya untuk keluar dari kawasan hutan? Bahkan tak terasa sama sekali.
Keempatnya berjalan-jalan sebentar guna mencari tempat untuk beristirahat. Untungnya ada sebuah kedai tua yang masih buka. Mereka bergegas kesana dan memesan makanan untuk mengisi perut yang meraung meminta diisi.
YOU ARE READING
THE SEVEN DESTINIES
Fiksi Sejarah"Untuknya yang terjebak dalam lingkaran takdir serta Kepadanya yang hilang dan melebur dalam keabadian." Start: 20-11-2023 End: - Warning ⚠️: • Random cast • Harsh words • Imagination • Non baku • Baku Tahap revisi.