Anemones (20)

1K 133 7
                                    


Keesokan harinya ke enam anak Agung dan Yuna langsung datang ke rumah sakit untuk bertemu dengan Naka. beberapa dari mereka protes kepada Agung yang memberi kabarnya sangat telat, bagaimana tidak Agung memberitahu anak-anaknya itu tepat pada pukul sepuluh pagi dan pada jam itu beberapa anaknya tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. mungkin hanya Mahda dan juga Renja yang dapat datang ke rumah sakit langsung ketika Agung memberitahu jika Naka sudah bangun, lalu sisanya seperti Haran dan Jean kebetulan memiliki kelas pukul sepuluh pagi itu menggerutu selama kelasnya, lalu ada dua bungsu yang harus mengikuti jam pembelajaran sampai sore hari.

Dan kini hanya Mahda dan Renja yang datang langsung ke rumah sakit untuk datang melihat keadaan Naka.

"Hai abang?" Sapa Naka kepada kakak pertamanya yang tiba terlebih dahulu.

Mahda yang melihat Naka sudah dapat duduk meski sambil bersandar pada ranjangnya itu langsung berjalan dan memeluk tubuh kurus Naka. "Naka..Naka..adik abang.." Cukup lama mereka berdua berpelukan hingga akhirnya Naka sendiri yang melepaskan pelukan kakak pertamanya itu.

"Abang...aku kangen banget sama abang.." Naka menatap wajah kakak pertamanya dan tersenyum. Mahda tidak peduli dengan Naka yang berusaha untuk melepaskan pelukannya itu, dirinya memeluk kembali Naka dengan cukup erat sambil sesekali menciumi puncak kepala adiknya itu. "Abang juga kangen Naka..makasih ya kamu udah mau bangun.."

Dapat Mahda rasakan Naka mengangguk dalam pelukannya. "Abang kemana yang lain?"

Mahda melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya kasar. "Ihh abang cengeng banget, jangan nangis bang.."

Mahda terkekeh kecil lalu mencium kedua pipi tirus adiknya itu. "Abang bahagia banget kamu udah bangun, abang kangen banget lihat senyum kamu, abang kangen lihat kedua mata bulat kamu, abang kangen semuanya tentang kamu.."

Naka terkekeh. "Bunda, kenapa bang Mahda jadi alay kayak gini?"

Yuna terkekeh ketika mendengar perkataan anaknya yang mungkin terkejut dengan tutur kata kakak pertamanya itu.

"Abang aneh, bahasanya kayak ke perempuan. abang kalo mau ngomong lembut gitu ke pacar abang aja jangan ke aku."

Mahda mendengus dan mencubit pelan pipi adiknya. sementara itu Yuna tidak ikut menjawab, karena dirinya paham apa yang dirasakan Mahda beberapa hari terakhir, anak pertamanya itu terlalu ketakutan dengan keadaan Naka, karena Mahda sempat bercerita jika anaknya bermimpi melihat Naka di sebuah taman bunga yang cantik dan Naka disana terlihat bahagia, maka dari itu Mahda selalu ketakutan jika Naka tidak akan terbangun dari tidur panjangnya.

"Pokoknya abang bahagia banget bisa lihat kamu buka mata kayak sekarang."

Tidak lama kemudian Renja datang bersama dengan Haran yang mungkin anak itu membolos dari kelasnya. 

"NAKA!.." Haran berlari ke arah Naka dan memeluk erat sekali tubuh kurus Naka, tidak lama kemudian mereka mendengar suara isakan dan tentu saja Haran yang menangis. Naka bahkan hanya mengusap pelan punggung Haran dengan pelan sambil menenangkannya.

Renja ikut memeluk Naka dan mengecup pelan puncak kepala adiknya itu. "Adik mas udah bangun ya? seneng banget mas lihat kamu udah bangun kayak gini, jangan tidur lama-lama lagi ya?" Ucap Renja dengan lembut dan tersenyum ke arah Naka.

Naka mengangguk. "Iya mas, maaf udah buat mas sama yang lain khawatir ya?"

Renja menggelengkan kepalanya. "Enggak usah dipikirin, yang penting kamu enggak buat kita khawatir lagi ya? makasih banget kamu udah bangun.."

Naka menganggukkan kepalanya dan kembali menenangkan Haran yang masih terisak. "Lo jahat banget sih Na.."

Naka menyeritkan keningnya. "Jahat gimana? ini gue udah bangun."

Anemones ; NCT DREAM [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang