Anemones (15)

1.2K 138 4
                                    


Malam ini yang menemani tidur Naka adalah giliran Agung, karena sepertinya anak-anaknya yang lain ingin menghabiskan waktu bersama dengan Yuna dan ditambah lagi mereka masih asik dengan menyalakan kembang api di belakang rumah, Naka memutuskan untuk masuk ke dalam rumah ketika dirasa dadanya tidak nyaman dan juga nafasnya sedikit memberat yang membuat kepalanya sedikit pusing, tetapi untung saja Agung menyadari keadaan Naka dan mengajak anak itu untuk masuk ke dalam dan beristirahat.

Agung kini tengah membantu Naka untuk berganti baju, karena beberapa waktu lalu anaknya itu mengeluh sakit pada perutnya dan berakhir memuntahkan menu makan malamnya yang tidak seberapa itu. setelah itu Naka dibantu oleh Agung untuk berbaring dan juga ayahnya itu memasangkan nasal canul pada hidungnya, karena Naka nampak kepayahan untuk bernafas. Setelah selesai, Agung ikut berbaring di samping Naka dan memperhatikan anaknya yang masih fokus untuk mengatur nafasnya yang nampak kepayahan, salah satu tangannya itu mengusap pelan dada anaknya yang naik turun cukup cepat dan dapat dirinya rasakan detak jantung anaknya yang cukup cepat.

"Pelan-pelan, gak apa-apa enggak usah buru-buru. ikutin ayah nafasnya sayang..inhale...exhale...inhale...exhale.."

Naka memejamkan kedua matanya, namun telinganya mendengarkan perintah ayahnya, bernafas bersama ayahnya itu yang tengah ia lakukan. namun setiap dirinya menarik nafas, udara disekitarnya seperti enggan untuk mendekat dan dirinya berakhir dengan terbatuk cukup keras dan membuat Agung yang semula tengah berbaring langsung bangkit dan duduk di samping Naka yang masih nampak kepayahan. "Pelan-pelan, inhale...exhale.."

"S..sa..sakit yah.."

Agung mengangguk. "Kita kerumah sakit ya?"

Naka menggelengkan kepalanya. "L..L..Leon.."

Agung menggelengkan kepalanya. "Leon enggak akan marah, kalo keadaan kamu kayak gini malah buat yang lain khawatir sayang, kita ke rumah sakit ya?"

Hanya gelengan yang Agung dapatkan. dan Agung hanya dapat pasrah, dirinya tidak dapat memaksa Naka untuk ke rumah sakit karena takut Naka akan stress dan keadaannya semakin memburuk.

"Ayah panggilin bunda ya?"

Naka mengangguk, dirinya bahkan sudah tidak mampu untuk membuka kedua matanya. dadanya seperti akan meledak dan juga sekarang kepalanya pun ikut sakit jika dirinya membuka kedua matanya.

Agung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Yuna, dirinya tidak berani untuk meninggalkan Naka sendiri di kamar meski hanya untuk memanggil istrinya. Tidak membutuhkan waktu lama Yuna datang bersama dengan anak-anaknya yang lain serta Karin pun ikut masuk ke dalam kamar Naka degan wajah panik.

"Kenapa mas?"

Agung menatap Yuna dengan pandangan meminta tolong kepada istrinya. "Bun, kamu tolong bujuk Naka, kita bawa Naka ke rumah sakit. dia enggak bisa nafas, tapi masih sadar, saturasi oksigennya terus turun, bantu ayah bun. Ayah siapin mobil dulu, Bang Mahda ikut ayah ke garasi, Jean, Renja, Haran, Juan, Leon bantu siapin keperluan Naka ya? Karin om boleh minta tolong? tolong temenin tante dulu ya? bantuin Naka supaya tetap sadar."

Karin mengangguk, lalu kelima anaknya yang lain langsung berpencar untuk menyiapkan keperluan Naka. Karin naik ke atas kasur Naka dan duduk disamping kiri Naka, sedangkan Yuna di sebelah kanan Naka.

"Naka? kamu masih sadar kan Na? ini bunda.."

Naka menggerakan jarinya yang tengah digenggam oleh bundanya dengan lemah, dan Yuna dapat merasakan itu. "Denger bunda? kita ke rumah sakit ya?"

Naka menggelengkan kepalanya. "L..Le..on.."

Seolah mengerti dengan satu nama yang terucap dari mulut anaknya Yuna menggelengkan kepalanya. "Leon enggak marah, dia khawatir sama kamu kalo kamu enggak mau ke rumah sakit, kamu enggak ngerusak acaranya. Denger bunda ya? kita kerumah sakit, keadan kamu yang paling utama."

Anemones ; NCT DREAM [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang