Hubungan Naka dengan adik bungsunya dapat dikatakan tidak pernah ada kata pertengkaran atau perselisihan kecil, Juan selalu menjadi adik yang sangat penurut kepada Naka dan hal itu membuat Naka merasa sangat senang.
Saat Naka kesulitan dalam melakukan apapun pasti akan ada Juan disana, adiknya. bahkan saat dirinya di rumah sakit beberapa hari ini, Juan selalu ada disana, kedua mata adiknya itu terlihat sembab tapi hal itu membuat Naka terkekeh karena wajah adiknya itu menjadi terlihat sangat lucu. Kini keduanya tengah menghabiskan waktu sorenya dengan menonton tayangan kartun kesukaan Juan tentang luar angkasa, entah kenapa adiknya yang satu itu sangat menyukai yang berbau dengan luar angkasa. bahkan Mahada dan juga Renja akan dibuat pusing dengan pertanyaan random adiknya dan harus berakhir Juan ngambek dan mengadu kepadanya. tapi disaat Naka tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang Juan berikan, anak itu bahkan tidak marah hanya mengangguk dan melupakan pertanyaan randomnya dan karena hal itu tentu saja membuat kakak-kakaknya yang lain merasa tidak adil, tapi Juan tidak menganggap semuanya dengan serius, malah anak itu selalu mengejek kakak-kakaknya yang lain jika dirinya tengah bersama Naka.
Sejak dulu Juan adalah orang yang sangat penakut dengan apapun, serangga dan juga hantu apalagi. Namun Juan tidak seberuntung bungsu lainnya, anak itu selalu dijahili oleh Haran dan berakhir menangis mengadu kepada Naka, Mahada atau kedua orang tuanya. Bahkan setelah terus menerus diganggu oleh kakaknya yang sangat jahil itu. Juan memilih untuk terus tidur bersama dengan Naka dan hal itu membuat Haran tantrum luar biasa dan setiap malam jadilah Naka yang menjadi korban dari keduanya.
Dan Juan merasakan, padahal sebelum kakaknya harus mendekam di rumah sakit selama satu bulan ini, Juan selalu tidur bersama kakaknya meski tidak setiap hari tapi dalam seminggu Juan tidur mungkin dua sampai tiga kali bersama Naka. tapi sekarang kakaknya itu harus bertarung dengan rasa sakit yang menggerogoti tubuh kakaknya, dada kakaknya yang selalu menjadi perhatiannya selama ini, melihat apakah dada kakaknya itu akan terus bergerak atau tidak. hal itu yang membuat Juan merasa sangat ketakutan. Sekarang semakin dirinya dewasa dan mengerti apa yang tengah dialami oleh Naka membuat dirinya semakin takut akan ditinggalkan oleh kakaknya dan dalam beberapa hari terakhir Juan sudah menangis entah berapa lama dan berapa kali. maka dari itu bundanya tidak pernah meninggalkan Juan sendiri, karena anak itu akan tiba-tiba menangis ketika dirinya mengingat keadaan Naka.
Tapi hari ini Juan memberanikan diri untuk menemani kakaknya sendiri, tanpa rasa takut apapun. karena kini Naka tengah setengah berbaring sembari menonton tayangan, tapi dimata Juan kakaknya itu tidak tengah menikmati tayangannya, melainkan Juan lihat kakaknya tengah berusaha untuk mengatur nafasnya yang terdengar bersuara dan juga berat itu.
Juan duduk disamping kakaknya, mengambil tangan kakaknya dan menggenggamnya dengan erat tanpa memperdulikan seorang suster disana yang tengah membantu kakaknya untuk bernafas, memberikan intruksi cara bernafas kepada Naka. Naka yang merasa tangannya tengah digenggam itu langsung tersenyum ketika melihat adiknya berada di sampingnya.
"Kakak dengerin apa yang dibilang sama susternya ya? kakak pasti bisa, ada aku disini. ada Juan disini."
Naka terus berusaha mengatur nafasnya yang terasa sangat sulit, dirinya bahkan merasa jika udara disekitarnya semakin menipis, padahal pada kenyataannya Naka sudah dibantu dengan alat pernafasan yang cukup dan juga kadar oksigen yang diberikan pun sudah tinggi. Namun Naka masih saja kesulitan untuk bernafas, Juan merasakan jika genggaman tangan kakaknya itu semakin menguat. tapi Juan tidak memperdulikan rasa sakitnya, karena dirinya yakin jika kakaknya itu merasakan hal yang lebih dari tangannya ini.
"Kakak pasti bisa, kan kakaknya Juan hebat banget. pelan-pelan aja, Juan enggak akan kemana-mana, Juan disini nemenin kakak bernafas. pelan-pelan aja ya?"
Naka meneteskan air matanya.
Juan yang melihat kakaknya menangis itu tertegun, dirinya juga merasakan rasa sedih dan juga sakit yang dirasakan oleh kakaknya. "Jangan nangis, sakit ya kak dadanya? ditahan ya kak, lawan sakitnya."
Suster yang berada di samping Naka pun ikut mengusap air mata adiknya dan menatap sendu Naka. Suster tersebut bernama Irma. Suster yang sudah sangat lama ikut menangani Naka dalam keadaannya yang kurang baik. "Naka pasti bisa ya, pelan-pelan. tarik nafasnya pelan-pelan, terus keluarin pelan-pelan. terus ulang kayak gitu ya? sampai dada kamu enak ya? ada suster disini, ada Juan juga ya? jangan cepet-cepet."
"Sa..sa..kit.."
Juan menganggukkan kepalanya dan dirinya menyerah, menangis melihat keadaan kakaknya adalah hal yang sudah biasa seharusnya tapi Juan tidak pernah terbiasa dengan keadaan kakaknya. "Kakak.."
"Sus..sah.."
Suster yang berada disampingnya itu menganggukkan kepalanya. "Sakit sama susah ya? kita berusaha ya? ikutin nafas suster ya? kamu kan ini lagi belajar lagi ya jantung kamu masih harus perlu di latih ya? nafas kamu pendek-pendek, pelan-pelan aja ya?"
Juan terus menundukkan kepalanya, menahan isakan yang akan keluar dari dalam mulutnya. menggigit bibirnya dengan erat tidak perduli jika bibirnya akan terluka.
Selama setengah jam Naka terus bergelut dengan rasa sakit, panas dan juga sesak yang dirasakannya, setelah melalui itu Naka berhasil melawan rasa sakitnya. nafas kakaknya itu sudah terlihat lebih tenang namun jangan lupakan selang yang sekarang terpasang dan masuk ke dalam mulut kakaknya membuat hati Juan sakit.
Suster Irma yang melihat Juan masih menangis, ikut mengusap pelan punggung anak itu. "Kakak kamu hebat, udah jangan nangis lagi ya? kakak kamu udah bisa bernafas lagi kayak biasa, tenang ya? jangan nangis terus. kita doakan kakak kamu ya?"
Juan menganggukkan kepalanya tapi dirinya masih saja menangis, seharusnya sudah berhenti tapi Juan tidak bisa entah mengapa hatinya selalu sakit ketika melihat kakaknya yang satu ini harus terbaring lemah dengan berbagai macam selang yang ditempelkan atau dimasukan kedalam tubuhnya.
Naka sebenarnya hanya memejamkan kedua matanya, tubuhnya sungguh sangatlah remuk bagaikan kepingan vas yang sudah hancur dan dipaksakan untuk menempel dan menjadi vas yang utuh lagi.
"Udah ya jangan nangis, tuh lihat kakak kamu bangun. tapi dia belum bisa bicara."
Juan mengusap air matanya dan tersenyum ke arah Naka yang menatapnya dengan kedua matanya yang sangat sayu.
"Kakak hebat banget.."
Naka terus tersenyum, namun mungkin karena efek obat dan juga tubuhnya yang terlalu lelah, kini rasa kantuk mulai ia rasakan dan kedua mata itu memejam tanpa mengucapkan apapun kepada Juan.
"Kakak hebat, udah bisa lawan sakitnya lagi. kakak harus terus kayak gini ya? jadi kakak yang hebat untuk Juan, Juan bangga banget bisa punya kakak kayak kakak Naka. nanti kalo kakak udah sembuh Juan bakalan nurutin apa yang kakak mau, kalo kakak mau aku gendong sampai kamar setiap malam aku mau. Juan mau terus gendong kakak, aku mau terus jadi adiknya kak Naka selamanya. meski nanti kalo aku harus dilahirin lagi aku tetep mau jadi adiknya kakak. karena kakak adalah kakak yang sempurna untuk Juan. Kakak bertahan ya? Juan terus temenin disini, banyak yang pengen kakak sembuh termasuk Juan salah satunya. Nanti Juan kasih kakak hadiah yang kakak pengen waktu itu, kakak pengen jam tangan yang punya Juan yang dikasih sama kakek kan? nanti Juan beli yang baru untuk kakak. jadi kakak harus sembuh dulu ya? Juan sayang kakak, Kakak kan udah kasih hadiah untuk Juan, nanti giliran Juan yang kasih hadiah buat kakak ya?"
11 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemones ; NCT DREAM [✔️]
FanfictionRumah itu tempat kita pulang bukan? Start : 13 April 2024 End : 15 September 2024