Tepatnya dihari Jum'at saat pulang cepat tiba-tiba hujan turun dengan deras.
Beberapa murid nekat untuk pulang sementara aku dan Karin masih di dalam kelas.
"Ini gimana cara pulang bjirr" ucap Karin melihat keluar kelas.
"Kok tanya saya" ujarku.
Kami menunggu hujan reda. Namun, bukan nya reda hujan semakin deras.
"Kalau gini terus gk bisa pulang nih, nunggu depan aja yok" ujar Karin memberi saran.
Kami memutuskan untuk keluar dan menunggu di halte bis. Aku berjalan bersama karin tetapi ternyata dia telah di jemput oleh ayahnya.
Jadi aku sendiri ke halte bis, karena hujan yang cukup deras membuat baju ku hampir setengah basah. Aku memeluk kedua tangan ku mencoba membuat hangat diri ku sendiri.
Tak lama ada suara yang memanggil ku dan bang very baru saja keluar dari gerbang.
"Kenapa nunggu di sini" tanya bang very.
"Tadi kirain sepi"
Angin yang berhembus membuat ku semakin menggigil dan kedinginan.
"Dalam aja nunggu nya" ajak bang Very.
Namun, aku masih diam melihat baju ku yang hampir basah jika kami kembali masuk itu akan membuat baju ku basah semua.
Aku terus memeluk kedua tangan ku karena dingin. Bang very yang tadinya berada di sampingku kini dia berdiri di depan ku.
"Chloe gak bawa jaket?" Tanya nya.
"Engga bang, kirain kan bakal panas tadi" ucap ku.
Bang very membuka tas nya dan mengeluarkan jaket dari dalam tas nya. Lalu memakainya kepada ku.
"Biar gak dingin banget" ucapnya.
Aku masih diam merasa sangat dingin dan hujan tidak henti-henti. Bang very menarik tangan ku mendekat kearah nya.
Kini kami benar-benar tidak ada jarak sama sekali, sangat sangat dekat. Tiba-tiba bang very menarik tangan ku ke atas bahu nya secara tiba-tiba.
Spontan aku bisa merasakan bajunya yang basah karena air hujan. Namun, kenapa dia tidak merasa kedinginan.
Tetapi lama-kelamaan terlihat bibir nya yang mulai pucat karena dingin. Aku tidak tau harus bagaimana jika jaket nya ku kenakan.
Meskipun ramai anak sekolah dari sekolah lain yang berada di halte bis, aku nekat memeluk bahunya berharap itu bisa membantu nya lebih hangat.
"Dingin banget ya bang?" Tanya ku kepada nya.
"Engga kok" ucap nya.
Aku melihat dia mengelus-elus kedua tangan nya. Seperti dia benar-benar kedinginan namun, dia tidak menunjukkan nya kepada ku.
Karena kami berada di sudut sebalah kiri halte, aku sama sekali tidak melirik ke arah berlawanan karena ku tahu pasti akan banyak yang melihat ke arah kami.
Saat aku sedang melihat apakah ada bis yang datang ke arah kami, bang very minat ke arah berlawanan tempat kami berdiri spontan aku menarik wajahnya agar tidak melihat kesana.
Karena dia hanya akan mendengar gosip an yang sedang di bicarakan.
"Jangan ngeliat ke sana bang" ucap ku.
"Kenapa?"
"Gpp kok"
Aku cukup penasaran apakah tangan bang very benar-benar sedingin itu hingga dia berkali-kali mengelus tangan nya.
Saat tangan nya berada hampir dekat dengan wajahnya, aku bisa menggapainya tanpa lengan ku turun dari bahu nya.
Tangannya benar-benar sangat dingin. Aku mengusap-usap tangannya, karena tangan nya sangat dingin.
Tak lama bis kami datang dan kami segera masuk ke dalam bis, karena akan tiba-tiba ramai jika kami tak bergegas.
Aku masih diam belum bergerak. Namun, bang very langsung menarik tangan ku masuk kedalam bis.
Sebelum masuk kedalam bis, ia melirik ke arah sekumpulan orang yang masih di halte bis.
Aku tak tau apakah bang very mendengar atau tidak ucap mereka. Namun, dari wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi apapun selain kedinginan.
Mungkin itu yang sangat dia rasakan di banding ucapan para netizen.
Sampainya di rumah, aku langsung ke kamar ku tidur di kasurnya. Sungguh dari yang melelahkan meskipun hal baik tak alam terjadi.
Memikirkan kembali hal yang terjadi tadi membuat ku tersenyum-senyum sendiri di kasurku.
[Bab emang pendek]
Jangan lupa vote nya.
Tandai typo!"Di saat ku ingin berpisah sesuai keinginan ku. Namun, syang yang terjadi perpisahan dengan lirik kan mata terakhir dan dengan pertanyaan tanpa Jawaban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Very Subrata [End]
Roman pour AdolescentsPada akhirnya aku yang harus pergi tanpa kesan dan pesan yang akan ku tinggalkan, setidaknya dengan ini dia belajar untuk melihat siapa yang selalu ada dan siapa yang benar-benar mencintainya dan memperjuangkan dalam hal apapun. "Aku yakin kita kan...