Yuna sudah tiba di rumah kemarin malam dan kini dirinya tengah berada di kamar Naka anaknya yang masih betah untuk berbaring sambil memeluk dirinya. di dalam kamar Naka bukan hanya dirinya melainkan Jean dan Juan juga berada di dalam kamar Naka, lalu anaknya yang lain kemana? Mahda dan Renja memilih untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, Haran tengah berada di rumah temannya karena memiliki janji katanya, sedangkan Leon anak itu tengah berlatih basket bersama Agung halaman belakang rumah.
"ini kalian berdua ngapain kesini sih? kan hari ini waktunya bunda sama Naka berduaan."
Juan menggeleng. "Oh enggak bisa gitu bun, ini giliran aku yang nemenin Naka. bunda nemenin ayah aja yang lagi main basket sama Leon dihalaman belakang."
"Enak aja, sekarang giliran bunda yang nemenin Naka."
Jean tidak ikut berbicara dirinya malah membaringkan tubuhnya disamping Naka dan memeluk tubuh kurus Naka. Naka yang melihat tingkah Jean dan Juan yang tidak mau mengalah hanya terkekeh, sejujurnyakeadaannya sudah membaik namun rasa lemasnya belum juga menghilang.
"Mas mendingan main basket aja sama ayah sama Leon, malam ini kan giliran bunda sama aku. Besok baru giliran mas Jean. Terus kamu juga Juan, kan jatah kamu sama kakak nanti masih lama."
Jean mendengus mendengar perkataan Naka, sedangkan Yuna tersenyum penuh kemenangan. "Dengerkan? Besok baru giliran kalian buat sama Naka, malam ini bunda dulu."
Mereka berdua sebenarnya sedikit kesal, namun mengingat Naka yang meminta jadinya keduanya memilih untuk mengalah dan pergi dari dalam kamar Naka. Dirasa kedua putranya yang lain sudah keluar kamar, Yuna kembali berbaring di samping Naka yang masih terus menatap wajahnya.
"Anak bunda yang paling ganteng, paling baik hatinya, paling sabar, dan paling bunda sayangi."
Naka terkekeh kecil lalu setelah itu Naka menggenggam tangan Yuna dengan cukup erat. Sedangkan Yuna yang tangannya digenggam oleh Naka hanya ikut tersenyum. "Kenapa sayang?"
"Bunda.."
"Iya sayang? Kenapa? Mau curhat apa?" Seakan mengerti dengan arti tatapan putranya Yuna langsung memusatkan perhatiannya kepada putranya.
Naka menggelengkan kepalanya. "Bunda makasih ya, udah berjuang buat lahirin Naka ke dunia ini. Naka sekarang mungkin jadi anak yang paling bahagia karena punya bunda yang cantik tapi bukan cuma wajahnya yang cantik, tapi hati bunda juga cantik. Aku bahagia banget."
Kedua mata Yuna berkaca-kaca mendengar perkataan anaknya. Salah satu tangannya yang tidak di genggam oleh Naka itu mengusap pelan pipi tirus anaknya. "Naka mau tahu gak gimana lucunya Naka dulu? Sampai-sampai bunda tuh gemes banget dan sering dimarahin Nenek sama kakek karena terlalu sering cubitin pipi kamu."
Naka tidak menjawab, dirinya hanya fokus kepada mata bundanya. Tanpa menjawab apapun, insting seorang ibu mengerti arti tatapan yang diberikan oleh anaknya itu. "Terus dulu itu kamu suka banget jailin ayah sama mas Mahda, bunda juga enggak tahu kenapa kamu suka banget isengin mereka berdua, sampai akhirnya bang Mahda sama ayah nyerah buat ngeladenin kamu terus kamu marah-marah enggak mau ngomong sama ayah sama bang Mahda sampai seminggu. kamu itu dulu bandelnya hampir sama kayak Haran, cuma bedanya kamu enggak semua orang di jahilin."
Salah satu tangan Yuna beralih ke sekitar mata Naka yang sudah memejam karena rasa kantuk yang sangat menempel di matanya. "Tidur aja sayang, bunda enggak akan tinggalin kamu. bunda tidur disini sama kamu."
"Bunda, aku sayang banget sama bunda."
Yuna menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Bunda juga sayang banget sama kamu, Bunda bahagia kamu hadir melengkapi keluarga kecil bunda dan ayah."
Naka tidak menjawab lagi, anak itu terlihat terlelap dalam tidurnya dan menikmati usapan tangan bundanya di area mata dan keningnya. Yuna tersenyum ketika melihat anaknya yang sudah terlelap dalam dekapannya. sebenarnya hal ini yang selalu ia lakukan kepada semua anaknya ketika anak-anaknya bergantian ingin bermanja kepadanya dan Yuna tidak keberatan dengan hal itu.
Sementara itu Agung dan juga Leon yang baru saja selesai bermain basket di halaman belakang rumah mereka, langsung duduk di teras belakang rumah, menikmati angin malam yang menerpa wajah keduanya yang berkeringat.
"Kamu besok sekolah kan?" Tanya Agung kepada Leon, dan gelengan yang didapat oleh Agung atas jawaban pertanyaannya. "Loh kenapa?"
"Besok aku langsung ke tempat lomba yah, kan besok aku lomba basket."
Agung tersenyum. "Jadi ini alasan kamu ajak ayah buat main basket malem-malem sama kamu?"
Leon mengangguk sambil terkekeh kecil. "Iya, aku pengen tahu kemampuan aku sampai mana. kata ayah aku besok menang gak ya?"
Agung menyimpan botol minumnya dan menatap tepat pada kedua mata anaknya itu. "Leon, dengerin ayah. Ayah enggak pernah minta kamu jadi juara atau pun yang lainnya, jadi diri kamu. dan kalo kamu merasa besok kamu harus menang itu hal wajar, tapi ayah enggak pernah memaksa kamu untuk jadi juara. kalah atau menang itu sudah biasa dalam sebuah perlombaan atau pertandingan, jadi kamu jangan terlalu kepikiran tentang hasil akhirnya. kalo dirasa kamu sudah mengeluarkan semua kemampuan kamu besok lomba dan hasilnya enggak sesuai sama harapan kamu, kamu jangan kecewa, jangan sedih. ayah akan tetap bangga meski kamu kalah besok, karena kamu udah berani buat ngelakuin kesukaan kamu, hobi kamu. ayah cuma minta satu hal sama kamu, jangan sampai luka. oke?"
Leon menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Kalo besok aku menang ayah mau kasih hadiah apa buat aku?"
"Kamu mintanya apa?"
Leon terlihat berpikir dengan pertanyaan ayahnya. "Kalo aku minta besok buat nonton pertandingan aku gimana? ayah, bunda, abang-abang, kak Nana sama Juan?"
Agung terdiam. "Leon, kalo ayah sama abang-abang bisa buat nonton. tapi kalo buat kak Naka kita lihat nanti ya? ayah nanti coba bicara sama bunda kamu, semoga aja dikasih ijin."
Leon mengangguk. "Yah, kak Nana enggak bisa sembuh ya?"
Agung terdiam tidak dapat menjawab pertanyaan anaknya itu, dirinya juga tidak bisa berkata apapun, meningat hasil pemeriksaan anak kelimanya yang baru saja keluar beberapa hari lalu yang dikatakan tidak baik. "Kita doain kakak ya? semoga dia bisa sembuh terus nanti kita bisa main basket bareng."
Leon mengangguk, sebenarnya jawaban yang diberikan oleh ayahnya tidaklah membuat dirinya merasa puas. ayah atau bundanya selalu menjawab 'Doain kakak ya.' selalu saja seperti itu, namun Naka tidak berani untuk bertanya lebih jauh lagi karena takut dengan jawaban yang diberikan oleh kedua orang tuanya membuat dirinya sedih. tanpa disuruh pun Leon selalu menyelipkan nama Naka agar kakaknya itu dapat sembuh dan dapat menjalani kehidupan yang normal.
27 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemones ; NCT DREAM [✔️]
FanfictionRumah itu tempat kita pulang bukan? Start : 13 April 2024 End : 15 September 2024