Anemones (7)

1.4K 137 1
                                    


Kedua mata yang sudah terpejam selama dua hari lamanya itu akhirnya terbuka, tatapan mata yang selalu dirindukan oleh semua anggota keluarganya itu membuat semuanya tersenyum bahagia dan membuat mereka bernafas lega.

"B..bunda?"

Yuna yang sedari tadi duduk di samping ranjang Naka tersenyum dan mengusap pelan tangan Naka yang sedari ia genggam agar Naka merasakan kehadirannya. "Kenapa sayang? bunda disini."

Naka tidak menjawab perkataan bundanya, dirinya memilih untuk menutup matanya kembali, rasa kantuk yang hadir membuatnya memilih untuk kembali menjelajahi alam mimpinya.

Yuna mengusap terus tangan anaknya yang terbebas dari infus, mengusapnya dengan pelan sambil sesekali mengusap pipi tirus putra nya yang masih betah memejamkan kedua matanya.

Sementara itu Mahda dan Renja kini tengah duduk dikantin rumah sakit, perut mereka berbunyi dan memilih untuk mengisi perut mereka sekaligus membelikan makanan untuk orang tua serta adik mereka yang lain. Sebelumnya Mahda bahkan tidak bisa makan jika tidak dipaksa oleh Agung, dirinya terlalu takut, disaat dirinya tengah memakan makanan dirinya mendapatkan kabar yang tidak baik dari keadaan Naka. namun hari ini dirinya akhirnya bisa menelan makanan karena adiknya telah membuka kedua matanya, meski kata dokter keadaannya sudah stabil dan masih perlu beristirahat.

"Bang.."

Mahda yang tengah memakan makanannya kini menghadap Renja yang duduk disebrangnya. menjawab panggilan adik pertamanya dengan gumaman.

"Kalo gue pindah jurusan kuliah gimana bang?"

Mahda menyeritkan dahinya. "Maksudnya?"

"Iya, maksud gue. gue kayaknya lebih baik pindah ke kedokteran bang terus nanti gue ambil specialis aja."

Mahda menyimpan sendok dan garpunya lalu kini perhatiannya fokus kepada adik pertamanya. "Ren, dengerin gue. gue tahu lo mau pindah jurusan karena Naka kan? Ren, lo udah jauh, lo gak boleh ngambil jurusan atau bahkan pindah jurusan karena bukan kemauan lo. gue gak mau lo ngelakuin ini semua karena terpaksa. lo udah bagus milih jurusan sesuai kemampuan lo, bukan gue enggak percaya sama kemampuan lo, gue percaya lo bisa lanjutin dan gue yakin lo pasti bisa masuk ke kedokteran. tapi gue enggak mau lo ngerjain semuanya dengan terpaksa. gue memang mau Naka sembuh, tapi Ren lo enggak usah ngelakuin ini ya? gue enggak akan pernah ijinin lo buat pindah jurusan. kejar impian lo."

"Bang gue pengen pindah jurusan bukan karena terpaksa. lo bener alasan gue pindah jurusan karena Naka. gue enggak bisa bang lihat Naka selalu kesakitan gini, gue enggak bisa bang. gue pengen lebih tahu penyakit Naka, gue pengen bisa ngebantuin Naka waktu dia kesakitan."

"Ren, ngambil jurusan kedokteran itu susah dan lama. gue mau bilang makasih banget lo mau sampai relain mimpi lo jadi designer, tapi tetep gue enggak ijinin lo buat pindah jurusan. urusan Naka, nanti kita bisa belajar ke yang ahlinya buat nanganin Naka, buat bantu Naka disaat cuma ada kita. nanti kita belajar bareng tentang penyakit Naka. Sejauh ini lo yang paling paham sama keadaan Naka. bahkan lo yang pertama kali buat larang Naka lakuin operasi kan? dengan lo larang, berarti lo tahu apa efeknya. lo diem-diem udah belajar tentah penyakit Naka. lo enggak usah jadi pindah jurusan dan relain mimpi lo, gak usah. jangan ya?"

Renja terdiam,  dirinya memanglah bercita-cita ingin menjadi seorang designer karena sejak dahulu dirinya lah yang paling berminat dalam bidang seni lukis atau menggambar. tidak seperti saudaranya yang lain, ya meski Jean juga punya seni dalam menggambar sesuatu tetapi adiknya yang satu itu tidaklah serius dengan kemampuannya. Yuna dan Agung menguliahkan Renja sesuai dengan keinginan anak mereka. tidak ada paksaan, sebenarnya bukan kepada Renja saja, sepasang suami istri itu sepakat untuk tidak memaksakan kehendak dan keinginan mereka kepada anak-anak, biarlah anak-anak mereka memilih cita-cita mereka selagi itu baik dan masih dapat mereka berdua pahami.

"Sekarang habisin makanan lo, udah ini kita ke ruang rawat Naka lagi." Kata Mahda yang melanjutkan makannya.

Sedangkan itu Jean, Juan, Haran dan Leon tengah berdiam diri di ruang rawat Naka bersama dengan nenek dan kakek mereka. Yuna dan Agung meminta ijin untuk pergi keluar karena ada hal yang harus diselesaikan dan mereka berjanji tidak akan lama.

Haran dan Jean memilih untuk duduk dilantai yang dialasi oleh karpet bulu sedangkan dua bungsu keluarga Agung memilih untuk duduk disofa, mereka berempat fokus dengan ponsel masing-masing. karena keadaan Naka semakin membaik hal itu membuat mereka tenang sekaligus merasa lega. Jadi mereka dapat dengan tenang dan santai tidak perlu khawatir dengan keadaan Naka.

"Anjing Jean bantuin gue, Le lo jangan tinggalin gue anjir." Seru Haran yang tengah bermain bersama dengan ketiga saudaranya. sedangkah itu nama yang sedari dipanggil oleh Haran hanya terkekeh, mentertawakan kepanikan Haran yang tengah kalah dalam permainan mereka. "Ah anjing. jadi aja mati gue."

Jean menepuk bahu Haran dengan tatapan mengejek dan karena hal itu Haran menepuk kepala Jean, biarlah dirinya dianggap tidak sopan kepada kakaknya itu tapi dirinya kesal. "Lo Juan, awas aja kalo lo minta stock mie lagi di gue, enggak akan gue kasih. Ngetawain guenya puas banget ya lo."

Gerutuan itu terus memenuhi ruang rawat Naka. setidaknya suasananya tidak se abu-abu kemarin. hari ini setidaknya ada warna yang memenuhi ruangan itu.

"Biarin gue masih bisa minta ke bang Jean sama Leon."

"Idih,  emang mereka mau kasih lo stock mie? enggak akan, lo kan tahu mereka pelitnya ngalahin nenek medit."

Ani yang sedari mendengarkan pertengkaran kecil ke empat cucunya hanya terkekeh, namun salah satu tangannya tidak berhenti mengusap pelan kepala cucunya yang masih memejamkan kedua matanya. "Udah kalian jangan berantem terus."

"Mereka bertiga nek, diawal aja bilang mau satu team sama aku, tapi pas giliran aku kesusahan mereka ninggalin aku."

Jean melemparkan bantal sofa ke arah Haran yang kini sudah berdiri dekat dengan neneknya. "Lo drama banget sih Har, lebay banget lo."

"Nyenyenyenye.."

"Untung aja bang Naka masih tidur, coba kalo bangun lo pasti bibir lo udah ditarik bang Naka." Kata Juan.

"Biarin gue drama biar Naka narik bibir gue, udah lama nih bibir gue enggak ditarik sama dia. udah lama juga dia enggak ngambek sama gue, biasanya gue buat dia ngambek tiap hari tapi sekarang gue kangen dia. Na bangun dong, belain gue di depan sodara lo yang enggak punya akhlak ini."

"Bang Naka enggak akan belain lo, emang lo pernah dibelin bang Naka waktu sama kita? enggak kan? bang Naka enggak mau belain sodara lebay penuh drama kayak lo."

Haran mendelik,dirinya sama sekali tidak sakit hati dengan perkataan saudaranya. karena ini sudah menjadi kebiasaan mereka, inilah cara mereka untuk menunjukan kedekatan mereka bertujuh. bahkan dahulu Renja sempat membuat perjanjian dengan saudara-saudaranya.

'Kalo ada yang pergi duluan atau ninggalin kita tanpa pamit gue bakal potong jari kelingkingnya.'

memang sedikit menyeramkan, tapi itulah Renja. putra kedua Agung dan Yuna yang memiliki kesabaran setipis tissue dibagi dua belas-jika bisa-.










17 April 2024

Anemones ; NCT DREAM [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang