Anemones (6)

1.6K 153 10
                                    


Pagi ini operasi Naka sudah berjalan, di depan ruang operasi sudah ada semua anggota keluarga ditambah dengan Denis dan juga Ani-ibu Yuna- yang baru saja datang tadi subuh dari Yogyakarta. Sebenarnya Agung dan Yuna sudah dibertahu oleh Alan jika operasi yang di lakukan oleh Naka tidak terlalu beresiko namun tetap saja hati orang tua mana yang tidak khawatir jika salah satu anaknya sedang berada di ruang operasi.

Yuna menggenggam tangan Mahda, anak pertamanya yang tengah duduk di sampingnya. lalu anaknya yang lain lebih memilih untuk berpencar dan duduk yang jaraknya tidak jauh dari jangkauan mereka.

Selama kurang lebih satu jam, akhirnya proses pemasangan ring pada jantung Naka sudah selesai. Alan memberitahukan jika keadaan Naka saat ini sudah cukup stabil dan akan sadar dalam beberapa waktu. semua anggota keluarganya merasa lega sekaligus senang karena prosesnya cukup cepat dan yang paling utama adalah keadaan Naka yang baik-baik saja.

Alan belum pergi dari hadapan keluarga Agung dan Yuna. "Gung, bisa ikut saya sebentar?"

Agung yang merasa ada hal yang akan dibicarakan oleh Alan mengangguk dan mengikuti Alan yang mengajaknya ke ruangan pribadinya. Yuna turut mengikuti langkah kaki Alan dan Agung. Sebagai seorang ibu Yuna harus tahu apa yang terjadi dengan anaknya, dirinya berhak tahu apa yang terjadi dengan Naka.

"Silahkan duduk." Alan mempersilahkan keduanya untuk duduk di kursi yang telah disediakan, selagi dirinya mencuci tangan dan juga melepaskan peralatan yang ia gunakan sehabis mengoperasi Naka.

"Keadaan Naka baik-baik aja kan?"

Alan tersenyumk ke arah Yuna dan Agung ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari dalam mulut Yuna, dirinya paham bagaimana khawatirnya Yuna dan Agung dengan keadaan Naka. Dirinya bukanlah dokter baru yang menangani Naka, dirinya sudah menjadi dokter pribadi keluarga Agung sejak pertama kali Naka di vonis penyakit itu.

"Saya sudah pernah memberitahu kalian bukan, jika pemasangan ring ini bukan membuat Naka menjadi sembuh total. pemasangan ring ini bertujuan untuk menutup penyumbatan yang ada pada jantungnya. dengan kata lain Naka tidak bisa sembuh total, ini adalah pemasangan ring yang pertama kali Naka lakukan, dahulu saya juga pernah menyarankannya, tapi sebuah keajaiban saat itu keadaan Naka membaik dan beberapa waktu lalu keadaannya mengalami penurunan, maka dari itu saya menyarankan pemasangan ring lagi untuk Naka dan kalian menyetujuinya dan perlu kalian tahu, jika dari pemasangan ring ini terdapat efek samping dan saya juga sudah menjelaskan efek sampingnya itu sendiri. Dengan pemasangan ring ini bertujuan hanya untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan juga sesak yang Naka alami."

Agung mengangguk, dirinya sangat paham dan dirinya bahkan tidak tidur setelah Alan memberitahukan tentang pemasangan ring untuk Naka,  dirinya bertanya kepada beberapa kerabatnya yang cukup banyak bergelut pada bidang kedokteran, bagaimana efek samping dari pemasangan ring ini dan ternyata hal itu membantu Agung untuk tahu bagaimana kedepannya yang akan Naka jalani.

"Saya paham dok, tapi Naka bisa bertahan cukup lama bukan? dengan pemasangan ring ini?" Ini sungguhlah pertanyaan yang cukup bodoh untuk Agung tanyakan. dirinya panik mengingat bagaimana dan apa saja efek samping nanti yang akan Naka alami.

"Agung, maaf sebelumnya. saya bukanlah Tuhan yang bisa menentukan berapa lama Naka hidup, semua kehidupan manusia ada pada Tuhan. hidup dan mati seseorang sudah ditentukan oleh Tuhan. namun saya hanya dapat membantu dan berusaha untuk mengobati Naka. Naka sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, jadi kalian berdua tidak usah khawatir. saya pasti akan merawat dan memberikan pengobatan terbaik untuk Naka."

Agung dan Yuna menghabiskan waktu cukup lama diruang pribadi Alan. sedangkan keenam saudara Naka kini sudah berkumpul di ruang rawat Naka, beberapa waktu lalu Naka dipindahkan ke ruang rawat. Mahda, Haran dan Jean duduk di samping ranjang Naka, sedangkan Juan, Leon dan Renja ketiganya memilih untuk duduk di sofa yang berada tidak jauh dari ranjang Naka lalu Denis dan Ani memilih untuk pergi ke kantin membeli makanan untuk cucu-cucu mereka.

"Ren, lo tahu kan tentang pemasangan ring di jantung Naka?" Tanya Haran kepada Renja yang tengah menyandarkan tubuhnya di baju Leon.

"Gue sempet baca-baca dan gue cukup paham."

"Dia enggak sepenuhnya sembuh kan?"

Renja tidak mampu menjawab perkataan Haran, dirinya juga masih ingin menyangkal jika proses pemasangan ring pada jantung Naka bukan untuk menyembuhkan adiknya, melainkan hanya untuk mengobati dan membuat Naka tidak merasa sesak untuk beberapa waktu. dari hasil pencarian yang Renja lakukan beberapa waktu lalu, jika pemasangan ring ini dapat bertahan seumur hidup jika jantung tersebut tidak terjadi komplikasi. namun Renja berharap Naka akan sehat kembali, meski dirinya tahu itu kemungkinan yang sangat kecil terjadi.

Leon yang sedari tadi hanya mendengarkan merasa sedih, kakaknya itu sudah melalui banyak hal. pengobatan sudah kakaknya lakukan sejak lama dan dari proses operasi kali ini kakaknya bahkan tidak dapat sembuh sepenuhnya. "Jadi maksud bang Haran, kak Naka enggak bisa sembuh gitu?"

Haran mengangguk. "Kalo boleh jujur gue enggak mau Naka di operasi pemasangan ring ini, karena yang dari gue baca efeknya buat gue takut. gue gak mau Naka ngerasa sakit lagi, gue pengen dia sembuh."

Mahda yang duduk disampingnya hanya mampu mengusap punggung tangan Haran yang terkepal, dirinya tahu jika Haran tengah menahan rasa kesalnya. "Doain Naka Har, jangan kayak gini."

"Bang. gue kasihan, gue aja yang lihat Naka setiap hari harus ngerasa sakit di jantungnya buat gue sakit. apalagi Naka yang ngalaminnya, gue enggak mau adik gue kenapa-kenapa bang. gue pengen lihat Naka bisa bebas, enggak di larang ini-itu. gue rela kalo harus gantiin sakitnya Naka bang.." Haran menangis.

Kedua mata Mahda berkaca-kaca. "Kita keluar sebentar ya? kita ngobrol berdua ya. jangan disini, gue tahu lo lagi pusing, pikiran lo lagi berantakan. kita ngobrol berdua."

Setelah itu Mahda mengajak Haran untuk keluar dari dalam ruangan dan berbicara empat mata bersama adiknya itu.

Mahda memeluk Haran dengan erat sambil sesekali mengusap punggung adiknya yang bergetar. "Kita cuma bantu doain Naka, Har.."

Haran menggeleng. "Bang, Naka terus kesakitan selama hidupnya. apa gue harus diem aja? disaat seharusnya dia bisa main sama gue, Leon, Juan, Jean, Renja dan abang. seharusnya dia bisa main basket bareng Leon. banyak yang Naka pendem selama ini, cuma dia sadar diri kalo dia ngeluh pun enggak akan bisa ngubah keadaannya. gue sebagai abang ngerasa enggak berguna buat Naka.."

"Gue paham Har, gue juga enggak mau lihat Naka terus kesakitan. bukan cuma lo aja, kita semua. kita semua pengen Naka ngerasain bebas, lari-larian main sama temen sebayanya bahkan untuk sekolah umum pun dia baru ngerasain di kelas sebelas ini Har. kita memang enggak bisa bantu banyak. tapi setidaknya kita ada buat dia, disaat dia terpuruk atau kesakitan. kita usahain Naka dapet kebahagiaan itu, jangan biarain Naka sendiri."

Haran mengangguk. "Gue enggak mau ditinggal Naka.."

"Enggak ada yang akan ninggalin kita, gue enggak akan ngebiarin siapapun ngambil orang tersayang dari kehidupan kita. kita berusaha buat kasih semangat ke Naka."










15 April 2024

Anemones ; NCT DREAM [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang