Anemones (33)

723 92 3
                                    


Sepulan dari pantai keadaan Naka benar-benar drop. Semua anggota keluarga pada awalnya tidak ingin membawa Naka kembali ke rumah sakit seperti permintaan Naka, namun keadaan Naka tidak memungkinkan untuk berdiam diri di rumah saja, karena saat perjalanan pulang Naka mengeluhkan sesak nafas dan sakit pada dadanya, saat diperjalanan Naka terus merintih kesakitan. Yuna dan juga Agung sebenarnya panik karena keadaan Naka yang perlahan-lahan hilang kesadaran, sesampainya di rumah sakit Naka langsung dibawa keruang rawatnya yang sudah seperti kamar pribadi Naka selama dua bulan dirumah sakit. Alan memeriksa keadaan Naka, saat tengah diperiksa Naka sempat membuka matanya sedikit dan mencoba memberitahu Alan jika anak itu ingin bertemu dengan kedua orang tuanya, jadi Alan memilih untuk memanggil Yuna dan Agung, sebenarnya dirinya juga takut akan keadaannya yang sulit untuk ditangani, tubuh anak itu sempat beberapa kali kejang dan henti jantung untuk beberapa detik, namun sepertinya Naka tidak akan pergi sebelum berpamitan dengan baik kepada kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya.

Yuna dan Agung masuk kedalam ruang rawat Naka, Yuna sudah menahan tangisnya sedari tadi melihat keadaan anaknya yang seperti ini bukan untuk yang pertama kalinya, tapi jauh didalam hatinya dirinya sakit sekaligus sedih melihat anaknya yang membuka matanya, namun dalam penglihatan Yuna, anaknya itu sudah terlihat sangat lelah.

Yuna berdiri disamping ranjang anaknya yang mengusap pelan kepala anaknya, terus memperhatikan wajah pucat anaknya dengan seksama. mengingat terus bagaimana fitur tampan wajah anaknya itu, meski saat ini wajah anaknya sudah sangat pucat dan juga hidung dan mulut itu sudah terhalang oleh masker oksigen untuk membantu anaknya bernafas.

"Naka, anak bunda? denger bunda sayang? bunda sama ayah disini.."

Naka mencoba untuk menatap wajah bundanya, tapi tidak bisa. penglihatannya kali ini sangat buram, dan jangan lupakan Naka terus merintih karena rasa tidak nyaman pada dada serta tubuhnya.

"Gak apa-apa, Naka enggak usah maksain untuk lihat bunda dan ayah. gak enak ya badannya?" Kali ini Agung yang mengajak berbicara anaknya itu. Hatinya terasa sangat sakit. anak yang sejak dahulu jaga, kini sudah terlihat sudah kelelahan.

Cukup lama hanya keheningan yang menyelimuti ketiganya, hanya suara dari mesin EKG yang memenuhi ruangannya itu.

"Ca..pek..."

Yuna dan Agung mendengar dengan cukup jelas suara lemah Naka yang terhalang oleh masker oksigen. Agung menatap Yuna yang sudah menundukkan kepalanya, dan dirinya mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi kepada anaknya. "Capek ya anak ayah? capek sekali? kalo ayah minta kamu bertahan dan lawan rasa capeknya Naka udah gak bisa ya?" Suara Agung terderangar bergetar karena menahan tangisnya.

Cukup lama Agung menunggu jawaban dari anaknya, dan setelah menunggu yang Agung dapatkan adalah jawaban yang sudah ia ketahui, anaknya itu mengangguk sangat lemah sampai jika Agung tidak terus memperhatikan mungkin dirinya tidak akan menyadari jika putranya sudah menganggukkan kepalanya.

"Anak ayah, putra ayah yang hebat, yang baik, jagoan ayah, superhero ayah. Maaf ya? ayah selalu minta Naka untuk bertahan tanpa ayah tahu kalo jagoan juga bisa capek, capek ya? Naka mau pulang?"

Anggukan selanjutnya membuat Yuna semakin terisak. "Bo..leh?"

Agung mengusap pelan punggung istrinya yang bergetar. Yuna mencoba menguatkan dirinya, perempuan tujuh orang anak itu menatap kedua mata sayu anaknya. "Boleh sayang, bunda sama ayah udah ikhlas sayang. nanti kita antarkan kamu untuk pulang ya? kita enggak akan nangis dirumah baru kamu. bunda cuma mau kamu nanti dirumah baru bahagia ya? jangan sakit lagi, kamu udah bisa lari, udah bisa main basket disana ya? meski pada awalnya bunda akan sakit dan menangis, tapi kedepannya bunda janji bunda akan jaga semua saudara kamu, bunda enggak akan lupain anak bunda yang ganteng, baik dan superhero bunda yang satu ini." Yuna menghentikan perkataannya sebentar mencoba untuk menenangkan hatinya yang sangat sakit. "Makasih ya sayang, makasih banyak kamu udah terlahir jadi anak bunda dan ayah, bunda bahagia sekali menjadi bunda kamu. Bunda sayang banget sama kamu, bunda senang kamu menjadi anak bunda dan maafin bunda ya, karena bunda enggak bisa lahirin kamu dalam keadaan sehat. bunda akan terus mengingat bagaimana anak bunda yang satu ini terlahir dan berjuang."

Anemones ; NCT DREAM [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang