Tubuh itu bergerak resah. Keringat berlomba-lomba turun dari pucuk kepalanya. Bergumam serta berteriak dengan nafas memburu."AAA!"
Solarhea terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang dengan tubuh yang gemetaran. Ia memegang dadanya, mengatur nafas lantas mengambil segelas air di nakas sebelah ranjangnya.
Ia menyeka keringatnya, menunduk sambil memijat tengkuknya. Merasakan udara yang pengap, Rhea bangkit menuju jendela kamarnya yang berhadapan dengan kabin Aphrodite. Sesaat ia terdiam, memandangi langit malam berbintang dan semilir angin malam yang menyapu anak-anak rambutnya.
Netranya lalu beralih pada kabin Aphrodite di seberangnya."....Gue harus ngasi tau kak Kaize."
•●’3)♡(ε'●•
Hari pertama 'pelatihan ekstra' mereka. Pagi-pagi buta, bahkan sebelum sang Surya bangun, keempat gadis itu sudah diseret ke hutan.
Ya. Latihan mereka dilaksanakan di hutan. Demi keamanan, kenyamanan serta kelancaran. Sesuai dengan arahan Chiron, konsep latihan mereka yakni dioper-oper. Setelah selesai dengan latihan pertama,mereka akan dilanjut ke latihan kedua dengan pelatih yang berbeda. Begitu seterusnya hingga latihan berakhir.
Rasanya dongkol jika tidur nyenyakmu diganggu makhluk menjengkelkan, melakukan peregangan serta pemanasan disaat nyawa mereka masih melayang-layang.
Latihan pertama, kebugaran fisik dengan Sei.
PLETAK!
Sei melayangkan cambuknya ke tanah. Alisnya menukik, mata menusuk dengan bibir berkerut. Ia mencengkram kuat cambuk ditangannya, memperlihatkan urat-urat menyeramkan.
"Berhentilah menguap dan bermalas-malasan, dasar kutu. Lari ke puncak bukit lalu kembali dalam waktu 30 menit."
Sei menunjuk bukit yang berada tepat dibelakangnya lalu melirik horor empat gadis didepannya.
"Ada yang keberatan..?"
Mendengar nada Sei yang lebih terdengar seperti ancaman, mata mereka melotot. Sontak keempat gadis itu menggeleng ribut.
"Copot nih kaki gue,lagian ni siluman kambing gila apa ya, kampret lah," benak Keysha.
Sei merogoh saku, mengeluarkan jam saku antik milknya lalu mengatur jarum jam. Ia mengangkat satu tangannya, mengisyaratkan agar gadis-gadis itu bersiap dan mengambil start.
"Satu... dua... MULAI!"
PLETAK
Begitu cambuk dilayangkan, keempat gadis itu memacu kaki mereka. Berlari melintasi pepohonan, tumbuhan berduri,lumpur serta batu kericil yang licin. Tak peduli dengan kaki akan terluka, asal mereka sampai tepat waktu. Jika tidak,mungkin bukan tanah yang akan dicambuk oleh Sei,tapi punggung mereka.
"AAA! CAPEKHH!"
Belum ada setengah jalan, Solarhea mengeluh kelelahan. Kaki serta dadanya sakit. Mungkin karena faktor jalan yang menanjak atau memang dia yang tak pernah olahraga. Pergerakannya pun melambat. Sesaat ia berniat untuk beristirahat sejenak sebelum dikejutkan oleh seseorang yang melompat dari dahan ke dahan pohon.
"Gaada istirahat. Lanjut!"
Keempat gadis itu menoleh sembari tetap berlari, mendapati sosok Neo yang mengimbangi kecepatan mereka dengan melompat dari dahan-dahan pohon. Solarhea mempoutkan bibirnya. Gagal sudah niatnya untuk berehat. Ia yakin si anak Ares satu ini ditugaskan untuk mengawasi mereka.
YOU ARE READING
THE SEVEN DESTINIES
Historical Fiction"Untuknya yang terjebak dalam lingkaran takdir serta Kepadanya yang hilang dan melebur dalam keabadian." Start: 20-11-2023 End: - Warning ⚠️: • Random cast • Harsh words • Imagination • Non baku • Baku Tahap revisi.